----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 09 Desember 2022
Abdul
Wahab, Sosok Di Balik Lahirnya Sekian Pemimpin dari Sulsel dan Sulbar
Oleh:
Armin Mustamin Toputiri
(Mantan Sekretaris DPD
KNPI Sulsel)
Siapapun yang pernah
bergelut di organisasi kepemudaan, KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia)
Sulsel. Pemimpin dari Sulsel dan Sulbar -- nyaris tak ada yang lepas -- dulunya
diurusi Pak Wahab, yang Kamis, 08 Desember 2022, menghembuskan nafasnya yang
terakhir.
Mereka antara lain mantan
Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar, mantan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, mantan
Wagub Sulsel Agus Arifin Nu’mang. Banyak Bupati, pejabat eksekutif lainnya,
serta legislator, lokal dan nasional.
Bahkan, sekelas mantan Menkumham RI, Andi Mattalatta, dan Hamid Awaludin,
sekalipun itu.
Siapakah sosok Pak
Wahab itu?
Dia bukan siapa-siapa.
Bukan orang penting, namun, sosoknya melekat di diri banyak tokoh dan pejabat
penting. Sejak 1987–setahun setelah saya meninggalkan bangku SMA–ia telah
berkantor di DPD KNPI Sulsel, yang sekian kali berpindah tempat di Makassar. Pak
Wahab bukan pengurus KNPI, tapi beliau Kepala Sekretariat DPD KNPI Sulsel.
Hingga akhir hayatnya,
35 tahun–menghabiskan setengah usianya–mengurusi organisasi kepemudaan. Sejak
KNPI Kota Makassar, lalu KNPI Sulsel, sejak era Ketua Andi Mattalatta, Ibnu
Munzir, Niniek Lantara, Izkandar Latief, Andi Jaya Sose, Arfandy Idris, Haris
Yasin Limpo, Ilham Azikin, Jamal Syamsir, Mizar Roem, Imran Eka, hingga era
“dualisme” Nurkanita Ashabul Kahfi dan Arham Basmin, saat ini.
Terbayang, betapa
tangguhnya mentalitas Pak Wahab. Mengurusi anak-anak muda–silih berganti
periodisasi–tak hanya beragam kehendak,
sikap, prilaku serta idiologi, tapi juga “kenakalan-kenakalan” orang muda
dengan nama besar di belakangnya.
Di masa awal, mengurusi
anak muda sebaya dirinya. Belakangan, sebaya anak-anaknya sendiri. Bahkan, ada
diurusi dua generasi. Dulu ayahnya, belakangan anaknya. Dua-duanya, kelak jadi
Bupati.
Pak Wahab, penganut
“follow your passion”. Menunai tugas, penuh hasrat dan gairah. Di ruang
ICU–sehari sebelum wafat–sekalipun itu, ia masih juga membisiki istrinya, kerisauannya
soal program KNPI di waktu dekat.
Honor bulanan diterima
tak seberapa, seringkali ngadat, tapi tugas ditunai penuh sukacita. Banyak
mantan pengurus KNPI yang telah sukses, sekian kali menawari posisi penting di
kantor pemerintahan dan swasta. Dijanji honor besar, selalu ditampik.
“Cukup, saya mengurusi
anak-anak muda di KNPI saja!” kata Pak Wahab.
Demikianlah Pak Wahab,
bersahaja dan telaten. Saya sedikit tahu sikap pribadinya, kala dulu Periode
2000-2003, saya menjabat Sekretaris, dan dirinya Kepala Sekretariat, kami
bersama-sama mengurusi administrasi dan sekretariat KNPI Sulsel.
Selamat jalan Pak
Wahab… abdimu setengah perjalanan usiamu, pupus hanya mengawal sekretariat KNPI
Sulsel. Mewaris, melekat di sanubari banyak pemimpin. Semoga kesemua-semua itu,
amal jariyah bagimu selama berada di muka bumi. Amiin!