------------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 22 Juni 2023
Catatan
Jelang Kongres Kebudayaan Sulsel 2023 (2):
Budaya
Bukan Sekadar Pertunjukan Seni
Oleh:
Moehammad David Aritanto
(Pemerhati Pendidikan
dan Kebudayaan)
Ketika saya mendapat
undangan untuk menghadiri Kongres Kebudayaan Sulsel yang akan berlangsung pada,
24-25 Juni 2023, di Gedung Mulo Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Sulsel, dan di Lantai 9 Gedung DPRD Sulsel, di pikiran saya bukan semata untuk
menghadiri dan menyaksikan berbagai pertunjukan seni di panggung.
Karena bila di pikiran
saya hanya sebatas diundang untuk menyaksikan berbagai pertunjukan kesenian.
Maka saya tak lebih hanya bagai menangkap riak-riak bui gelombang di laut. Tapi
yang ada di dalam pikiran saya yang terpenting adalah kesan dan pesan yang
disampaikan oleh sebuah pertunjukan seni. Tentu yang identik simbol-simbol
gerakan penuh makna budaya. Yang mencerminkan karakter keterkaitan kearifan
lokal di segala lini kehidupan bermasyarakat.
Yang tak lepas dari
mata rantai dari dalam rumah tangga sendiri hingga ke jenjang pendidikan. Maka
sepantasnyalah bila para orangtua dan para pendidik menjadi patron langsung
sebagai pelaku budaya untuk melestarikan niat tulus para leluhur.
Karena budaya sangatlah
identik prilaku hidup sehari-hari, tutur kata yang halus yang kadang berbungkus
kalimat simbol atau sarat kata metafora.
Seperti saya ambil
contoh pada tarian tradisonal gandrang bulo. Dimana lagunya mengandung kata-kata
isyarat bagi orang yang kerap mengumbar bicara selangit, ibarat sudah menginjakkan
kaki di bulan. Namun tong kosong nyaring bunyinya. Seperti battu ratema ri bulang, ma'rencong rencong ma'rencong-rencong.
Sementara anak anak yang menarikannya juga ibarat peragakan gerakan gerakan
sindiran.
Dari simbol simbol
gerakan gandrang bulo ini. Kita dapat menangkap kesimpulan bahwa kebudayaan itu
adalah kehidupan prilaku dan tutur kata yang sangat halus. Dan ini harus tuntas
dijabarkan demi pelestarian kearifan lokal sebagai ciri khas kehidupan orang
Sulsel.
Karena itu, di rumah peran masing-masing orang tua sangat menentukan terhadap pertumbuhan anak dari usia dini hingga remaja. Di sekolah pun para pengajar harus menjadi pendidik. Karena pengajar belum tentu pendidik. Kenapa? Karena pengajar hanya tahu transfer ilmu bacaan dan hafalan, tapi pendidik dipastikan dapat menjadi pengajar yang baik, dan karena murid akan merasakan seolah-olah dirinya berhadapan dengan orangtuanya saat di sekolah..***
-----
Artikel bagian pertama: