-----------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 04 Agustus 2023
OPINI SASTRA
Batu
Diamku Juga Bom Waktu
Oleh:
Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi,
Budayawan)
Tidak selamanya diam
batu, itu membisu, tetapi dia punya filofosis sunnatullah menjadi takdirnya
sebagai tanda. Batu keras diistilahkan dalam pemaknaan ilmiah dikarenakan ada
molekul-molekul mineral penyusunnya di dalamnya, sehingga memiliki struktur
kristal. Konon struktur kristal inilah yang memberikan sifat keras pada batu.
Terlepas dari istilah
tersebut, namun batu sebagai tanda berbenda keras yang dapat digunakan untuk
mendesain dasar bangunan apapun untuk kebutuhan manusia di dunia. Tidak
terkecuali, baik untuk mendesain rumah mewah ber_WC kemilau, maupun untuk bahan
jalan terinjaki oleh makhluk yang asfala safilin__namun batu tak pernah keluh
dan protes.
Di samping, batu juga
bisa juga jadi bendungan benteng pertahanan menyelamatkan dan sekaligus
menghancurkan menjadi maut kehidupan. Termasuk, untuk bahan bakar Neraka,
sebagaimana QS At Tahrim ayat 6 yang artinya;
“Wahai orang-orang yang
beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; ..”
Lalu, sekalipun diamnya
batu tidak mesti diremehkan karena di lain sisi, dia dapat meremukkan tanpa
diduga-duga menjauh berdurasi magnit maut granat kematian.
Diam dan senyuman bah
batu pun dapat menjadi bom waktu, bagaikan granat ranjau melebihi bom atom yang
beradius gravitasi ledakan tanpa mampu dielakkan, __sekalipun pelan dengan
senyuman penuh keyakinan dalam kepastian, juga melumpuhkan apapun.
Termasuk, gravitasi
diam di dalam menghadapi dan menghadang radius kedzaliman, baik berdurasi ghaib
maupun kesewenangan kuasa apapun yang dipolesin bergaya silumanan ala manusia
kampusan juga kampungan.
Tidak terkecuali,
diamnya bah batu sekalipun berdurasi diksi kampusan juga kampungan, sebagaimana
goresanku bertapak 16 Juli 2022, berdiksi Batu berikut ini.
BATU
Melangkah dengan pasti
pada puncak bukit berbatu di samping kuburan pun mesti dinikmati sebagai anak
kampungan, __tidak mesti dielakkan atau pura-pura dilupakan karena pernah
merantau dalam menelusuri perkotaan.
Batu
Marmer mulus berkilauan
yang terinjak di bandara mulai dari berkelas kotak pojokan berhingga
metropolitan antarmanca negara sekalipun__ sama juga batu yang berasal dari
puncak gunung gersangan
Batu
Mengapa mesti kagetan
melangkahkan kaki di dalam mengarungi hingar-bingar kehidupan ini. Termasuk,
dengan jujur mengakui diri anak desa berbatu terjalan dari kampungan, __
Batu
Aku jujur, memang anak
kampungan dalam menjejasi kampusan berhingga melancongi kota-kotaan untuk
mengasahi diri guna merai cita cita, _semoga berkemilau jadi bangunan yang
berguna bah desain batu marmeran_ di lantai bandara dan tempat klise buangan
air kamar mandi rumah metropolitan.
Batu
_aku tidaklah pantas
untuk lupa daratan karena baru merasakan licin dan kingclongan marmer lobang WC
bandara yang dibuat dari batuan gunung pula.
Batu
__ternyata kau lebih
kingclong dibanding wajah yang terpoles keangkuhan karena greget kagetan akan
kehidupan berkampungan dan perasaan kotaan.
Bandara,
Bismilahirrahmanirahim__✈ diamku juga bukanlah
berbatu, namun berdurasi radius bom waktu yang menggetarkan diksi dengan
senyuman dalam melumati kebiadaban dan kedzaliman membatu.
…..
UNISMUH Makassar tetap
Mencerahkan pendidikan berkualitas tinggi dalam melintasi zaman berkeadaban.**