-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 09 Januari 2023
Kisah
Nabi Muhammad SAW (151):
Pasukan
Muslim Kalahkan Musuh di Perang Hunain
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Bergerak
Meninggalkan Mekah Menuju Hunain
Tanggal enam (6) bulan
Syawal tahun ke delapan (8) Hijriah, bertepatan dengan hari Sabtu, Rasulullah ﷺ
dan pasukan muslim pun bergerak keluar dari Mekah. Hari itu genap sembilan
belas hari Rasulullah memasuki dan berada di Mekah.
Rasulullah bergerak
dengan kekuatan sebanyak 12.000 tentara Islam, sepuluh ribu adalah mereka yang
berangkat bersama Rasulullah ketika pembukaan Mekah, selebihnya adalah penduduk
Mekah, kebanyakan mereka masih baru menganut agama Islam.
Rasulullah ﷺ telah
meminjamkan seratus pasang baju besi dengan kelengkapannya. Sebagai pemegang
kendali tanggung jawab Mekah, Rasulullah menunjuk Utab bin Usaiyed sebagai
amirnya.
Menjelang petang
seorang prajurit berkuda telah datang menemui Rasulullah dan berkata: “Saya
telah naik ke bukit itu dan bukit ini, dan saya telah melihat qabilah Hawazin,
yang telah bergerak keluar dengan seisi rumah mereka, wanita-wanitanya,
unta-unta dan harta-hartanya.”
Rasulullah ﷺ tersenyum
mendengar laporan itu sambil berkata: “Itu adalah harta rampasan untuk kaum
muslimin besok.”
Insya Allah, di malam
itu secara sukarela Anas bin Abi Mirthad Ghanuwi telah menawarkan dirinya untuk
mengawal Rasulullah ﷺ.
Dalam perjalanan mereka
ke “Hunain”, tentara Islam melihat pohon besar menghijau yang dikenal dengan
sebutan “Zat Anwat”. Sudah menjadi adat orang Arab menggantungkan peralatan
senjata mereka di situ.
Maka kata seorang
tentara kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kita Zat Anwat,
seperti mereka juga mempunyai Zat Anwat.”
Jawab Rasulullah ﷺ:
“Allahu Akbar, Maha
Besar Allah, mengapa kamu berkata begitu. Demi Allah yang nyawa Muhammad di tangan-Nya,
kata-katamu itu serupa dengan kata-kata kaum Musa di masa lalu. Jadikanlah
untuk kami Tuhan, sebagaimana mereka mempunyai Tuhan dan Musa berkata:
Sesungguhnya kamu ini kaum yang jahil, sebetulnya inilah tasyabuh, dan
sebenarnya kamu akan mengikuti jalan-jalan orang yang musyrik jahiliyah
terdahulu.”
Ada juga di antara
mereka yang berkata congkak, setelah melihat jumlah tentara yang banyak: “Di
hari ini kita tidak bisa dikalahkan lagi.”
Kata-kata ini tidak
disukai oleh Rasulullah ﷺ.
Tentara
Islam Diserang
Tibalah tentara Islam
di Hunain pada malam Selasa sepuluh hari terakhir bulan Syawal. Malik bin Auf
telah sampai di Hunain terlebih dahulu. Dia telah menyusun taktik tentaranya di
lembah Hunain, dengan meletakkan kelompok penyerang di sepanjang jalan dan
pintu masuk, bahkan di seluruh lereng-lereng bukit Hunain dan lorong-lorongnya,
dia memberi petunjuk agar mereka memanah tentara Islam apabila mereka muncul di
situ.
Di penghujung malam
Rasulullah ﷺ menyusun strategi tentaranya, Rasulullah membagi tentaranya
menjadi pasukan-pasukan dan unit-unit, di awal subuh mereka berjalan menuju ke
lembah Hunain.
Ketika tentara Islam
turun ke lembah, tiba-tiba mereka dihujani anak panah oleh tentara Malik yang
telah lama menunggu di situ, serentak unit-unit tentara musuh menyerbu mereka,
tentara Islam pun kalang-kabut mundur ke belakang lari tunggang langgang.
Abu Sufyan berkata; “Kekalahan
mereka ini tidak akan berhenti, kecuali mereka mundur hingga pesisir Laut Laut
Merah.”
Dalam keadaan kelam,
Kabul Jibillah atau Kildah bin Junaid berteriak: “Hari ini sihir Muhammad sudah
tidak mempan lagi.”
Rasulullah ﷺ mengelak
ke sebelah kanan sambil berteriak: “Wahai kalian semua, ayo ke sini, aku adalah
Rasulullah ﷺ, aku Muhammad Ibni Abdullah.”
Yang tetap bersama Rasulullah
dalam keadaan kritis ini hanya beberapa orang dari kaum Muhajirin dan keluarga
Rasulullah. Dalam situasi yang sangat ktitis ini muncullah keberanian
Rasulullah ﷺ yang tidak ada bandingnya.
Rasulullah tampil ke
depan kaum kafirin dengan menyambuk keledainya sambil berteriak: “Aku adalah
nabi yang benar, tidak berdusta, Akulah putera Abdul Muttalib.”
Abu Sufyan bin Harith
kemudian memegang tali keledainya dan Abbas pun dengan kendaraannya, keduanya
membantu Rasulullah ﷺ agar keledai tetap terkendali. Kemudian Rasulullah ﷺ
turun dari keledai dengan tangan memohon kepada Allah سبحانه وتعالى sambil berdoa:
“Ya Allah, ya Tuhanku,
turunkanlah pertolongan-Mu.”
Tentara
Islam Maju Kembali Meneruskan Peperangan
Rasulullah ﷺ meminta
pamannya, Abbas, yang memiliki suara lantang untuk berteriak kepada semua para
sahabat dan tentara Islam yang mundur.
Kata Abbas: “Mana dia
para sahabat setia?”
Demi Allah, ketika
mereka mendengar teriakan itu, mereka balik ke depan bagaikan kembalinya seekor
lembu yang marah.
Jawab mereka semua: “Ya
Rasulullah, ya Rasulullah”
Ada juga orang yang
mencoba balik menuju Rasulullah dengan untanya, namun untanya sudah tidak
berdaya karena sesak, maka ditinggalkan saja tunggangan itu, dengan mengambil
pedang, dan perisai, kemudian melesat menuju ke arah teriakan suara.”
Setelah terkumpul
seratus orang, kemudian mulailah mereka maju untuk menghadapi perlawanan musuh
dan terjun dalam peperangan dengan semangat bergelora.
Kemudian terdengar
teriakan membahana khusus ditujukan kepada golongan Anshar, lebih khusus lagi
kepada golongan Bani Harith bin Khazraj, dengan demikian kelompok-kelompok
Islam mulai tampil ke medan pertempuran lagi, sampai situasi medan pertempuran
pulih kembali.
Kini kedua-dua belah
pihak saling menyerang pihak lawannya.
Rasulullah melihat ke
arah medan pertempuran, nampak begitu sengit dan dasyat, masing-masing pihak
ingin segera memenangkan pertempuran.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Kini
peperangan memuncak.”
Kemudian Rasulullah
mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke arah musuh sambil bersabda: “Buta
mata kalian.”
Dengan izin Allah سبحانه
وتعالى, setiap mata tentara musuh terkena lontaran pasir Rasulullah sehingga
membuat mereka kalang kabut dan mundur.
Kekuatan
Musuh Terpecah
Tidak berapa lama,
setelah Rasulullah ﷺ melemparkan pasir ke muka tentara musuh, tampaklah
kekalahan mereka, dari pihak Thaqif tujuh puluh (70) orang tentara terbunuh. Dengan
demikian, kaum muslimin memenangkan peperangan dan memperoleh harta rampasan
dan peralatan senjata musuh, termasuk kaum wanitanya menjadi tawanan.
Firman Allah سبحانه وتعالى menyebutkan:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ
فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ
فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ
وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ
Sesungguhnya Allah
telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan
(ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (At-Taubah 9:25)
ثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ
عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Kemudian Allah
menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan
Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan
bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada
orang-orang yang kafir. (At-Taubah 9:26). (bersambung)