------
Rabu, 14 Juni 2023
Dosen
Unismuh Makassar Amruddin Ambo Enre Pemateri Sosiologi Pertanian di Era
Disrupsi
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Dosen pengampu mata kuliah Sosiologi
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr
Amruddin SPt MPd MSi, menjadi salah seorang narasumber pada Join Lecture dengan
Sosiologi Pertanian di Era Disrupsi yang diadakan empat kampus, Selasa, 13 Juni
2023.
Amruddin tampil bersama
tiga pemateri lainnya yaitu Dr Ema Hilma Meilani SP MP (Universitas
Muhammadiyah Sukabumi), Dr. Edi Efrita SP MO (Universitas Muhammadiyah
Bengkulu), dan Zuhud Rozaki SP MAppSc PhD (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).
“Joint lecture diikuti
137 audiens dan host-nya adalah Prodi Agribisnis UMY,” kata Amruddin Ambo Enre,
kepada wartawan di Makassar, Rabu, 14 Juni 2023.
Amruddin yang pernah
menempuh pendidikan Sosiologi S2 dan S3 di Universitas Negeri Makassar (UNM),
memaparkan judul materi Sosiologi Pertanian di Era Disrupsi (Konsolidasi
Siaga).
“Sosiologi pertanian
mulai terkenal di Indonesia ketika terbit buku Sosiologi Pertanian (Agrarian
Sociology) yang disunting Ulrich Placnk, terbit pertama kali tahun 1989, atas
kerja sama Yayasan Obor Indonesia dengan Lembaga Kerjasama Ilmiah di Turbingen
Jerman. Di dalam buku tersebut tertulis bahwa terdapat 5 tema pokok dalam
Sosiologi Pertanian, yakni Undang-Undang Pertanian, Struktur Pertanian, Bentuk
Organisasi Pertanian, Usaha Pertanian, serta Masalah Sosial Pertanian,” papar
Amruddin.
Sosiolog Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, menyatakan bahwa sosiologi memperlajari struktur
sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.
Amruddin kemudian
mengibaratkan seorang muslim seandainya Surah Al-‘Asr sudah cukup untuk manusia
sebagai perintah, demikian juga pendapat dua sosiolog terkemuka Indonnesia
tersebut tentang sosiologi.
Dia kemudian
menjelaskan rinci hasil temuannya di tahun 2001 tentang modernisasi pertanian
yang menyebabkan perubahan sosial di perdesaan.
“Bisa dibayangkan
bagaimana perubahan tersebut di era disrupsi ini. Meminjam pendapat Fujiyama
bahwa disrupsi itu ancaman terhadap tatanan social. Sebaliknya, Christensen
melihat disrupsi sebagai peluang inovasi yang menguntungkan,” kata Amruddin.
Selanjutnya, dia juga
memperkenalkan temuan terbarunya tentang fenomena deprivasi sosial-ekonomi di
desa perbatasan kota, yang mengakibatkan penyempitan lahan, masalah lingkungan,
tergerusnya solidaritas sosial, lingkaran elite dan pemilik modal.
“Kemudian penting
sekaitan dengan tema utama sosiologi pertanian memperkenalkan siaga kebijakan,
siaga solidaritas, siaga masyarakat tani, serta siaga pemenuhan nafkah,” kata
Amruddin.
Amruddin yang pernah
menjabat Ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unismuh Makassar (2014-2018)
memberikan kesimpulan bahwa di era disrupsi berkelindang antara ancaman dan
peluang pada masyarakat pertanian.
“Konsolidasi siaga
berharap ancaman teratasi, adapun peluang dimaksimalisasi,” kata Amruddin.
Ketua Prodi Agribisnis Fakultas
Pertanian Unismuh Makassar, Nadir SP MSi, mengatakan, Joint Lecture bertema
Sosiologi Pertanian di Era Disrupsi diadakan atas kerjasama empat kampus di bawah
naungan Forum Prodi Agribisnis Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
“Mahasiswa dari empat kampus
yang mengikuti joint lecture ini diharapkan menambah pengalaman dan wawasan belajar
melalui perkulihan yang dibawakan dosen di luar Prodi,” kata Nadir. (lan)