-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 06 Juni 2023
Mengenang Mochtar Pabottingi; Penulis Puisi, Novel dan Analisis Politik
Oleh: Aspar Paturusi
Saya sedikit kesulitan pada bagian mana dari
perjalanan hidup dari saudara kita, Mochtar Pabottingi, yang masih kuat
tersimpan dalam memori yang bisa saya tulis untuk mengenangnya.
Ada beberapa hal yang juga sudah sulit secara persis
untuk mengingat peristiwa dan tahunnya yang dapat saya ungkapkan.
Mochtar pertama kali bermain teater pada naskah “Thimadar” karya Yunan Helmi Nasution. Teater itu
produksi Ikatan Seniman Budayawan Muhammadiyah (ISBM) Makassar. Saya sutradara dan ketua organisasi tersebut.
Ini belum pernah terungkap. Ada beberapa yang sudah
tak bagus lagi untuk diluruskan dalam tulisan tentang dia di media. Setahu
saya, almarhum tidak pernah jadi redaktur Harian Mercu Suar. Juga tidak pernah
memimpin organisasi seni budaya Islam.
Tentang hadiah penulisan puisi dari Gubernur Sulsel
seperti ditulis banyak media saya ragukan. Justru saya yang menjadi juara kedua lomba itu pada usia 21 tahun.
Mochtar waktu itu baru memulai menulis.
Akan tetapi kemampuan menulisnya memang luar biasa
perkembangannya. Baik dalam menulis puisi, novel, maupun analisis politik.
Novelnya “Burung-burung
Cakrawala”
ditulis dengan cermat, cerdas, dan menarik. Tokoh Mochtar dalam novel saya, Arus. saya hadirkan dengan hampir mirip
dengannya. Suasana penuh canda setiap kami bertemu.
Setelah dia pindah ke Yogya, kami tidak ada komunikasi
lagi. Tapi saya dan teman -teman dapat mengikuti tulisannya di berbagai media.
Lebih Suka Ditulis Penulis
Sepulang dia dari Amerika, dalam berbagai acara kami
masih sering ketemu. Ketika
diskusi novelnya, saya dan Edow hadir. Saat peluncuran buku puisi saya “Perahu Badik” (2015) di Hotel Sahid, dia hadir bersama
Prof. Salim Said. Dia menyampaikan testimoni.
Sebelum sakit 22 April lalu, sebelumnya dia pernah
menjalani operasi jantung di RS Yayasan Harapan Kita. Rahman Arge, Edow, dan
saya membezuknya.
Operasinya sukses. Wajahnya cerah.
Bahwa dia kembali terkena serangan jantung, tentu saya
heran. Sebagai seorang yang tak banyak tahu tentang medis wajarlah kalau timbul
pertanyaan. Tetapi sampai di sinilah kehadiran saudara kita di kehidupan
sementara ini.
Mochtar lahir 17 Juli 1945. Saya lahir 10 April 1943.
Sama-sama di Bulukumba. Kami ada hubungan keluarga. Kembali ada beberapa bagian
yang lepas dari memori saya ketika dari Unhas dia pindah ke UGM. Jejaknya bisa
saja kita dapatkan di google dan dari bukunya, novel “Burung-burung Cakrawala.”
Novel itu hampir berupa biografi yang bercerita
tentang perjalanan hidup seorang Mochtar Pabottingi. Mulai dari masa kecilnya
di Bulukumba, khususnya Barebba. Dia berhasil menggambarkan keindahan
kampungnya. Persawahan dan sungainya yang jernih. Lalu
masa remaja di Makassar sampai jadi mahasiswa. Lanjut ke perjalanan hidup
berupa aktivitasnya sebagai mahasiswa UGM dan aktivitas keseniannya.
Kemudian sempat bekerja di Jakarta. Lalu studi di
Amerika. Mochtar seorang pekerja. Dia tekun. Gigih dalam belajar. Mochtar
menceritakan bagaimana dia harus menyelesaikan tugas membaca buku. Bagaimana
sampai dia harus membaca di dalam kamar mandi. Karena di situ dia bisa
menyalakan lampu yang terang. Tidak dilakukan di kamar tidur, karena khawatir
akan mengganggu tidur istri dan anaknya.
Mochtar seorang yang kritis. Dia cerdas dalam
mengamati dan menyimpulkan peristiwa. Dia memang peneliti yang cermat dan
cerdas. Kecerdasan dan kecermatannya terungkap dalam mengungkapkan rangkaian
kisah dan peristiwa.
Mochtar lebih bangga bila ditulis sebagai penulis
daripada cendekiawan. Ketika meng endorse buku puisi saya “Badik”, saya cantumkan dia sebagai cendekiawan.
Untuk buku puisi saya berikutnya Mochtar minta secara khusus agar
attributionsnya ditulis penulis saja.
Mochtar cerdas, kritis, dan seorang yang kukuh pada sikap
dan pendirian. Mochtar tak berubah. Dia tetap seorang Mochtar yang saya kenal
selama ini,
termasuk ketika kami pentas teater di Makassar dan di daerah sekitar tahun 1964
hingga 1968.
Selamat jalan, saudaraku. Istirahatlah dalam
keabadian.
----
Penulis Aspar
Paturusi adalah sastrawan dan dramawan.