------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 09 Maret 2023
Kisah
Nabi Muhammad SAW (155):
Khutbah Rasulullah di Hari Nahr
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Di hari penyembelihan
yaitu hari ke sepuluh Dzulhijjah, setelah waktu Dhuha, Rasulullah ﷺ
menyampaikan khutbah dari atas kendaraannya, “Syahba” (menjelaskan) sedang Ali bin
Abi Talib menyuarakan dengan lantang kepada orang banyak. Sidang hadirin ada
yang duduk dan ada yang berdiri.
Di dalam khutbahnya
Rasulullah mengulangi beberapa hal yang telah disampaikan kemarin. Syaikhan
(dua orang Syeikh Hadits: Bukhari dan Muslim) telah meriwayatkan dari Abi
Bakarah dengan katanya:
“Bahwa Rasulullah ﷺ
telah menyampaikan kepada kami di hari Nahr (penyembelihan) dengan sabdanya:
Sesungguhnya peredaran
waktu sudah berjalan pada sumbunya yang asal dan menepati putaran sesuai pada
hari penciptaan langit dan bumi. Setahun dua belas bulan, empat darinya adalah
bulan haram, tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaedah, Dzulhijjah, dan Muharram,
sedang sebulan lagi ialah bulan Rajab, yang ada di antara Jamadil Akhir dan Sya’ban.
Sabdanyanya lagi: “Ini
bulan apa?”
Jawab hadirin: “Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Rasulullah ﷺ pun diam
sesaat, sampai kami mengira Rasulullah akan menamakannya dengan satu nama lain.
“Tidakkah, ini bulan
Dzulhijjah?” tanya Rasulullah.
“Benar,” jawab kami.
“Negeri ini, negeri
apa?” tanya Rasulullah.
“Allah dan Rasulnya
lebih mengetahui,” jawab kami.
“Tidakkah, negeri ini
dikenali sebagai Baldah?” tanya Rasulullah.
“Benar,” jawab kami
semua.
“Kita ini di hari apa?”
tanya Rasulullah.
“Allah dan Rasulnya
lebih mengetahui,” jawab kami.
Rasulullah berdiam
sejenak hingga kami menyangka Rasulullah akan menukar dengan nama baru.
Kemudian sabda
Rasulullah: “Tidakkah hari ini hari Nahr hari sembelihan qurban?”
“Benar,” jawab kami
semua.
Selanjutnya Rasulullah
bersabda:
“Sesungguhnya darahmu,
hartamu, dan harga dirimu adalah haram di atas kamu sekalian, sama seperti
haramnya harimu ini, di bumimu ini dan di bulanmu ini.”
“Dan kamu akan menemui
Tuhanmu dan Tuhanmu akan bertanya kepadamu mengenai amal-amalmu. Ingatlah agar
jangan sekali-kali kamu menjadi sesat setelah kepergianku nanti, kamu saling
bunuh sendiri kepada sesame. Tidakkah telah aku sampaikan?”
Jawab mereka: Ya!.
Kata Rasululah ﷺ: “Ya
Allah, ya Tuhanku, saksikanlah, akankah yang hadir di antara kamu ini akan
menyampaikan kepada yang tidak hadir. Karena bisa jadi yang menyampaikan itu
lebih memahami dari pada yang mendengar.”
Rasulullah tinggal di
Mina selama hari-hari tasyrik, mengerjakan ibadah dan mengajarkan hukum-hukum
syariat, memberikan tazkirah, membetulkan ajaran-ajaran hidayah dari ajaran
Ibrahim, menghapuskan syirik dan kesan-kesannya.
Rasulullah ﷺ juga
menyampaikannya di tengah hari-hari tasyrik,
Dari Abu Daud dengan
sanad hadits hasan, riwayat Sarra' binti Nubhan telah berkata: “Rasulullah ﷺ
telah menyampaikan sabdanya di hari tasyrik itu dengan: Tidakkah hari ini, hari
tengah di antara hari-hari tasyrik.
Sabda Rasulullah itu
seperti sabdanya di hari “Nahr” sabda ini disampaikan setelah diturunkan Surah
Nasr.
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ
وَالْفَتْحُۙ
وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ
فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا
Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah
dengan berbondong-bondong,
“Maka bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penerima taubat.” {An-Nasr 110:1 s/d 3}
Di hari Nafar Thani
yaitu hari ketiga belas Dzulhijjah, Rasulullah ﷺ keluar dari Mina bergerak
menuju ke dataran tinggi Bani Kinanah di suatu kawasan tanah lapang. Rasulullah
menghabiskan sisa hari di situ hingga ke malamnya, Rasulullah ﷺ telah
menunaikan shalat dzuhur, ashar, maghrib dan isya'.
Setelah itu Rasulullah
berbaring, kemudian berdiri dan berjalan menuju ke Ka’bah, di sana Rasulullah
melakukan thawaf wada'.
Setelah selesai
mengerjakan ibadah hajinya, Rasulullah ﷺ dengan tergesa menaiki untanya dan
pulang ke Madinah Mutahharah. Ini dilakukan karena akan memberi kesempatan
kepada mereka untuk beristirahat, karena akan meneruskan kembali berjuang di
jalan Allah.
Unit
Terakhir Pengiriman
Sikap keangkuhan
kerajaan Roma yang tidak mau menerima kehadiran Islam di negaranya inilah yang
membawa Roma membunuh rakyatnya yang memeluk agama Islam, sebagaimana
tindakannya kepada Farwah bin Juzami, gubernur yang dilantik oleh Roma untuk
daerah Maan, dibunuh karena memeluk Islam.
Rasulullah melihat
peristiwa ini dengan sungguh-sungguh, sikap Roma yang sombong dan keras kepala
itu membuat Rasulullah segera mempersiapkan satu angkatan yang besar pada bulan
Safar tahun kesebelas (11) Hijriah.
Usamah bin Zaid telah
diberi tanggung jawab untuk memimpin angkatan ini. Rasulullah memerintahkan
agar Usamah memasuki perbatasan Balqa' dan Darom di Bumi Palestina.
Tujuannya untuk
menggertak Roma dan mengembalikan kepercayaan bangsa Arab yang berbatasan
dengan Roma, agar mereka mengetahui bahwa kebiadaban Roma itu tidak bisa dibiarkan
terjadi begitu saja.
Selain itu, juga untuk
menghapus sindrom, yang konon katanya memeluk Islam hanya akan membawa
kematian.
Masyarakat
menyebut-nyebut tentang Usamah bin Zaid karena dia merupakan pemimpin tentara
Islam yang masih muda, bahkan mereka mengharapkan agar ditunda
keberangkatannya.
Di sini Rasulullah ﷺ
mengulas dengan sabdanya:
“Sekiranya kamu
mempersoalkan kepimpinannya berarti kamu mempersoalkan kepimpinan bapaknya yang
terdahulu. Demi Allah, meskipun kepimpinannya dipertikaikan, namun dia adalah
layak untuk tugas. Bapaknya yang terdahulu adalah orang kesayanganku, dan dia
juga di antara orang kesayanganku setelah bapaknya yang terdahulu.”
Oleh sebab itu,
masyarakat pun mulai berkumpul di sekeliling Usamah yang sedang menyertai
barisan tentaranya. Akhirnya mereka semua bergerak hingga sampai di
persinggahan Jaraf, satu Farsakh jaraknya ke Madinah.
Ketika tentara Islam
ada di sana, mereka menerima berita tentang Rasulullah ﷺ jatuh sakit. Berita
ini telah membuat mereka ragu untuk meneruskan perjalanan ke Roma, agar mereka
dapat mengetahui ketetapan Allah itu.
Dengan izin dan takdir Allah, tentara pimpinan Usamah ini merupakan pengiriman pasukan pertama kemudian, pada masa pemerintahan Abu Bakar Siddiq. (bersambung)
-----
Khutbah Terakhir Rasulullah di Arafah
Rasulullah Melaksanakan Haji Tahun ke-10 Hijriyah