-----
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 11 Maret 2023
Kenangan Jadi Kuli Bangunan di Semen Tonasa
Oleh: Ramli S. Nawi
(Wartawan, Novelis)
Antara tahun 1978-1979,
saya bekerja sebagai kuli bangunan ketika kantor pusat PT Semen Tonasa, yang
terletak di Desa Tonasa Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, mulai dibangun.
Saat itu sebenarnya saya
sudah tinggalkan kampung halaman di Balocci, setelah tamat dari Sekolah Rakyat
(SR), kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Teknik Negeri (STN) di Kota Makassar,
dan selanjutnya ke Sekolah Teknik Menengah (STM) di Gunungsari, Makassar.
Tetapi di saat tiba
masa liburan semester, saya balik ke kampung di Balocci, yang selalu membuat
saya kangen karena suhu udaranya sangat nyaman yang kebetulan dikelilingi
pegunungan.
Pada suatu waktu ketika
saya liburan semester selama dua minggu lamanya, teman - teman yang ada di
kampung datang menemui saya dan mengajak saya untuk bekerja menjadi buruh bangunan
yang digaji setiap pekannya.
Sebelumnya sudah ada
beberapa orang teman menjadi buruh dalam pembangunan kantor pusat PT Semen
Tonasa. Dengan itu, saya pun tertarik.
Ada pun gaji setiap
buruh bangunan pada waktu itu berkisar Rp25 ribu per pekan. Saya pun mengiyakan
kepada teman untuk berkerja sebagai buruh, karena saya punya waktu selama
liburan sekolah.
Saya ingat persis pada
hari saya menjadi buruh bangunan, yaitu hari Senin. Dan tanpa sepengetahuan
ayah saya, langsung saya berangkat bersama teman-teman ke Tonasa pada subuh
hari dengan berjalan kaki yang berjarak kurang lebih 7 kilometer dari kampung
saya Balocci.
Begitu tiba, langsung
menyampaikan ke mandor, yang bernama Tiala. Kami diterima dengan bersama
beberapa orang teman dan hari itu juga saya resmi menjadi buruh bangunan. Saya
ditempatkan pada bagian pengecoran. Yang saya kerjakan adalah menyuapi moleng
yang berputar untuk mengaduk bahan baku semen pasir dan kerikil.
Beberapa hari kemudian,
setelah bekerja sebagai buruh, sela-selah jari kaki saya mulai terasa perih
karena termakan cairan semen cor, tetapi betapa nikmatnya ketika tiba hari
Sabtu untuk gajian.
Semua rasa letih hilang
setelah menerima gaji dari pak mandor. Terkadang juga lembur hingga sampai jam
10 malam.
Soal makan, tidak ada masalah
karena sehari-harinya ditanggung dari perusahaan. Sehabis lembur langsung balik lagi ke kampung
bersama teman-teman. Kami pulang di tengah kegelapan malam menyusuri jalan yang
tidak beraspal. Kaki terasa tersiksa karena ganjalan bebatuan sepanjan jalan.
Jam 5 subuh balik lagi
ke Tonasa dengan berjalan kaki karena pada waktu itu kendaraan umum belum ada
dan jam 8 pagi harus kerja lagi.
Sejarah pembangunan
kantor pusat Semen Tonasa yang berlokasi di Desa Tonasa, yang berdiri kokoh di
poros jalan ke Balocci, menjadi kenangan pribadi saya karena saya termasuk
salah satu yang menjadi buruh saat itu dalam pembangunan kantor Semen Tonasa.
Setiap saya pulang ke kampun
di Balocci, saya dapat menyaksikan sisa-sisa dari fisik Kantor Pusat Semen
Tonasa, yang saat ini tinggal bangunan yang rapuh dan tak berpenghuni. Padahal
di situlah awal dari sebuah sejarah berdirinya pabrik Semen Tonasa yang kini
sudah memiliki kantor pusat yang megah di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro,
Kabupaten Pangkep.
Kantor Pusat PT Semen
Tonasa kini berlantai 6 dikeliling pemandangan indah dengan pegunungan kars.
Apalah artinya sebuah sejarah kalau hanya untuk terlupakan dan terabaikan.***