ANGGOTA KONGRES AMERIKA. Ilhan Omar, wanita muda keturunan Somalia, kelahiran 04 Oktober 1982, bernama Islam dan berhijab, datang sebagai imigran dan pengungsi ke Amerika Serikat ketika masih berumur 7 tahun, kini duduk sebagai Anggota Kongress Amerika Serikat dari daerah pemilihan Negara Bagian Minnesota.
----
PEDOMAN KARYA
Senin, 06 Februari 2023
Wanita
Muslimah Ilhan Omar dan Rasisme Politik Amerika
Oleh:
Shamsi Ali
(Presiden Nusantara
Foundation)
Sesuatu yang harus
diakui bahwa Amerika tetap stabil bahkan di saat terjadi goncangan politik yang
tidak wajar. Contoh terdekat adalah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden
negara ini, yang kemudian berujung kepada kekerasan di Capital Hill tanggal 6 Januari
tahun 2020 lalu. Sebuah peristiwa yang pastinya mencoreng wajah negara yang
dikenal sebagai mbahnya demokrasi dunia.
Pada aspek ini saya dan
pastinya banyak orang angkat jempol mengakui kebehebatan Amerika. Bahwa Amerika
tidak lagi bergantung kepada figuritas atau tokoh-tokoh politik. Wajah Amerika
tidak ditentukan misalnya oleh ketua-ketua partai, bahkan Presiden sekalipun.
Tapi oleh institusi yang solid. Sehingga pergantian figur atau tokoh politik
tidak banyak menggoncang kehidupan publik Amerika.
Namun di balik dari
semua yang elok itu ada sisi kelam. Di balik dari semua hingar bingar kehebatan
Amerika itu, terdapat penyakit yang symptomnya kerap nampak secara halus tapi
nyata. Penampakan itu kerap tidak dirasakan karena dibumbui oleh pengakuan
manisnya demokrasi itu sendiri.
Penyakit yang saya
maksud adalah kuatnya pengaruh rasisme dalam proses demokrasi dan politik di
Amerika Serikat. Bahwa seringkali rasisme itu hijacked (menculik) kepentingan
negara, bahkan menculik nilai demokrasi itu sendiri.
Satu contoh adalah
rasisme politik dipertontonkan tanpa malu-malu baru-baru ini. Di mana seorang
anggota Kongress dari kalangan Demokrat, wanita, imigran, berkulit hitam, dan
Muslim, dicopot dari posisinya sebagai anggota Komite Hubungan Luar Negeri di
Kongress.
Dia adalah Ilhan Omar.
Seorang wanita muda keturunan Somalia, bernama Islam dan berhijab, datang
sebagai imigran dan pengungsi ke negara ini ketika masih berumur 7 tahun. Sejak
itu tinggal di negara bagian Minnesota dan tumbuh menjadi seorang aktifis muda.
Di saat masih berumur
34 tahun Ilhan Omar terpilih menjadi anggota Kongress Amerika, sebuah badan
legislasi paling bergengsi di dunia. Wanita muda kelahiran 04 Oktober 1982 itu
membuat sejarah baru bagi Komunitas Muslim Amerika, bahkan sejarah bagi negara
ini sendiri.
Bagi Komunitas Muslim
Ilhan Omar adalah representasi yang sangat ideal. Pertama karena dia adalah
imigran yang menggambarkan bahwa Amerika adalah memang bangsa Imigran. Selain
itu Ilhan bersama Rashida Thlaib dari Michigan adalah dua wanita Muslimah yang
pertama kali terpilih menjadi anggota Kongress Amerika. Tapi khusus untuk Ilhan
dia adalah wanita berhijab pertama yang terpilih menjadi anggota Kongress.
Bagi Amerika tepilihnya
Ilhan Omar juga menjadi catatan sejarah dalam banyak hal. Satu yang paling khusus adalah bahwa Ilhan Omar akan
menjadi anggota Kongress pertama yang memakai hijab di negara super power ini.
Terpilihnya Ilhan
sebagai wanita berhijab pertama di Kongress juga menimbulkan masalah baru. Hal
itu karena Kongres ada aturan bahwa semua anggota Kongress ketika mengikuti
sidang resmi di gedung Kongress tidak diperkenankan memakai penutup kepala. Dan
ini berlaku bagi siapa saja. Termasuk bagi pria Yahudi yang harus memakai
Kippah (songkok kecil).
Sekarang ada seorang
wanita Muslimah yang terpilih dan memakai penutup kepala (hijab). Apakah harus
melepaskan hijabnya di saat mengikuti sidang? Padahal bagi Ilhan, hijab adalah
bagian dari praktek agama yang juga dijamin oleh Konstitusi.
Pada akhirnya Kongres
tidak memiliki pilihan lain kecuali merubah aturannya sendiri. Bahwa aturan
apapun di negara ini Konstitusi harus tetap menjadi payungnya. Ilhan pun
seharusnya tidak memiliki hambatan apa-apa dalam menjalankan kewajiban agam
sekaligus melakukan pengabdian sebagai warga negara yang diamahi menjadi
anggota legislatif.
Ternyata perjalanannya
sebagai anggota Kongress, Ilhan menghadapi banyak tantangan. Wanita muda yang
berani dan luas pergaulan itu dinilai menjadi ancaman bagi banyak pihak.
Khususnya pihak yang selama ini sudah berada dan menikmati zona nyaman
perpolitikan di Amerika. Ilhan pun dituduh sebagai anti Yahudi dan dianggap
berkali-kali menyampaikan pernyataan yang anti semitisme.
Puncaknya pada
pemilihan anggota Kongres baru-baru ini di mana keanggotaan mayoritas Kongress
jatuh ke tangan Republicans. Satu dari dia partai besar di Amerika. Kebetukan
Partai Republican saat ini sedang terpenjara oleh pengaruh Donald Trump yang
anti non White, anti Imigran dan pastinya anti Islam. Ilhan pun harus menerima
kenyataan pahit, diblok untuk kembali
menduduki posisinya sebagai anggota Komite Urusan Luar Negeri (Foreign Affairs)
yang selama ini dudukinya.
Komite ini adalah
Komite yang sangat penting dan terhormat karena mereka banyak menentukan posisi
kebijakan luar negeri Amerika. Salah satunya adalah kebjakan Amerika terhadap
konflik Timur Tengah, khususnya Palestina-Israel. Dengan duduknya Ilhan sebagai
anggota Komite, pastinya dirasakan oleh pihak-pihak tertentu sebabai ancaman.
Dan karenanya apapun akan dilakukan untuk menghilangkan posisi Ilhan di Komite
tersebut.
Selain karena faktor di
atas juga ada beberapa faktor lain yang dicurigai sebagaj penyebab
dihentikannya Ilhan dari posisi itu. Di antaranya karena memang Republican ini
sejak lama dianggap partai anti imigran dan non White. Ilhan Omar pastinya
masuk dalam kategori itu.
Karena itu satu hal
yang ingin saya garis bawahi dan pastikan untuk semua ketahui bahwa di balik
keindahan demokrasi dan proses politik di Amerika ternyata tersembunyi penyakit
yang mulai menular dari waktu ke waktu. Kasus Ilhan adalah bagian dari symptom
penyakit kronis itu.
Dan jika hal ini tidak
diakhiri maka Amerika akan menambah catatan kelam dalam sejarahnya sebagai
negara yang masih mengidap “rasisme politik”.
Jamaica City, 5 Februari
2023