Selasa, 20 Oktober 2009, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik kembali sebagai Presiden Republik Indonesia, dan didampingi Boediono sebagai Wakil Presiden. Lima tahun sebelumnya, SBY dilantik menjadi Presiden RI berpasangan dengan HM Jusuf Kalla.
-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 25 November 2022
Susilo
Bambang Yudhoyono (1):
Senang
Melukis, Menulis Puisi dan Cerpen, Serta Bermain Drama
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wartawan)
Selasa, 20 Oktober
2009, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik kembali sebagai Presiden Republik
Indonesia, dan didampingi Boediono sebagai Wakil Presiden. Lima tahun sebelumnya,
SBY dilantik menjadi Presiden RI berpasangan dengan HM Jusuf Kalla.
Untuk mengenal lebih
dekat Susilo Bambang Yudhoyono, berikut kami tampilkan profilnya yang dikutip
dari www.tokohindonesia.com, pada November 2009.
***
Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden
Republik Indonesia pertama hasil pilihan rakyat secara langsung. Lulusan
terbaik Akabri (1973) yang akrab disapa SBY dan dijuluki “Jenderal yang
Berpikir”, berpenampilan tenang, berwibawa, serta bertutur kata bermakna dan
sistematis.
Dia menyerap aspirasi
dan suara hati nurani rakyat yang menginginkan perubahan yang menjadi kunci
kemenangannya dalam Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004.
Berpasangan dengan
Muhammad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden, paduan dwitunggal ini menawarkan
program memberikan rasa aman, adil dan sejahtera kepada rakyat. Pasangan ini
meraih suara mayoritas rakyat Indonesia (hitungan sementara 61 persen),
mengungguli pasangan Megawati Soekarnoputri - KH Hasyim Muzadi.
Popularitas dengan penampilan
yang tenang dan berwibawa serta tutur kata yang bermakna dan sistematis telah
mengantarkan SBY pada posisi puncak kepemimpinan nasional.
Penampilan publiknya
mulai menonjol sejak menjabat Kepala Staf Teritorial ABRI (1998-1999) dan
semakin berkibar saat menjabat Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH
Abdurrahman Wahid) dan Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati
Sukarnopotri).
Ketika reformasi mulai
bergulir, SBY masih menjabat Kaster ABRI. Pada awal reformasi itu, TNI dihujat
habis-habisan. Pada saat itu, sosok SBY semakin menonjol sebagai seorang
Jenderal yang Berpikir. Ia memahami pikiran yang berkembang di masyarakat dan
tidak membela secara buta institusinya.
“Penghujatan terhadap
TNI itu menurut saya tak lepas dari format politik Orde Baru dan peran ABRI
waktu itu,” kata SBY.
Banyak orang mulai
tertarik pada sosok militer yang satu ini. Pada saat institusi TNI dan
oknum-oknum militernya dibenci dan dihujat, sosok SBY malah mencuat bagai
butiran permata di atas lumpur.
Hampir sama dengan
pengalaman Jenderal Soeharto, ketika enam jenderal TNI diculik dalam peristiwa
G-30-S/PKI, 'the smiling jeneral' itu berhasil tampil sebagai 'penyelamat
negeri' dan memimpin republik selama 32 tahun.
Sayang, kemudian
jenderal berbintang lima ini terjebak dalam budaya feodalistik dan kepemimpinan
militeristik. Pengalaman Pak Harto ini, tentulah berguna sebagai guru yang
terbaik bagi pemimpin nasional negeri ini.
Menulis
Puisi dan Cerpen
Siapakah Susilo Bambang
Yudhoyono yang berhasil meraih pilihan suara hati nurani rakyat pada era reformasi
dan demokratisasi itu?
Pensiunan jenderal
berbintang empat berwajah tampan dan cerdas, ini adalah anak tunggal dari
pasangan R. Soekotji dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya R.
Soekotji yang pensiun sebagai Letnan Satu (Peltu).
Sementara ibunya, Sitti
Habibah, putri salah seorang pendiri Pondok Pesantren Tremas, mendorongnya
menjadi seorang penganut agama Islam yang taat. Dalam dirinya pun mengalir
kental jiwa militer yang relijius.
Selain itu, lulusan
terbaik Akademi Militer (Akmil) angkatan 1973, juga memiliki garis darah biru,
sebagai keturunan bangsawan Jawa yang mengalir dari dua arah dan berujung pada
Majapahit dan Sultan Hamengkubuwono II.
Kakeknya dari pihak
ayah, bernama R. Imam Badjuri, adalah anak dari hasil pernikahan Kasanpuro
(Naib Arjosari II - darah biru Majapahit) dan RM Kustilah ( sebagai turunan
kelima trah Sultan Hamengkubuwono II bernama asli RA Srenggono). Bahkan dalam
silsilah lengkapnya, SBY juga memiliki garis keturunan dari Pakubuwono.
Kendati SBY anak
tunggal, dia hidup dengan prihatin dan kerja keras. Pada saat sekolah di
Sekolah Rakyat Gajahmada (sekarang SDN Baleharjo I), SBY tinggal bersama
pamannya, Sasto Suyitno, ketika itu Lurah Desa Ploso, Pacitan. Prestasinya saat
SR sudah menonjol.
Dalam proses pengasuhan
yang berdisiplin keras, pada masa kecil dan remajanya, SBY juga mengasah dan
menyalurkan bakat sebagai penulis puisi, cerpen, pemain teater dan pemain band.
Pria tegap yang
memiliki tinggi badan sekitar 175 cm, kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9
September 1949, ini senang mengikuti kegiatan kesenian seperti melukis, bermain
peran dalam teater dan wayang orang.
Beberapa karya puisi
dan cerpennya sempat dikirimkan ke majalah anak-anak waktu itu, misalnya ke
Majalah Kuncung. Sedangkan aktivitas bermain band masih dilaksanakan hingga
tingkat satu Akabri Darat sebagai pemegang bas gitar. Sesekali masih juga
menulis puisi.
Di samping kesenian, ia
juga menyukai dunia olah raga seperti bola voli, ia senang travelling, baik
jalan kaki, bersepeda atau berkendaraan. Sedangkan olah raga bela diri hingga
saat ini masih aktif dilakukan.
Tekadnya menjadi
prajurit mengental saat kelas V SR (1961) ia berkunjung ke AMN di kampus Lembah
Tidar Magelang.
“Saya tertarik dengan
kegagahan sosok-sosok taruna AMN yang berjalan dan berbaris dengan tegap waktu
itu. Ketika rombongan wisata singgah ke Yogyakarta, saya sempatkan membeli
pedang, karena dalam bayangan saya, tentara itu membawa pedang dan senjata,”
kenang SBY.
Mewarisi sikap ayahnya
yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya
menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968.
Namun, lantaran
terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka dia pun sempat
menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY
malah memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang,
Jawa Timur. Selagi belajar di PGSLP Malang itu, ia pun mempersiapkan diri untuk
masuk Akabri. (bersambung)