------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 10 September 2023
Kolaborasi
Kampus Bahas Peran Muhammadiyah - NU dalam Membangun Pendidikan di Indonesia
Oleh:
Zulkarnain Hamson
(Dosen Universitas
Indonesia Timur/UIT Makassar)
Terima kasih Wakil
Rektor I Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr Ir H Abdul Rakhim
Nanda MT IPM, dan Wakil Rektor II Prof Dr H Andi Sukri Syamsuri SPd MHum telah
menerima kami dalam rangkaian membicarakan rencana Seminar Internasional dan
kajian peran Muhammadiyah & Nahdlatul Ulama dalam membangun pendidikan di
Indonesia.
Sudah hampir setahun
rencana membincang buku karya Maman A Majid Binfas, yang menguliti peran dua
organisasi Islam besar di Tanah Air, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
(NU), terhadap kontribusi besar dalam membangun pendidikan, bahkan sebelum
Indonesia lahir, tak kunjung terlaksana.
Buku yang disari dari
disertasi studi doktornya di Malaysia itu, memang memiliki daya tarik
tersendiri. Bukan saja sejarah, melainkan peradaban yang lahir dari kekuatan
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Kedua organisasi Islam
itu dalam temuan penelitian Bang Maman, memberikan gambaran bagi pembaca betapa
pergulatan visi dan misi para pendiri dan pengabdi Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama sangat luar biasa.
Buku dengan judul; “Meluruskan
Sejarah Muhammadiyah-NU: Retrospeksi Gerakan Pendidikan & Kebudayaan”
dibuka dengan prolog sejarawan Dr. Anhar Gonggong itu, setidaknya membuka
wawasan dan perspektif para penekun dunia pendidikan, tentang harapan dan masa
depan manusia di Tanah Air.
Kedua organisasi itu
telah meletakkan pondasi generasi bangsa jauh sebelum Indonesia dikumandangkan
kemerdekaannya oleh Sukarno – Mohammad Hatta. Pendidikan rintisan
Muhammadiyah-NU menuntun masyarakat dari ujung Sumatera hingga Papua, berjalan
mengantar masyarakat Nusantara menuju bangsa yang merdeka. Mereka telah memulai
bahkan sebelum Indonesia lahir. Begitu kira-kira simpulan Bang Maman dalam
bukunya itu.
Berapakah jumlah
lembaga pendidikan di bawah organisasi Muhammadiyah? Jumlah lembaga pendidikan
yang dimiliki Muhammadiyah mencapai lebih dari 10 ribu, tepatnya 10.381.
Terdiri atas Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), pondok pesantren, dan Perguruan
Tinggi (PT).
Untuk TK atau PTQ
berjumlah 4623; SD/MI 2.604; SMP/MTS 1772; SMA/sMK/MA 1143; Ponpes 67; dan
perguruan tinggi 172. Data itu dirilis hampir semua jejaring berita nasional.
Bahkan kini Muhammadiyah telah mendirikan lembaga pendidikan di beberapa negara
di antaranya Malaysia dan Australia.
Bagaimana dengan NU?.Lembaga
Pendidikan Ma'arif NU menaungi total 20.136 sekolah dan juga madrasah di
seluruh wilayah Indonesia. Rinciannya, sekolah berjumlah 7.462 atau 39 persen,
dan madrasah 12.674 atau 61 persen.
Jumlah keseluruhan
lembaga pendidikan tersebut meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah Aliyah, SD, SMP, SMA dan SMK.
Perguruan Tinggi
Nahdlatul Ulama (PTNU) merupakan salah satu satuan pendidikan di bawah naungan
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU), meliputi universitas,
institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi yang berjumlah total 179
unit. Demikian ensiklopedia menjelaskan rincian datanya.
Zainul Arifin, selaku
Ketua LP Ma'arif, dalam tulisannya pada 23 November 2016 menyimpulkan, Ma'arif
berdiri pada 19 September 1929.
Bagaimana dengan
Muhammadiyah? Tonggak awal berdirinya sekolah Muhammadiyah pada saat KH Ahmad
Dahlan (1868-1923) merintis dan membuka Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah
(MIDI), pada 1 Desember 1911, di ruang tamu rumah kediaman beliau.
Demikian catatan sejarah yang dapat dijadikan rujukan sesuai tertulis pada situs resmi kedua organisasi keagamaan Islam terbesar di Tanah Air kita. Jasa baik orang-orang maupun kelembagaan itulah yang akan kami perbincangkan, dalam forum kajian kolaborasi antar kampus secara internasional.***