BUTUH KECERDASAN. Kritikus sastra Mahrus Andis (paling kiri) saat tampil sebagai pembicara pada Dialog Akhir Tahun bertema “Prospek Menulis dan Dakwah 2023” yang DPP IPMI, di Perpustakaan Terpadu Kampus Poltekkes Kemenkes, Jl. Monumen Emmy Saelan III, Makassar, Jumat, 23 Desember 2022. (ist)
-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 28 Desember 2022
Catatan
dari Pengukuhan Pengurus DPP IPMI dan Dialog Akhir Tahun (3-habis):
Berdakwah
dan Menulis Butuh Kecerdasan
Oleh:
Asnawin Aminuddin
Semua orang bisa
berdakwah, tapi tidak semua orang bisa berdakwah sesuai Al-Qur’an dan hadits, karena
berdakwah itu butuh kecerdasan, butuh pengetahuan yang luas dan mendalam
tentang agama, dan ditunjang dengan pikiran, ucapan, dan perbuatan atau
perilaku yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah.
Semua orang bisa
menulis, tapi tidak semua orang bisa menjadi penulis. Semua orang bisa menulis
status di Facebook dan di media sosial lainnya, tapi tidak semua orang bisa menjadi
penulis, apalagi menjadikan penulis sebagai profesi.
“Profesi itu mengandung
nilai kecerdasan. Kecerdasan pikiran, kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual,” kata kritikus sastra dan muballigh Mahrus Andis.
Hal itu ia ungkapkan saat
tampil sebagai pembicara pada Dialog Akhir Tahun bertema “Prospek Menulis dan
Dakwah 2023” yang diadakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Penulis Muslim
Indonesia (IPMI), di Perpustakaan Terpadu Kampus Poltekkes Kemenkes, Jl.
Monumen Emmy Saelan III, Makassar, Jumat, 23 Desember 2022.
Mahrus mengatakan, ada
lima jenis muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu muslim musyrik (muslim
yang menyekutukam Allah), muslim munafik (muslim yang ucapan dan perbuatannya
berbeda, lain diucapkan lain hati), muslim dholim (muslim yang suka menyakiti
diri dan orang lain), muslim fasik (berbuat dosa besar), dan muslim kaaffah
(takwa dengan sebenarnya).
Tentang dakwah, Mahrus
menyebut tiga macam dakwah, yakni dakwah billisan (dakwah dengan ucapan,
ceramah, khutbah), dakwah bilhal (dakwah lewat perbuatan), dan dakwah bilqalam
(dakwah lewat tulisan).
“Apa pun istilahnya,
dakwah Islamiyah hendaklah mengacu kepada prinsip mengajak ke jalan Tuhan,
sebagaimana firman-Nya, ud’u ilaa sabiili rabbika bilhikmati wal
mau'idzatilhasanah, ajaklah ke jalan Tuhan-mu dengan ilmu yang benar dan cara
yang bijak,” kata Mahrus.
Menyinggung prospek
penulis muslim pada tahun 2023, Mahrus mengatakan ada tiga hal yang harus
diperhatikan oleh para penulis, yaitu pertama, harus profesional, menguasai
teknik penulisan yang baik, benar, dan tepat.
“Kedua, penulis harus memiliki wawasan pengetahuan luas dan akurat, dan ketiga, penulis harus memiliki integritas pribadi, ikhlas, jujur, benar, dan dengan niat di jalan Allah,” kata pria bernama lengkap Drs H Andi Mahrus Syarief MSi.
Menjawab pertanyaan peserta dialog, Mahrus mengatakan, prospek penulis di tahun 2023, cukup menggembirakan dari sudut kuantitas.
“Para penulis buku
tumbuh subur di semua level, mulai anak-anak, remaja hingga orang tua. Semua
bisa menulis dari berbagai jenis genre. Namun secara kualitas, buku-buku para
penulis kurang memenuhi syarat sebagai buku yang baik. Banyak buku yang terbit
tidak melalui proses seleksi sehingga isi, bahasa, maupun teknik penulisannya
kurang bermutu,” urai Mahrus.
Lembaga pemerintah yang
mengelola kegiatan literasi-budaya, lanjutnya, juga tidak optimal melakukan
pengawasan dan pembinaan kepada para penulis buku, padahal seharusnya pemerintah
berkewajiban membiayai kegiatan literasi seperti seminar, diskusi dan bedah
buku, termasuk menerbitkan karya penulis melalui dana APBD provinsi, serta APBD
kabupaten dan kota.
Mahrus Andis tampil sebagai pembicara pada dialog akhir tahun tersebut bersama sastrawan Suradi Yasil dan Ketua Umum DPP IPMI Muhammad Amir Jaya. Dialog akhir tahun dirangkaikan dengan soft launching buku “30 Tahun, Sebuah Rahasia” karya Sri Rahmi (Anggota DPRD Sulsel), dan pengukuhan pengurus DPP IPMI Periode 2023-2027.***
----
Artikel sebelumnya: