PEDOMAN KARYA
Selasa, 21 Maret 2023
Catatan dari Festival Lepas
Batas Seni Pertunjukan Disabilitas di Gowa:
Menemukenali Pertunjukan Seni Kota yang Inklusi
Oleh: Yudhistira
Sukatanya
(Seniman, Sastrawan, Budayawan)
Di pelataran Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, Sabtu-Ahad, 11-12 Maret 2023,
pukul 15.00 Wita hingga selesai, berlangsung Festival Lepas Batas-Seni
Pertunjukan Disabilitas, yang diikuti oleh 15 Sekolah Luar Biasa SLB dari Kota
Makassar dan Kabupaten Gowa.
Direktur Festival, Dwi Saputra Mario
Muhammad menyampaikan
bahwa tujuan festival ini adalah upaya pemenuhan hak
penyandang disabilitas,
berpartisipasi dalam kegiatan seni dan budaya, yang pada akhirnya juga mendorong
pemajuan kebudayaan yang inklusif dan dapat diakses.
Dalam buku saku acara, secara gamblang tertulis, pada
dasarnya semua warga negara mempunyai hak, kewajiban, serta peran yang sama
dalam pemajuan kebudayaan tanpa perlu membedakan kelompok masyarakat tertentu.
Namun, pada
praktiknya,
pelibatan penyandang disabilitas dalam pemajuan kebudayaan masih minim. Padahal
amanat
undang- undang jelas menyatakan penyandang disabilitas memperoleh kesamaan dan
kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan seni dan budaya.
Pada dasarnya para siswi dan siswa penyandang
disabilitas dari Sekolah Luar Biasa (SLB) memiliki potensi keterampilan dan bakat luar biasa dalam
berbagai bidang kesenian. Keterampilan tersebut perlu ditingkatkan dengan melibatkan
seniman selaku pelatih
sebelum akhirnya para siswi dan siswa SLB ditampilkan pada festival.
“Menyadari hal tersebut saya
menginisiasi festival
sebagai upaya membuka ruang pengetahuan dan kreativitas seni mereka,” imbuh Dwi.
Apresiasi yang setinggi-tingginya patut diberikan kepada seratusan siswa-siswa SLB
yang telah berupaya
sungguh-sungguh mengikuti proses
latihan guna
menampilkan beragam karya
seni.
Ragam bidang seni yang ditampilkan selama
dua hari melalui festival ini adalah
seni tari, seni musik, seni rupa, pantomim, sastra, juga fashion show.
Di hari pertama tujuh kelompok mendapat kesempatan tampil, di antaranya siswa-siswa
SLB Taruna Bunga Bangsa menyajikan Tari Gandrangbulo, sedangkan di hari kedua, dengan
gembira 4 penari perempuan, 1 pemandu, 3 di antaranya tuna
rungu menampilkan Tari Toraja kelompok dari SLB Pelita Mandiri.
Kemudian tampil atraksi pantomime dari kelompok anak laki dan perempuan
tuna rungu, siswa
SLB Jenetallasa.
Wicara dan Dialog
Melengkapi rangkaian festival, di sela acara dilaksanakan talk show,
gelar wicara dan dialog di penghujung acara. Tampil narasumber Nur Syarif Ramad
(Penggiat Isu Disabilitas), Irwan Ar (Seniman dan Jurnalis), Nurhayati SAg (dari
Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia Sulawesi
Selatan) dengan moderator Syahrini Andriyani.
Daeng Malik dari Pustakabilitas, hadir berkacamata gelap sebagai salah
seorang narasumber Talkshow di hari kedua. Ia penyandang buta total sejak usia
muda, tahun 2016, akibat ablasio retina yang merupakan penyakit mata
cukup serius karena lapisan tipis retina di bagian belakang mata terlepas dari
posisi normalnya. Tak bisa ditransplantasi.
Meski buta, Daeng Malik yang hadir sambil menggendong anak perempuannya,
Dinar, berusia 3 tahun, mampu menyebutkan dengan fasih warna pakaian yang
dikenakannya termasuk menyebutkan warna sepatunya, biru navi.
Daeng Malik, mantan anggota Teater Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas)
Makassar, menyampaikan bahwa sejak lama berharap menemukan komunitas seni yang
inklusif bagi penyandang disabilitas, tapi belum sempat ketemu.
Dalam sesi talk show, Daeng Malik secara blak-blakan menyampaikan
komplain bahwa ia merasa kesempatan berkesenian bagi penyandang disabilitas
terbilang sangat kurang. Kalau pun ada biasanya mereka hanya diperlakukan
sebagai objek semata, bukan sebagai subjek. Tapi ia menyambut gembira hadirnya
festival ini yang telah melibatkan penyandang difabel secara partisipatif
sebagai subjek dalam kegiatan.
Tradisi
partisipasi, berupa keterlibatan
langsung warga dalam
kegiatan kemasyarakatan sesungguhnya sudah lama ada dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
di Indonesia. Ini menjadi pengingat, bahwa dalam tata kelola pemerintahan, perlu serius membangun partisipasi warga dalam kesetaraan
dan inklusivitas.
Pustakabilitas adalah perpustakaan inklusi. Tidak hanya untuk diakses
oleh penyandang disabilitas tapi juga bagi siapa saja. Semua kalangan yang
ingin belajar isu disabilitas.
Perpustakaan komunitas yang berlokasi di perumahan Graha Alauddin ini
secara berkala, bulanan, melakukan kegiatan diskusi, ngobrol bahkan nonton
bareng film pilihan yang inspiratif, dibantu relawan.
Konsentrasi utama lembaga ini adalah pada perlindungan perempuan difabel
yang masih sering mengalami kekerasan seksual hingga rudapaksa.
Daeng Malik mantan aktivis ‘Kampung Buku’ tahun 2009 hingga 2014, berpengalaman
sebagai penulis, editor buku dan video.
Berbekal keterampilan itu bersama kawan-kawannya, ia aktif membuat
catatan dokumentasi audio visual, juga cetak buku berkaitan pendampingan hukum
bagi penyandang difabel.
Kemudian buku diterbitkan dalam naungan Penerbit “Perdik”. Ayah seorang
putri ini bersyukur bahwa dengan kemajuan teknologi mutakhir, penyandang tuna
netra sudah dapat menggunakan aplikasi di perangkat gadget untuk “membaca” atau
mendengar e-book.
Dalam kondisi keterbatasannya ia mensyukuri berkah mendapat kelebihan
dalam kepekaan mendengar, merasa dan mengingat.
Frasa kegiatan inklusi mulai dikenal sejak tahun 1990-an, adalah
kegiatan yang memberi solusi
karena adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak
penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus.
Model kegiatan inklusif dimaksudkan untuk menyertakan
berbagai pihak, termasuk
penyandang disabilitas agar dapat bersama-sama dalam mengikuti proses
pembelajaran dengan mendapatkan
layanan yang layak.
Termasuk mendapat perlakuan setara sesuai
kebutuhan individu tanpa membeda-bedakan asal dan latar belakang suku, agama, ras, bahasa, keluarga,
kondisi sosial-ekonomi,
pilihan politik,
wilayah geografis, keterpencilan tempat
tinggal, jenis kelamin, maupun
perbedaan kondisi fisik juga mental.
Menurut data BPS tahun 2020 di Indonesia ada lebih dari 23 juta
penyandang disabilitas.
Difabel dan Disabilitas
Di sisi lain Daeng Malik menyampaikan bahwa ia merasa lebih nyaman
dengan sebutan difabel. Sebutan difabel lebih
sopan digunakan dibanding
disabilitas.
Difabel artinya mengarah pada orang
dengan kondisi keterbatasan
pada aktivitas tertentu, tapi normal untuk aktivitas lainnya.
Selanjutnya ia mengingatkan kembali slogan “Nothing about us without
us” yang diadopsi dari
“Nihil de Nobis, Sine Nobis” frasa yang berasal dari
tradisi politik masa lalu di
sebagian besar kawasan Eropa Tengah.
Ketika itu bentuk kerajaan, di mana raja
sebagai pemegang otoritas tertinggi beralih ke bentuk negara yang lebih
demokratis, saat suara
warga diwakilkan di parlemen.
Slogan ini terus
berevolusi dan gencar digunakan oleh para
aktivis penyandang disabilitas di tahun 1990-an.
Pada tahun 2004, PBB pertama kali
menggunakannya sebagai tema pada peringatan Hari Penyandang Disabilitas
International.
Kemudian
menjadi slogan dalam Konvensi PBB tentang Penyandang Disabilitas tahun 2007.
“Slogan ini selanjutnya menjadi norma
kehidupan demokrasi yang meluas
ke berbagai pengambilan keputusan dalam penyusunan kebijakan politik berdasarkan berbagai
aspirasi kelompok kepentingan yang diwakilinya, khususnya aspirasi partisipatif dari kelompok
yang terpinggirkan secara politik, ekonomi, sosial dan budaya karena keterbatasan keadaan fisik,” ungkap Daeng Malik dengan fasih dan runtut.
Semoga Festival Lepas Batas-Seni Pertunjukan Disabilitas
ini menjadi ruang belajar bersama, menemukenali seni kota yang inklusif.
Tamamaung, Maret 2023
Peserta Festival Lepas Batas
Sabtu, 11 Maret 2023
Pukul 15.00 Wita - selesai
SLB Autis Bunda – Puisi
SLBN 2 Makassar – Tari Pattapi
SLB Kalemandalle – Tari Tulolonna Sulawesi
SLB YPP Bajeng Raya – Fashion Show
SLBN 2 Makassar – Menyanyi
SLB Al Alaq – Tari Indo Logo
SLB Jenetallasa – Pantomim
SLB S YPKCNI – Menyanyi
Ahad, 12 Maret 2023
Pukul 15.00 Wita - selesai
SLB Pelita Mandiri – Tari Toraja
SLB Taruna Bunga Bangsa – Gandrangbulo
SLB Negeri Somba Opu – Seni Lukis
SLB Yukartuni – Band Akustik
SLB Reskiani – Puisi
SLB Laniang – Tari Alosi Ripolo Dua
SLB Arnadya Makassar – Kolaborasi Puisi
SLB Hudayah Hasyim – Tari Nusantara