-------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 08 Januari 2023
Kisah
Nabi Muhammad SAW (150):
Rasulullah
Taklukkan Mekah, Beberapa Kabilah Tidak Terima Kemenangan Islam
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Periode
Ketiga
Periode pertama:
perjuangan dan peperangan
Periode kedua: bangsa
dan qabilah-qabilah arab berlomba-lomba masuk Islam.
Ini merupakan periode
terakhir dalam perjalanan hidup Rasulullah ï·º yang mempertunjukkan
pencapaian-pencapaian hasil usaha dakwahnya.
Setelah melalui waktu
perjuangan jihad selama 20 tahun, kelelahan, kesengsaraan, peperangan dan
pertarungan yang telah menumpahkan darah, semua ini telah Rasulullah ï·º tempuh.
Pembukaan kota Mekah
merupakan kemenangan yang sangat berarti yang telah dicapai oleh kaum muslimin
di sepanjang tahun perjuangan mereka, suatu kemenangan yang telah mengubah peta
dan urusan perjalanan hidup selanjutnya, serta mengubah suasana dan kebiasaan
bangsa Arab itu sendiri.
Pembukaan itu merupakan
garis pemisah antara era lama dan era yang akan datang, di mana sebelumnya
bangsa Arab-lah yang menjadi panutan mereka. Penundukan kaum Quraisy di bawah
bendera Islam dianggap sebagai penghapusan total terhadap pengaruh dan
penyembahan berhala di semenanjung Arab.
Periode ini dapat
dibagi menjadi dua fasa:
Peperangan
Hunain
Penaklukan Kota Mekah
terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan satu pukulan yang menyentak,
telah membingungkan seluruh bangsa Arab dan menjadikan seluruh qabilah yang
berdekatan terkejut, mereka tidak berdaya untuk menghalanginya. Oleh karena itu
mereka menyerah, tidak ada jalan lain selain menerima apa yang terjadi.
Akan tetapi beberapa
qabilah yang merasa lebih kuat, ganas dan congkak, seperti suku Hawazin dan
Thaqif, dan kemudian beberapa qabilah lain juga mengikutinya, seperti, qabilah
Nasr, Jasyam, Saad bin Bakar, dan beberapa individu dari Bani Hilal.
Mereka ini dari
kelompok Qais Ailan, qabilah-qabilah ini tidak rela menerima kemenangan Islam.
Oleh karena itu, mereka bersepakat untuk bersekutu dengan Malik bin Auf Nasri
dan membuat keputusan untuk melawan kaum Muslimin.
Pergerakan
Musuh dan Persinggahan Autas
Malik bin Auf sebagai
pembesar negerinya, memimpin pergerakan untuk memerangi kaum Muslimin, dia
membuat keputusan dengan membawa serta semua harta-harta, kaum wanita dan
anak-anak mereka.
Kemudian mereka
bergerak sampai di Autas, lembah yang terletak di daerah perkampungan Hawazin
berdekatan “Hunain”. Tetapi lembah Autas bukanlah lembah Hunain, lembah Hunain
terletak berdekatan Zi Majaz. Jarak lembah Autas ke Mekah adalah sepuluh batu
lebih ke arah Arafah.
Duraid
bin Sammah
Ketika Malik bin Auf
turun bersama orang banyak di Autas, di antara mereka adalah Duraid bin Sammah,
seorang yang usianya sudah lanjut dan buta, akan tetapi memiliki pengetahuan
tentang peperangan, berani dan berpengalaman.
Tanya Duraid: “Dimana
lembah kamu sekarang?”
Jawab yang hadir: “Kita
sekarang di Autas,”
maka kata dia: “Itu
adalah tempat baik untuk kuda-kuda”, dia berpikir bahwa “tidak ada peristiwa
yang menyedihkan dan tanah lapang tidak diserang, tetapi apa itu? aku mendengar
suara-suara unta dan teriakan keledai, bahkan kedengaran tangisan anak-anak dan
suara kambing.”
Jawab mereka: “Sebenarnya
Malik bin Auf telah mengerahkan habis-habisan, bersama-sama prajurit adalah
kaum wanita, harta-harta dan anak-anak mereka,”
kemudian dia menemui
Malik bin Auf dan menanyakan kenapa semua dibawa.
Jawab Malik: “Aku akan
menempatkan semua ini di belakang agar setiap tentara tetap bersemangat untuk
mempertahankan haknya.”
Kata Duraid: “Demi
Allah, ini adalah tindakan seorang penggembala kambing, bukan tindakan seorang
pemimpin bangsa. Apakah orang kalah dapat membawa pulang sesuatu? Walaupun
semuanya itu milik kau, tetapi tidak memberi faedah apa pun kepada seorang
pahlawan selain dari pedang dan tombaknya. Seandainya kau kalah berarti kau
telah berbuat sia-sia terhadap keluargamu dan hartamu.”
Kemudian dia bertanya
kepada qabilah-qabilah lain dan pemimpin-pemimpinnya. Dan katanya lagi: “Wahai
Malik bin Auf, sebenarnya kau belum menyediakan perisai Huwazin ke leher-leher
kuda-kuda mereka. Ayo letakkan mereka di dalam benteng-benteng negara mereka,
kemudian majulah menghadapi pengikut Muhammad itu dengan kudamu. Bila
kemenangan berpihak kepadamu maka orang-orangmu akan mengikuti di belakangmu,
tapi seandainya kau kalah maka keluargamu dan hartamu masih selamat.”
Namun Malik bin Auf
enggan mengikuti permintaan Duraid bin Sammah dengan menegaskan: “Demi Allah aku
tidak akan lakukan, kau sudah lanjut usia, pemikiranmu pun sudah seperti
anak-anak. Demi Allah, Hawazin mesti mengikuti perintahku, atau aku tusukkan
pedangku ini ke perutmu hingga keluar dari belakangmu.”
Sebenarnya Malik bin
Auf tidak suka Duraid memainkan peranan, yang kelak akan disanjung namanya.
Maka jawab seluruh
Hawazin: “Ya kami semua mengikut arahanmu.”
Sekali lagi Duraid
berkata: “Inilah hari yang belum pernah aku saksikan, sepertinya, aku tidak mau
melepas peluang untuk melihat kesudahannya.”
Kemudian dia bersyair:
Seandainya
aku masih muda
Di
medan perang aku maju
Medan
pertempuran aku bakar
Tentara
aku pimpin
Air
mata aku usap
Kini
peperangan bagaikan binatang
Ke
ruang penyembelihan dituntun
Pengintai
Malik Bin Auf
Beberapa orang
pengintai yang dikirim oleh Malik bin Auf datang kembali kepadanya memberi
laporan dalam keadaan suara menggeletar.
Kata Malik bin Auf: “Apa
ceritanya?”
Jawab mereka; “Kami
dapati tentara serba putih di atas belakang kuda-kuda merah dan putih, kami ketakutan
dan inilah laporan kami.”
Pengintai
Rasulullah ï·º
Rasulullah telah mendapat pemberitahuan tentang pergerakan musuh, sebagai tindakan maka Rasulullah mengutus Abi Hadad Aslami, agar dia menyusup masuk ke tengah-tengah musuh dan tinggal di sana untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai mereka. Abu Hadad pun berangkat. (bersambung)
Kisah sebelumnya: