-------
Selasa, 13 Juni 2023
Musisi
Makassar Bikin Yayasan Sahabat Musisi Celebes
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Dihadiri sejumlah musisi dan pemerhati
musik, rapat mediasi dan forum curah pendapat yang berlangsung di Home Town
Kopizone, Panakkukang Mas Makassar, Senin 12 Juni 2023, memutuskan lahirnya
Yayasan Sahabat Musisi Celebes.
Pertemuan yang
diprakarsai Akhyaruddin Djamin yang akrab disapa Buyung, mencatat sejumlah
rekomendasi untuk direalisasikan hingga Desember 2023.
“Ini adalah rapat
lanjutan. Pada pertemuan sebelumnya di Corridor Cafe Lamaddukelleng, diputuskan
didirikannya Yayasan Sahabat Musisi Celebes,” ujar Buyung.
Sembari menambahkan
gagasan pembentukan yayasan muncul usai pementasan amal Sahabat Danto yang
dinilai sukses bertema; "In Memoriam & Charity for Danto" di Home
Town Kopizone, Panakkukang 28 Mei 2023.
“Bersama sejumlah kawan
saya berinisiatif mengundang teman-teman musisi untuk duduk membicarakan
sekaligus evaluasi atas kegiatan yang kami dedikasikan bagi kawan Danto,” ujar
Buyung.
Ternyata respon
kawan-kawan musisi sangat positif, bahkan melontarkan ide untuk membentuk
wadah, tambahnya.
Senada Buyung, musisi
muda Sulsel Asfar Mutaaly, menyebutkan wadah bagi musisi bukan hanya penting
dalam memelihara tradisi musik, melainkan juga bermanfaat sebagai forum diskusi
yang merekatkan jiwa seni dengan berbagai dimensi kajiannya.
“Saya melihat
pentingnya musik bagi perkembangan kota dan masyarakat urban,” ujarnya.
Pada pertemuan evaluasi
semua mengajukan gagasan perlunya wadah bagi musisi dalam memelihara potensi
yang dinilai dapat menyalurkan pemikiran dan
bakat profesional mereka, lanjut Asfar. Sehingga agenda rapat lanjutan
mengundang sejumlah kolega baik musisi, jurnalis maupun akademisi, guna
dimintai saran dan masukan.
Didis Abubaeda, yang
ikut hadir dalam rapat membenarkan harapan sejumlah aktifis musik Makassar
untuk memiliki wadah yang bisa menjadi forum pertemuan yang membahas tentang
memelihara sisi karya dan kreatifitas bermusik. Kopizone memang sejak 10 tahun
terakhir kerap menjadi tempat berdiskusi dan menyiapkan panggung pentas bagi
musisi Makassar.
Pertemuan pertama yang
berlangsung di Corridor Cafe, pekan sebelumnya juga mengundang akademisi diantaranya Zulkarnain Hamson, yang
menyebutkan terbentuknya yayasan membuka ruang partisipasi publik yang lebih
luas. Pentingnya yayasan bagi musisi Sulsel karena dapat pengembangan sekolah
musik.
“Sulsel dengan 200
lebih Perguruan Tinggi (PT) belum membuka ruang memadai bagi studi musik,
sekalipun beberapa cabang kajian seni lain ada,” ujarnya.
Seni musik adalah
bagian dari kajian ilmiah sejarah, budaya, religi bahkan peradaban yang patut
mendapat perhatian. Hal itu dikuatkan dengan pandangan Rezky Muliadi, jurnalis
radio Makassar, yang kerap terlibat dalam even musik Jazz, dan kini memimpin
Andi Amran Sulaiman (ASS) Foundation menyarankan agar yayasan yang terbentuk
dikembangkan lebih luas pada sisi sosial kemasyarakatan.
Rezky yang akrab disapa
Ekky, berjanji membantu pengurus yayasan yang baru terbentuk itu dengan
merumuskan berbagai program kemitraan dengan lembaga baik dalam maupun luar
negeri.
“Banyak konsulat negara
lain di Makassar yang bisa diajak berkolaborasi,” ujarnya.
Muchsin Hasnan Yusuf
(Moexin) gitaris kenamaan Makassar, yang karya musik Instrumennya sebagai Ost
dalam film layar lebar " Ethnicology Album New World 2021 dan Anging
Mammiri, album Compilasi Dawai Makassar 2014, terlihat hadir. Andi Rahmat yang
akrab dipanggil Dhodo, juga terlihat hadir, bersama Akramuddin Djamin yang akrab
disapa Akram, dan Yessy Tendean yang selama ini dikenal publik Makassar sebagai
pengelola even musik Jazz.
Moexin menyebutkan
dukungannya pada rumah produksi Artalenta Media Sinema, dengan director Abdul Rodjak, memang telah tayang serentak di
jaringan Studio XXI pada 18 Mei 2017 di seluruh Indonesia.
“Saya berharap karya
musisi Makassar lainnya juga terpakai oleh produsen film nasional,” ujar Moexin.
Sejumlah peserta rapat
menilai pentingnya wadah bagi musisi. Kehadiran wadah bukan hanya untuk
memperingati berpulangnya kawan sesama musisi, melainkan juga membuka jalan
bagi komersialisasi karya.
“Ini bukan semata soal
uang, melainkan nilai atau apresiasi pada karya musik,” tambah Dhodo.
Untuk itu dalam bentuk
apapun sudah perlu segera diwujudkan. Pada pertemuan sebelumnya Dedy Alamsyah
Manaroi, yang ikut memberikan masukan pentingnya even musik bagi remaja, agar
regenerasi musisi Sulsel terus terpelihara.
“Tetapi saya lebih
mendorong agar wadah yang terbentuk nanti, membuka ruang bagi jurnalis dan
media dalam pemberitaan mereka,” ujar Dedy. (zulham)