HILIRISASI AGAMA meniscayakan agama memiliki nilai tambah di ruang publik. Hilirisasi berarti mengekstrak teks-teks agama supaya lebih fungsional tanpa kehilangan makna. |
------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 20 September 2023
Hilirisasi
Agama
Oleh:
Mukhaer Pakkanna
(Rektor ITB Ahmad
Dahlan Jakarta)
Hilirisasi industri
meniscayakan transformasi dari industri berbasis ekstraktif menuju industri
berbasis nilai tambah (value added). Tentu dihela oleh pengetahuan dan
teknologi. Itulah yang disebut ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based
economy). Lantas, dalam pemahaman keagamaan, adakah hilirisasi agama itu?
Hilirisasi agama
meniscayakan agama memiliki nilai tambah di ruang publik. Hilirisasi berarti
mengekstrak teks-teks agama supaya lebih fungsional tanpa kehilangan makna.
Terus terang, selama
ini agama banyak dijadikan komoditas politik, sosial, identitas, dan lain-lain.
Muaranya, terjadi komodifikasi agama. Tafsir agama hanya berada dalam ruang yang
sempit. Kontekstualisasi agama dalam ruang dan waktu yang variatif dan plural
banyak ditafsir dalam pendekatan ortodoks. Agama menjadi myopia.
Menyeruaklah
ekstrimisme sempit. Dengan enteng mengafirkan pihak lain, mudah melakukan
takfiri, selalu membenarkan diri dan kelompok sendiri, stereotip, stigmatik, dan
lain-lain.
Hilirisasi agama
meniscayakan agama berbasis pengetahuan dan kosmopolitanisme. Dalam
fungsionalitas agama, perlu gerakan yang terlembaga, tidak sekadar jamaah, tapi
jamiyah yang rapi. Perlu imamiyah yang memberikan energi, inspirasi, imajinasi,
keteladanan, dan nilai transformatif.
Membangun hilirisasi
agama tidak cukup dengan kelembagaan seperti itu. Kita perlu “smelter”, yakni
tempat penempaan mental, ideologi, spritual, wawasan, pengetahuan, keterampilan
dan kapasitas leadership.
Karena itu, lembaga
pendidikan modern dan tempat-tempat ibadah harus menjadi “smelter” yang memberi
sibghah, warna kemaslahatan dan cahaya bagi
masyarakat, menjadi pusat-pusat keunggulan, dan menjadi kekuatan
transformer.
Tanpa hilirisasi agama
yang didesain dengan apik, jangan berharap agama tampil sebagai kekuatan par
excellence dan memberi cahaya dalam semesta. Tanpa hilirisasi, agama hanya
dijadikan komoditas yang mudah dijual sebagai identitas di ruang publik tanpa
makna.***