“Saya ini penyair. Saya ini sastrawan. Apa yang disampaikan orang ini, tidak bisa dinalar dengan nalar sastra. Apa yang dia sampaikan lebih tinggi dari pada karya sastra,” jawab Unais.
“Jadi kesimpulannya apa?” tanya Abu Dzar.
“Orang ini bukan penyair, bukan dukun, dan bukan juga tukang sihir. Justru masyarakat Mekah yang pembohong mengatakan dia (Nabi Muhammad) tukang sihir, penyair, dukun,” jawab Unais dengan tegas.
----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 26 Januari 2023
Unais:
Saya Ini Penyair, Muhammad Bukan Penyair
(Sepenggal
Obrolan Abu Dzar Al Ghifari dengan Unais)
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wakil Ketua Majelis
Pustaka dan Informasi Muhammadiyah Sulsel)
Unais diutus oleh
saudaranya, Abu Dzar Al Ghifari, menuju Mekah untuk menyelidiki, mencari tahu
siapa itu Muhammad, orang yang mengaku nabi.
Setelah kurang lebih
sebulan di Mekah, Unais pulang ke kampungnya di wilayah Ghifar, kemudian Unais
ditanya oleh Abu Dzar Al Ghifari.
“Bagaimana hasil
penyedilikanmu?” tanya Abu Dzar.
“Ya, orang ini mengaku
nabi. Dia mengaku diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala,” jawab Unais.
“Bagaimana respons
masyarakat Mekah?” tanya Abu Dzar.
“Penduduk Mekah ada
yang mengatakan Muhammad itu pembohong, ada yang mengatakan Muhammad itu penyair, ada yang mengatakan Muhammad tukang
sihir, ada juga yang mengatakan Muhammad itu dukun,” papar Unais.
“Menurut kamu bagaimana?”
tanya Abu Dzar.
“Saya ini sudah sering
bertemu dengan dukun, dan apa yang disampaikan orang ini (Nabi Muhammad) bukan
gaya dukun. Penampilannya juga bukan seperti dukun. Jadi tidak mungkin dia
dukun,” jawab Unais.
“Kalau penyair?” tanya
Abu Dzar.
“Saya ini penyair. Saya
ini sastrawan. Apa yang disampaikan orang ini, tidak bisa dinalar dengan nalar
sastra. Apa yang dia sampaikan lebih tinggi dari pada karya sastra,” jawab
Unais.
“Jadi kesimpulannya
apa?” tanya Abu Dzar.
“Orang ini bukan penyair,
bukan dukun, dan bukan juga tukang sihir. Justru masyarakat Mekah yang
pembohong mengatakan dia (Nabi Muhammad) tukang sihir,
dukun,” jawab Unais dengan tegas.***