PEDOMAN KARYA
Selasa, 11 Juli 2023
Satu
Abad Mastini Hardjoprakoso, Kepala Perpusnas Pertama (3):
Perjuangan
Mastini Melepaskan Perpusnas dari Kementerian dan Menjadi Lembaga Pemerintah
Non Departemen
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wartawan)
Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan
sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak dicanangkan
pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed
Joesoef.
Ketika itu kedudukannya
masih berada dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat
eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan
hasil integrasi dari empat perpustakaan besar di Jakarta.
Keempat perpustakaan
tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, yaitu (1)
Perpustakaan Museum Pusat, (2) Perpustakaan Sejarah, Politik dan Sosial, (3)
Perpustakaan Wilayah Jakarta, dan (4) Bidang Deposit dan Bibliografi, Pusat
Pembinaan Perpustakaan.
Tentu tidak mudah dan
rumit mempersatukan empat institusi ini. Inilah tantangan berat yang dihadapi Mastini,
karena beliau ditunjuk sebagai Kepala Perpustakaan Nasional pertama sampai
tahun 1988.
Perpustakaan Nasional
menempati beberapa lokasi yang makin menyulitkan integrasi, membangun
komunikasi kerja dan lainnya.
Perpustakaan Nasional
Depdikbud dalam perjalanannya dianggap kurang berkembang karena Depdikbud lebih
memprioritaskan bidang pendidikan. Mastini kemudian menemui langsung Ibu Tien
Soeharto dan mengeluhkan tentang kondisi dan status Perpustakaan Nasional.
Secara kebetulan
Mastini memiliki kedekatan dengan Ibu Tien Soeharto, kerabat Mangkunegaran dan
sama-sama aktif dalam Pandu Rakyat sejak di Solo, sehingga mereka memiki
hubungan yang cair.
Komunikasi informal ini
membuahkan hasil dengan ditingkatkannya status Perpustakaan Nasional sebagai
Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan Surat Keputusan Peresiden RI nomor
11 tahun 1989 pada tanggal 06 Maret 1989.
Mastini pun mendapat dukungan
dari Ibu Tien Soeharto guna pengembangan gedung Perpustakaan Nasional yang
memadai.
Bekas gedung HBS
pertama zaman kolonial Belanda yang dikenal sebagai Gymnassium Koning Willem
III School didirikan pada tanggal 27 November 1860 dan pada waktu itu adalah
milik TNI-AD diambil alih atas jasa Ibu Tien Soeharto dan diserahkan kepada Perpustakaan
Nasional.
Ini merupakan awal
babak baru pembangunan gedung yang melibatkan Ibu Haryati Soebadio sebagai
Dirjen Pendidikan dan Kebudayaan dengan menunjuk Ir. Winarno Partaningrat
sebagai konsultan.
Pembangunan gedung
Perpustakaan Nasional terdiri atas beberapa tahapan. Sebagai tahap awal Gedung
Utama diserahterimakan oleh Ibu Tien Soeharto kepada Perpustakaan Nasional pada
tanggal 27 Januari 1987. Akhirnya penggunaan resmi Perpustakaan Nasional yang
terletak di Jalan Salemba Raya dilakukan pada tanggal 11 Maret 1989 oleh
Presiden Soeharto dan baru dibuka untuk umum pada tanggal 01 April 1989.
Mastini ditunjuk
sebagai Kepala Perpustakaan Nasional yang pertama pada tanggal 17 Mei 1990, dan
berakhir pada tahun 1998. Tidak dapat dilupakan adalah diterbitkannya Undang-Undang
No. 4 Tahun 1990, tentang Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam yang merupakan
obsesi Mastini Hardjoprakoso sebagai pilar sebuah Perpustakaan Nasional.
Selama menjabat sebagai
Kepala Perpustakaan Nasional, Mastini menghadapi masalah yang tidak sedikit, tidak
saja terkait posisi beliau tetapi juga pribadinya.
Mastini adalah sosok
rendah hati dan tidak memikirkan kepentingan pribadinya. Tidak ada yang
mengetahui bahwa selama beliau bekerja tidak pernah mengalami kenaikan golongan
sampai akhirnya melalui jalur kedinasan.
Atas bantuan Haryati
Soebadio, Mastini memperoleh penyesuaian golongan. Ia tidak mempermasalahkan
tentang rumah dinas dan masih banyak lagi cerita lain yang menggambarkan
integritasnya sebagai seorang pustakawan yang sederhana.
Dosen
Luar Biasa di UI
Di tengah kesibukannya
sebagai Kepala Perpustakaan Nasional, Mastini bersedia menjadi dosen luar biasa
pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia (UI) sejak tahun 1973
sampai 1989.
Beliau memberikan mata
kuliah Bibliografi Indonesia yang erat hubungan dengan pelestarian koleksi
Indonesiana. Banyak yang terkesan dengan cara beliau mengajar, termasuk
mengundang mahasiswa ke kantornya. Walau terkesan galak beliau merupakan sosok
yang lembut hati, keibuan dan menaruh perhatian terhadap siapapun, termasuk
terhadap bawahannya.
Tolak
Tawaran ke New York
Mastini sangat
menghargai waktu dan juga disiplin. Pergaulannya yang luas, baik lokal maupun
internasional, menjadikannya sebagai tokoh panutan bagi para pustakawan dengan
mengedepankan kepentingan Perpustakan Nasional.
Ini tercermin pada saat
beliau menolak tawaran menjadi Kepala Perpustakaan Daag Hamarsjkod di New York
pada tahun 1988, dengan pertimbangan bahwa beliau ingin mencurahkan pikiran dan
tenaga bagi Perpustakaan Nasional.
Mastini adalah tokoh
yang disegani oleh banyak orang. Kemampuannya membangun kerja sama dengan
berbagai pihak untuk meningkatkan peran Perpustakaan Nasional tak dapat
dianggap sepele.
Prakarsa Mastini yang
perlu dicatat antara lain diterbitkannya “The Illuminations: The Writing
Traditions of Indonesia” (Iluminasi: Tradisi Menulis Indonesia, red).
Mastini melihat tentang
masih lemahnya bibliografi di Indonesia dan mendorong disusunnya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1990 Tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam.
Perpusnas
Lepas dari Kementerian
Melalui pendekatan
pribadi dan kedinasan Mastini menyampaikan kepada Ibu Tien Soeharto tentang
status dan kondisi Perpustakaan Nasional di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang kurang diperhatikan.
Tebersit keinginan
meningkatkan status Perpustakaan Nasional dan diwujudkan dengan Surat Keputusan
Presiden Nomor 11 Tahun 1989, tentang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Perpustakaan Nasional lepas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), langsung di bawah Presiden. Jelas perubahan ini menunjukkan bahwa Pemerintah menaruh perhatian besar akan peran Perpustakaan Nasional. (bersambung)
-----
Referensi:
Halim, Muhammad; Mastini Hardjoprakoso: The Unsung Hero
of Indonesian Library; https://edoo.id/2022/11/mastini-hardjoprakoso-the-unsung-hero-of-indonesian-library/; Dikutip pada Sabtu, 08 Juli 2023
Kamil, Harkrisyati; Mastini Hardjoprakoso: Sekilas
Perjalanan Hidup dan Kontribusi dalam Bidang Perpustakaan di Indonesia; https://www.isipii.org/artikel/mastini-hardjoprakoso-sekilas-perjalanan-hidup-dan-kontribusi-dalam-bidang-perpustakaan-di; Dikutip pada Sabtu, 08 Juli 2023
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia;
https://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan_Nasional_Republik_Indonesia; Dikutip
pada Selasa, 11 Juli 2023
-----
Artikel Bagian 1:
Satu Abad Mastini Hardjoprakoso, Kepala Perpusnas Pertama
Artikel bagian 2:
Paper Mastini Dijadikan Rujukan dalam Pendirian Perpustakaan Nasional
Artikel bagian 4:
Mastini Hardjoprakoso Menjabat Kepala Perpustakaan Selama 36 Tahun