Momentum Isra Miraj ini, mari merenungi lebih dalam, bagaimana esensi ibadah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan tembang timang terima yang sesungguhnya__
Bukankah pelaksanaan shalat agar lebih tunduk dan patuh dalam bersujud lima waktu tanpa tameng sorbanan __tetapi keyakinan kokoh yang bertameng hanya kepada Allah semata___
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 20 Februari 2023
OPINI SASTRA
Abu
Lahab pun Bersorban
Oleh:
Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi,
Budayawan)
Momentum Isra Miraj
ini, mari merenungi lebih dalam, bagaimana esensi ibadah dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan tembang timang terima yang sesungguhnya__
Bukankah pelaksanaan
shalat agar lebih tunduk dan patuh dalam bersujud lima waktu tanpa tameng
sorbanan __tetapi keyakinan kokoh yang bertameng hanya kepada Allah semata___
Semata guna keimanan
bermata batin tiada tara, meyakini kebesaran Allah semata berhingga
^Attahiyyatul mubarakatush shalawatuth thayyibatu lillah; Segala penghormatan,
kemuliaan, dan keagungan kepunyaan Allah saja.” dan kita hamba hanya mengabdi
kepadaNya dengan Mi'raj perubahan perilaku sehingga menggapai kebahagian jiwa
nurani, baik di dunia maupun di akhirat menanti.
Kita
pun Berjiwa Mi'raj
Mungkin pernah kita
baca dan dengar tentang retorik kata ^Kita pun bisa Mi’raj seperti Rasulullah
Saw. Mi’raj kita adalah dengan mendirikan shalat.
Rasulullah SAW bersabda
yang artinya ,”Shalatlah kamu seperti kamu mau meninggalkan dunia ini.”–[ Dari
Abu Ayub Al Anshari ra] berkata yang artinya: “Seorang laki-laki menemui Nabi
SAW, lalu berkata: “Ya Rasulullah. Berilah aku nasehat yang ringkas.”
Maka, Rasulullah
bersabda: “Kalau Engkau mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya
orang yang hendak meninggalkan (dunia)... (Hadist hasan; Dikeluarkan oleh Ahmad
(5/412), Ibnu Majah (4171).
Kemudian, John Renerd
dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic
Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra
Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup
Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada.
Isra Mi’raj,
menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan
dunia spiritual. Istilah heroik atau kepahlawanan sebagai pejuang yang gagah
berani, orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela
kebenaran.
Terlepas istilah
perjalan heroik, namun isra mi'raj boleh dimaknai perjalanan hamba pilihan yang
paling maksimal, menuju puncak segala puncak pengabdian hingga ke Arsy Ilahi
RabbNya.
Dalam diksi lain,
dinyatakan bahwa Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd)
menuju sang pencipta (al-Khalik). Perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan
kamil).
Menurut para sufi,
adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.
Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf.
Menurut Dr Jalaluddin
Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika
Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat
Rasul berkata,
“Attahiyatul
mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”;
“Segala penghormatan,
kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”.
Allah SWT pun
berfirman,
“Assalamu’alaika
ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.
Subhannallah tiada
berhingga menjadi nur pelita dunia berakhirat tanpa terbatasi.
Kalau gulita
nyalakan pelita
bukan peluru pelipur
lara
apalagi gerahan siluman
berdendam kusuma berdupa kemenyan
Kalau gulita
nyalakan pelita
bukan panggilin dukun
bermantra
apalagi terbayar mahal
pula
demi kepuasan nafsu
membara hitam meradang juga menggerogoti
Kalau gulita
nyalakan pelita
agar tentram batin
Bertuhan
hampa dihantui zikir
bersalaman
mata bening pikiran
cemerlang
tiada mengawang sungguh
tenang
Aduhai
Kalau gulita
nyalakan pelita
..
Isra Mi'raj kita dengan
melakukan ibadah shalat yang benar-benar menjadi pelita bekal perjalanan
sehingga semakin tawadhu guna melepaskan baju arogansi kesombongan. Berhingga
Agama menjadi pelita kehidupan guna menerangi gelap gulita jiwa nurani insani __dan
semoga diberkahi menjadi insan kamil yang sesungguhnya__hingga tidak ada ruang
tertuduhin agama jadi tameng apapun.
Maka, mungkin tidak
terlalu keliru diksi yang digorekan pada tautan facebook berikut ini.
Alangkah eloknya bila
agama bukan hanya dijadikan tameng sorban jubahan, __kalau begitu bukankah Abu
Lahab juga bersorban jubahan__ bahkan lebih bermerek dan mahal harganya saat
itu, tak dapat ditandingi__
Melalui momentum Isra
Mi'raj yang dimiladkan setiap tahun ini, mungkin perilaku Abu Lahab jangan
diwarisi menjadi pelita kehidupan. Namun, renungi esensi Isra Mi'raj menjadi
momentum perjalanan pelita ruhani yang bersalaman dengan ucapan Ilahi__
“Assalamu’alaika
ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”. ... semoga kita menjadi golongan
pilihan yang berakhir dengan husnul khotimah ... aamiin.
Wallahu a’lam bisawab
…….
UHAMKA Jakarta, semoga tetap bertaqarrup Ilallah tanpa lelah mencerahkan pendidikan berkemajuan, __ dan tentu jauh dari bingkai tamengan sorban jubahan.