-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 05 Desember 2022
Asesoris Kearogansian
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Secara bebas dalam kamus google, pemaknaan Asesoris boleh beragam. Misalnya, aksesoris yang digemari oleh wanita adalah berupa barang hiasan guna menunjang penampilan. Mulai dari kalung, gelang, ikat pinggang, bandana, dan lain-lain.
Maka, esensi asesoris selalu diidentikan dengan kehobian dari kaum wanita yang selalu menggunakan atau memakai aksesori guna pesona di dalam berpakaiannya. Padahal ada juga lelaki yang senang atau suka menggunakan asesori, namun tidak berlebihan.
Manakala, berlebihan boleh jadi identitasnya berganda kelaminan. Atau kelainan mental bawaannya yang sulit dicarikan obat dan dukun apapun yang bisa mengobatinya.
Di samping, kegunaan dari asesoris itu sendiri boleh juga menjadi seni sehingga terlihat indah untuk dipandang sehingga muncul raya percaya diri okeh sebagian orang.
Tidak terlalu keliru, dan wajar saja tetapi kalau berlebihan sehingga kesannya tidak sewajarnya, maka itu semestinya. Apalagi, kalau hanya ingin diperhatikan guna menebar pesona untuk bersolek dengan mengharap pujian sehingga memunculkan rasa bangga merasa lebih dari yang lain.
Mungkin itu, keberadaan asesoris menjadi kurang terpuji, dan memunculkan rasa arogansi sehingga lupa diri sebagai hamba Tuhan.
Dikarenakan dimensi arogan merupakan sifat yang tidak terpuji, beraroma selalu menyombongkan diri. Mereka berkarakter demikian, identik selalu mempunyai niat menguasai semua hal untuk memenuhi keinginan diri sendiri atau kelompoknya.
Bahkan menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, suka membanggakan dirinya sendiri dan suka merendahkan orang lain. Sekalipun, berasesoriskan keagamaan yang melengket dan menempelin tubuhnya.
Dikarenakan hal di atas ini, sehingga di Gema Uhamka (4/12/2022), saya menggores prosais yang lebih kurang sebagaimana topik berikut ini.
Arogansi Kesombongan
Agama dianugerahi
tidak lain
__ hanya untuk melawan arogansi diri
guna menabur cinta
dalam mengelupas kesesatan
berhingga
semerbak mekar mewanginnya rasa
saling menyayangi
tanpa antara sesama mahluk Tuhan
Bah purnama Matahari
sekalipun bangkai tetap disinari
Lalu
kenapa juga
kita masih tetap merasa diri
lebih dari yang lain
bahkan
lebih tuhan daripada Tuhan itu sendiri____
Bukankah__?
Asesoris raga nan tampak cantik dan tampan
____ akan termakan waktu keriputan berlipatan, menjadi selaput tanah kuburan
Begitu jua
asesoris teranggap aduhai kren mewah juga menteren duniawi__
___itu akan rapuh menjadi barang rongsongan __ beriring usia bermasa tanpa berarti apa apa
Terkecuali,
____ hanya tersisa renungan tiada disesali, berupa warisan amalan ketulusan tanpa asesoris arogansi terkibarkan pula__
Mengapa mesti melambungi rasa sombong berapi bara arogansi keiblisan, dan telah dikutukin Tuhan__ sejak Adam terdesain raganya dari tanah tiada lain hanya sebagai pengabdi untuk menundukkan diri dihadapanNya__
Sekalipun, kemudian dianugerahi Nabi berhingga seluruh makhluk ciptaan-Nya, termasuk malaikat tunduk padanya, kecuali Iblis karena bara api kesombongannya.
Berasaskan pada QS. Al-Baqarah 2 : Ayat 34, yang artinya___
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” __
Sekalipun, QS Al Baqarah ayat 30 sebelumnya ditancapkan identitas sebagai pemimpin/khalifan. Dan lebih kurang yang artinya__
“..... bahwa Dia akan menjadikan seorang khalifah di bumi.”
Maka, setelah Nabi Adam di bumi, dan menaburkan beni keturunan menjadi bani Adam, sekalipun keturunannya tidak secara otomatis semua mewarisi kenabian Adam. Bahkan, ada juga benih baninya yang mewarisi dan berkiblat kepada keragonsi keiblisan pula. Padahal, mereka tahu tetapi masih juga memakai ragam asesoris keiblisan berlebihan.
Sekalipun, ada kelebihan antara satu dengan yang lain, namun bukan untuk disombongkan menjadi asesoris pesona kebanian Adam.
Manakala, masih juga demikian karakter kelakuan menjadi baninya, dan menghianati pesan Tuhan menciptskannya, tentu esensi lalat pun lebih unggul dibandingkan asesoris kesombangan tersebut. Maka, tantangan Tuhan dalam menggelitik logika yang berpikir waras, sebagaimana di QS Al Hajj ayat 73, __yang artinya,
“Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.”
Mungkin, ibrar digores oleh saya yang termuat pada media Pedoman Karya (11/2022), tentang ada sub bagian mengenai Tuan Lalatan.
Tuan Lalatan
Kalaulah lebah berkerumun meramu tetesan sari madu jadi obatan, mungkin aku sangat menghargai kalian dengan doa bersalaman
Dikarenakan lebah sungguh berguna
juga mereka saling menghargai satu sama lain, dan melepas belenggu bungkusan arogansi pengabdiannya__
tetapi
kalaulah cuma hanya kerumunan bagaikan lalat hijau __dan kesannya bertuan bah pengrajin yang hanya pandai meramu butiran telur belatung temurun untuk membangkaikan raga berongga jiwa alami__
Maka,
__ jujur mata jiwa apapun tiada akan mengenang__ apalagi menghargai raga arogansi demikian, __dan kesannya tuan hanya bah lalatan,
juga
telah melampaui lupa daratan dari tapak jejak berjiwa ketulusan__ nan dititahkan QS. Al-Fajr:27-30:
“Yaa Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah, irji'i ilaa rabbiki raa dhiyatam mardhiyah, Fadkhuli fii'ibadi, wadkhuli janaati”
artinya__
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya.
Dan ayat itu, bukan jadi aseso"ris hafalan untuk dilantunkan, tanpa dibuktikan__hanya soal waktu bersalaman.
Wollahu'alam
-----
*__UHAMKA, semoga tetap berkarya bagaikan kran karya karya HAMKA yang mendunia _
___ dan tentu mesti tulus menebas angkara murka nahir munkar__💪