-------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 26 Maret 2023
Kisah
Nabi Muhammad SAW (156):
Firasat
Perpisahan, Rasulullah Beriktikaf 20 Hari
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Setelah Dakwah Islamiah
sempurna dan Islam menguasai keadaan, maka tanda-tanda dan bahasa-bahasa
pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan kepada manusia mulai nampak di
dalam ungkapan-ungkapan dan ucapan-ucapan Rasulullah ï·º melalui perkataan dan
perbuatannya.
Di dalam bulan Ramadhan
tahun ke sepuluh Hijriah, Rasulullah beriktikaf di masjid selama dua puluh
hari, sedang sebelumnya hanya sepuluh hari. Di waktu itu, Jibril mendatangi
Rasulullah ï·º untuk mengulang tadarus Al-Qur’an sebanyak dua kali.
Di dalam Hajji Wada'
Rasulullah telah menyebut: “Sebenarnya kemungkinan aku tidak akan bertemu kamu
lagi setelah pertemuan kita di tahun ini.”
Ketika di Jamrah Aqabah,
Rasulullah berkata: “Ambillah ibadah haji ini dariku, bisa jadi aku tidak akan
mengerjakan haji lagi setelah tahun ini.”
Surah Nasr turun di
pertengahan hari-hari tasyrik, dari surat tersebut Rasulullah ï·º mengetahui
bahwa itu adalah ucapan selamat tinggal dan pemberitahuan tentang kematiannya.
Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah
dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (An-Nasr 110:1
s/d 3)
Di permulaan Safar
tahun sebelas (11) Hijriah, Rasulullah ï·º keluar menuju ke Uhud, Rasulullah shalat
untuk para syuhada’ sebagai ucapan selamat tinggal kepada semua yang hidup dan
yang mati. Dari Uhud Rasulullah kembali ke masjid naik ke atas mimbar dan
bersabda:
“Sesungguhnya aku telah
berbuat keras kepadamu. Sesungguhnya aku adalah melihat kamu semua. Demi Allah,
waktu ini aku sedang menyaksikan kolam airku (kurnia Rasulullah di hari
perkiraan). Aku telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi atau kunci-kunci
bumi, dan sesungguhnya aku tidak takut kamu menyekutukan Allah setelah
kematianku, tetapi aku takut kamu berlomba-lomba karena dunia.”
Di suatu malam
Rasulullah ï·º keluar menuju ke pemakaman Baqi', di sana Rasulullah memohon
ampunan untuk penghuni di kubur dengan doanya:
“Assalamulaikum wahai
penghuni kubur. Tenanglah kamu, pada apa yang terjadi padamu, dengan apa yang
terjadi pada orang lain. Kini fitnah telah mulai tiba, bagai malam yang gelap
pekat, ujungnya menyusul permulaannya, ujungnya lebih buruk dari permulaannya.”
Di sini Rasulullah ï·º
menyampaikan berita gembira kepada mereka, dengan sabdanya: “Sesungguhnya aku
menyusul datang setelah kamu.”
Permulaan
Sakit
Di hari kedua puluh
sembilan (29) bulan Safar tahun ke sebelas (11) Hijriah, pada hari Senin,
Rasulullah ï·º berkesempatan menghadiri pemakaman jenazah di Baqi'. Di
pertengahan jalan sekembalinya dari Baqi', Rasulullah merasa sakit kepala,
panasnya terlalu tinggi, orang di sekitar Rasulullah ikut merasakan panasnya,
terutama di atas kain balutan di kepala Rasulullah yang mulia itu.
Namun demikian
Rasulullah ï·º kemudian shalat dengan para kaum muslimin dalam keadaan Rasulullah
mengalami kesakitan untuk selama sebelas hari, sedang keseluruhan hari sakit
Rasulullah tiga belas (13) hari.
Pekan
Terakhir
Sakit Rasulullah ï·º
semakin berat. Isteri-isterinya berkata; “Giliranku besok? giliranku besok?”
Akhirnya, semuanya
memahami keadaan Rasulullah ï·º, karena itu Rasulullah dipersilakan untuk duduk
saja.
Kemudian Rasulullah
minta berpindah ke rumah Aisyah, Rasulullah berjalan dipapah antara Fadlu bin
Abbas dan Ali bin Abi Talib, sedang kepala Rasulullah masih tertutup dengan
kain, menapakkan kakinya selangkah demi selangkah sampai Rasulullah memasuki
rumah Aisyah. Di situ Rasulullah menghabiskan sisa umurnya yang sepekan itu.
Aisyah r.a. kemudian
membaca surah-surah Muawwizah, dan doa-doa lain yang dia terima dari Rasulullah
ï·º. Dia meniupkannya ke badan Rasulullah ï·º dan mengusap dengan tangan Rasulullah
untuk mendapatkan keberkatan.
Lima
Hari Sebelum Wafat
Pada hari Rabu yaitu
lima hari sebelum meninggal, panas badan Rasulullah semakin meningkat. Rasulullah
ï·º semakin bertambah sakit dan pening, menyebabkan Rasulullah meminta dengan
sabdanya:
“Siramkan kepadaku
tujuh gayung air dari berbagai telaga agar aku dapat keluar menemui orang
banyak dan aku bisa bertemu dengan mereka.”
Sahabat-sahabat yang
hadir di situ membiarkan Rasulullah duduk di atas tikar kemudian mereka
mencucuri air ke seluruh badan Rasulullah, hingga Rasulullah ï·º berkata: “Cukup,
cukup.”
Pada saat itu
Rasulullah ï·º merasa sakitnya berkurang, kemudian Rasulullah memasuki masjid
sedang kepalanya masih terbalut dengan kain, lalu Rasulullah duduk di atas
mimbar dan menyampaikan kata-kata kepada orang banyak.
Ketika itu, para
sahabat dan khalayak pun mengerumuni, kemudian Rasulullah bersabda: “Laknat
Allah kepada kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kubur-kubur
nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.”
Dalam riwayat yang lain,
“Allah mengutuk bangsa Yahudi dan Nasrani yang telah menjadikan kubur-kubur
nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.”
Dan sabdanya: “Jangan
sekali-kali kamu menjadikan kuburku sebagai berhala yang disembah.”
Tidak lupa Rasulullah
menawarkan kepada khalayak untuk menuntut bela kepada dirinya dengan berkata:
“Siapa di antara kamu
yang telah aku pukul belakangnya, ini belakangku siap untuk menerima balas
pemukulan, dan siapa pun yang telah aku caci maki harga dirinya, nah ini dia
harga diriku, siap untuk yang menuntut balas.”
Kemudian Rasulullah ï·º
turun dari mimbar dan menunaikan shalat lohor dan kembali duduk di atas mimbar
mengulangi soal pembalasan dan yang lain-lain hingga salah seorang yang hadir
berkata:
“Rasulullah ï·º telah
berhutang dari aku sebanyak tiga dirham yang belum jelas.”
Maka kata Rasulullah ï·º:
“Fadhl! Jelaskan kepadanya.”
Kemudian Rasulullah
mewasiatkan dan berpesan kepada orang-orang Anshar dengan sabdanya: “Aku
berpesan kepada kamu sekalian, bersikap baiklah terhadap Anshar. Mereka itu
adalah perut dan bekal untukku. Mereka telah melaksanakan kewajiban mereka,
yang belum terlaksana adalah hak mereka. Untuk itu balaslah kebaikan mereka dan
beri maaf kesalahan mereka.”
Katanya pula: “Sesungguhnya
aku ini seorang hamba Allah yang telah diberi pilihan untuk menerima kemewahan
dunia secukupnya atau memilih kedudukan di sisi-Nya, di sini aku telah memilih
kedudukan di sisi-Nya.”
Kemudian Rasulullah pun
berkata pula: “Sesungguhnya orang yang paling selamat dalam bersahabat dan juga
merupakan hartaku adalah Abu Bakar. Seandainya aku harus mengambil teman selain
dari Allah niscaya aku memilih Abu Bakar, tetapi dia adalah saudara, dan
mempunyai hubungan dekat di dalam Islam. Karena itu, semua pintu rumah ke
masjid harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakar. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Khutbah Rasulullah di Hari Nahr