------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 09 Juni 2023
Negeri Mimpi
Oleh: Asnawin Aminuddin
Tersebutlah sebuah negeri
bernama Negeri Mimpi. Namanya juga negeri mimpi, maka penduduk di negeri itu senang
bermimpi. Mereka bukan hanya bermimpi di kala tidur, melainkan juga bermimpi di
kala terjaga.
Mereka akan marah kalau
mimpi-mimpinya terganggu, apalagi jika sengaja diganggu. Maka kalau Anda kebetulan berkunjung ke Negeri Mimpi,
jangan coba-coba membangunkan siapa pun kalau orang itu sedang tidur. Biar pun Anda dan orang itu sudah sangat akrab.
Selain senang bermimpi,
penduduk Negeri Mimpi juga suka meramal dan senang berjudi. Mereka selalu
membuat ramalan. Mereka pun selalu berjudi dengan ramalan tersebut.
Mimpi-mimpi mereka, serta
kesenangan mereka meramal dan berjudi semakin menjadi-jadi manakala ada event
besar, seperti kejuaraan sepak bola antar-negeri yang lebih dikenal dengan
sebutan Piala Dunia Sepak Bola Antar-negeri.
Para orangtua begitu bahagia
menyaksikan pertandingan sepak bola Piala Dunia, apalagi kalau pemain bintang
kesayangannya bermain. Mereka pun memimpikan anak-anak mereka kelak dapat
bermain bola dan terkenal di seantero negeri.
Anak-anak juga bermimpi
menjadi pemain terkenal dan dibayar mahal. Sayangnya mimpi-mimpi para orangtua
dan anak-anak di Negeri Mimpi tidak akan mungkin terwujud, karena mereka hanya
bermimpi dan tidak pernah berupaya. Mereka tidak punya upaya sama sekali.
Banyak juga anak-anak,
remaja, mahasiswa, dan orang dewasa yang bermain dan atau berlatih sepak bola,
tetapi bukan di lapangan rumput asli yang lebar di udara terbuka, melainkan di
lapangan karpet atau lapangan rumput buatan di dalam ruangan tertutup yang
panas atau ruangan ber-AC.
Permainan sepak bola
dengan ukuran lapangan yang kecil itu disebut futsal. Meskipun tidak mungkin
melahirkan pemain sepak bola yang hebat, terkenal, dan dibayar mahal, mereka
tetap bahagia dengan mimpi-mimpi mereka.
Mereka pun gembira
membuat ramalan tentang calon juara Piala Dunia Sepak Bola Antar-negeri. Pada
piala dunia kali ini, sebagian besar rakyat Negeri Mimpi meramalkan dua tim
sebagai calon juara, yakni tim “Berhasil”’ dan tim “Ambisius.”
Ada beberapa alasan
mengapa mereka menjagokan kedua tim tersebut, antara lain karena kedua tim
tersebut sudah beberapa kali juara piala dunia, dan banyak pemainnya yang
sedang menjadi “buar
bibir” karena
permainannya yang begitu menawan.
Mereka menggelar nobar
alias nonton bareng di warung kopi, di pinggir jalan, di lapangan terbuka, hingga
di hotel mewah, sambil berjudi dengan taruhan uang, mulai dari ratusan fulus
(mata uang resmi di Negeri Mimpi), ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, jutaan,
puluhan juta, hingga miliaran fulus.
Ada yang berjudi secara “tulus”, tetapi ada juga yang berjudi dengan
memakai akal bulus. Mereka begitu menikmati berjudi sambil menyaksikan
pertandingan sepak bola piala dunia. Tak peduli kalah atau menang.
Juga tak peduli dengan
kesehatan mereka, karena harus begadang menyaksikan siaran langsung piala dunia
melalui layar televisi pada pukul 02.30 hampir setiap malam selama satu bulan
penuh.
Memasuki babak
perempatfinal piala dunia, rakyat Negeri Mimpi semakin gembira karena tim “Berhasil” dan tim “Ambisius” melaju dengan mulus. Kedua tim tersebut
selalu menang meyakinkan mulai dari babak penyisihan hingga perempatfinal.
Mereka pun semakin yakin bahwa kedua tim tersebut akan bertemu di final.
Pada babak delapan besar,
tim “Berhasil” berhadapan dengan tim “Balada”, sedangkan tim “Ambisius” berhadapan dengan tim “Jerami”. Hampir tidak ada orang di Negeri Mimpi
yang menjagokan tim “Balada” dan tim “Jerami.”
Mereka tetap memimpikan
dan meramalkan tim “Berhasil” dan tim “Ambisius” bakal melaju ke semifinal. Ketika tim “Berhasil” bertanding melawan tim “Balada”, hampir semua penduduk Negeri Mimpi
menyaksikan pertandingan tersebut melalui siaran langsung di televisi.
Mulai anak-anak sampai
orang tua. Laki-laki maupun perempuan. Baru beberapa menit pertandingan
dimulai, tim “Berhasil” sudah mencetak gol ke gawang lawan.
Penduduk Negeri Mimpi pun bersorak gembira dan yakin bahwa tim favorit mereka
akan menang dengan skor telak. Skor 1-0 bertahan hingga babak pertama berakhir.
Baru beberapa menit
memasuki babak kedua, tim “Balada” menyamakan kedudukan melalui gol bunuh
diri pemain “Berhasil”. Tim “Balada” kemudian menambah golnya beberapa menit
menjelang berakhirnya pertandingan. Akhirnya pertandingan dimenangi tim “Balada” dengan skor 2-1.
Penduduk Negeri Mimpi pun
hanya bisa terdiam dan menyesali kekalahan tim favorit mereka, tetapi tidak
sedih, karena mereka masih punya mimpi yang lain. Mereka memimpikan tim “Ambisius” mengalahkan tim “Jerami”, kemudian menang di semifinal dan
akhirnya keluar sebagai juara piala dunia.
Saat kedua tim berhadapan,
lagi-lagi hampir semua penduduk Negeri Mimpi menyaksikan pertandingan tersebut
melalui siaran langsung di televisi. Mulai anak-anak sampai orang tua.
Laki-laki maupun perempuan.
Berbeda dibanding
pertandingan-pertandingan sebelumnya, penampilan tim “Ambisius” kali ini terlihat kurang meyakinkan. Pada
babak pertama, tim “Ambisius” kalah 0-1, tetapi penduduk Negeri Mimpi
yakin bahwa pada kedua tim favorit mereka akan menang.
Memasuki babak kedua,
bukannya membalas kekalahan, malah sebaliknya gawang tim “Ambisius” justru kemasukan tiga gol lagi, sehingga
mereka kalah telak dari tim “Jerami” dengan skor 0-4.
Dengan kekalahan dua tim
favorit mereka, maka buyarlah mimpi-mimpi dan gugurlah ramalan sebagian besar
rakyat Negeri Mimpi. Namun dasar karena mereka umumnya memang tukang mimpi,
senang meramal, suka bermain judi, dan selalu punya akal bulus, maka mereka pun
segera melupakan mimpi-mimpi yang sudah buyar dan ramalan yang sudah gugur.
Mereka lalu membuat
mimpi-mimpi dan ramalan-ramalan baru, serta kembali berjudi dengan taruhan uang puluhan ribu hingga ratusan ribu dolar.
Tabloid LINTAS, Makassar Edisi 14, Minggu I & II Juli 2010