PEDOMAN KARYA
Rabu, 23 Agustus 2023
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Pengkhianat,
Kamu Sudah Saatnya Pergi
“Munculki kembali lagu
lamanya Prananda Prabowo,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi
sore, di warkop batas kota.
“Siapa itu Prananda
Prabowo? Anaknya Prabowo Subianto?” tanya Daeng Nappa’.
“Prananda Prabowo itu
anaknya Megawati Soekarnoputri, cucu dari presiden pertama Indonesia, Soekarno,”
jawab Daeng Tompo’.
“Oh, saya kira anaknya
Prabowo. Terus apa lagunya?” tanya Daeng Nappa’.
“Lagunya berjudul ‘Pengkhianat’.
Lagu itu dirilis pertama kali tahun 2015, oleh Band Rodinda, band yang
digawangi Prananda Prabowo dan teman-temannya. Pertengahan bulan Agustus ini,
lagu itu muncul kembali di Youtube, dan langsung jadi pembicaraan,” kata Daeng
Tompo’.
“Kenapa bisa jadi
pembicaraan? Apakah isi lagunya?” tanya Daeng Nappa’.
“Jadi pembicaraanki
karena lagu itu karya Prananda Prabowo, anak dari Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri, dan isi lagunya sangat bersinggungan dengan situasi dan kondisi
politik saat ini,” kata Daeng Tompo’.
“Bagaimana lirik
lagunya?” tanya Daeng Nappa’.
“Lagunya berjudul ‘Pengkhianat’,
tapi di dalam lagu itu ada kalimat dalam Bahasa Yunani, yaitu Tempus abire tibi est, yang artinya ‘Kamu
sudah saatnya pergi’, yang diulang sebanyak enam kali,” ungkap Daeng Tompo’.
“Berarti sesuatu banget
itu sampai enam kali diulang. Bagaimana lirik lagunya?” tanya Daeng Nappa’.
“Bait pertama; Telah
kuserahkan seluruh jiwaku / Untuk menjadi nafas perjuanganmu / Dasar kau
pengkhianat. Bait kedua; Sangkakala pertarungan / Kau tiupkan dua jago / Kau
pikir karena kuasamu / Mati langkahku kau buat,” sebut Daeng Tompo’.
“Bait selanjutnya,”
potong Daeng Nappa’.
“Bait ketiga; Janjimu
tipu muslihat / Senyummu bulus membius / Cukup sampai di sini lukaku / Tapi
dendamnya kurawat / Tapi sisa waktumu kesumatku. Bait keempat; Dasar kau
pengkhianat / Pengkhianat berwajah santun / Dasar kau pengkhianat / Lihatlah
kau berbuat,” lanjut Daeng Tompo’.
“Terus dimana itu
kalimat Yunani yang enam kali diulang?” tanya Daeng Nappa’.
“Bait kelima; Tempus
abire tibi est, yang artinya: Kamu sudah saatnya pergi / Tempus abire tibi est
/ Tempus abire tibi est. Bait keenam; Waktumu sudah habis / Manusia tak punya
malu / Janjimu tipu muslihat / Senyummu bulus membius / Cukup sampai disini
lukaku / Tapi dendamnya kurawat / Tapi sisa waktu kesumatmu,” tutur Daeng Tompo’.
“Habismi?” tanya Daeng
Nappa’.
“Bait berikutnya; Dasar
kau pengkhianat / Pengkhianat berwajah santun / Dasar kau pengkhianat /
Lihatlah kau perbuat tebarmu. Bait terakhir; Waktumu sudah habis / Manusia tak
punya malu / Tunggu saatnya kan tiba / Pastilah akan tiba / Tiba masa buat
perhitungan / Membalas pengkhianatan ini,” sebut Daeng Tompo’.
“Saya kira enam kali
diulang itu kalimat; Tempus abire tibi est?” tanya Daeng Nappa’.
“Bait berikutnya
diulang lagi tiga kali; Tempus abire tibi est / Tempus abire tibi est / Tempus
abire tibi est. Dan ditutup kembali dengan lirik; Waktumu sudah habis / Manusia
tak punya malu / Tunggu saatnya kan tiba / Pastilah akan tiba / Tiba masa buat
perhitungan / Membalas pengkhianatan ini,” tutur Daeng Tompo’.
“Kayaknya menyinggung
seseorang ini lirik lagunya,” ujar Daeng Nappa’.
“Itumi makanya ramai
jadi pembicaraan lagu ini,” kata Daeng Tompo’.
“Oh,” kata Daeng Nappa’.
(asnawin)
Rabu, 23 Agustus 2023
-----
Obrolan berikutnya: Bahayana, Adami Gugatan Melarang Orang Jadi Pembicara
Obrolan sebelumnya: Bajingan Itu Kata Turunan dari Kata Bajing