Kolaborasi Kampus Bahas Peran Muhammadiyah - NU dalam Membangun Pendidikan di Indonesia

AUDIENSI. Penulis buku “Meluruskan Sejarah Muhammadiyah-NU: Retrospeksi Gerakan Pendidikan & Kebudayaan”, Maman A Majid Binfas (ketiga dari kiri) bersama Zulkarnain Hamson (kedua dari kanan) dan Asnawin Aminuddin (kedua dari kiri) melakukan audiensi dengan Wakil Rektor I Unismuh Makassar Dr Abdul Rakhim Nanda (paling kanan) dan Wakil Rektor II Prof Andi Sukri Syamsuri, di Ruang Kerja Wakil Rektor I Unismuh Makassar, Jumat, 08 September 2023. (Foto: Nasrullah Rahim / Humas Unismuh Makassar)

 

------

PEDOMAN KARYA

Ahad, 10 September 2023

 

Kolaborasi Kampus Bahas Peran Muhammadiyah - NU dalam Membangun Pendidikan di Indonesia

 

Oleh: Zulkarnain Hamson

(Dosen Universitas Indonesia Timur/UIT Makassar)

 

Terima kasih Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr Ir H Abdul Rakhim Nanda MT IPM, dan Wakil Rektor II Prof Dr H Andi Sukri Syamsuri SPd MHum telah menerima kami dalam rangkaian membicarakan rencana Seminar Internasional dan kajian peran Muhammadiyah & Nahdlatul Ulama dalam membangun pendidikan di Indonesia.

Sudah hampir setahun rencana membincang buku karya Maman A Majid Binfas, yang menguliti peran dua organisasi Islam besar di Tanah Air, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), terhadap kontribusi besar dalam membangun pendidikan, bahkan sebelum Indonesia lahir, tak kunjung terlaksana.

Buku yang disari dari disertasi studi doktornya di Malaysia itu, memang memiliki daya tarik tersendiri. Bukan saja sejarah, melainkan peradaban yang lahir dari kekuatan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Kedua organisasi Islam itu dalam temuan penelitian Bang Maman, memberikan gambaran bagi pembaca betapa pergulatan visi dan misi para pendiri dan pengabdi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sangat luar biasa.

Buku dengan judul; “Meluruskan Sejarah Muhammadiyah-NU: Retrospeksi Gerakan Pendidikan & Kebudayaan” dibuka dengan prolog sejarawan Dr. Anhar Gonggong itu, setidaknya membuka wawasan dan perspektif para penekun dunia pendidikan, tentang harapan dan masa depan manusia di Tanah Air.

Kedua organisasi itu telah meletakkan pondasi generasi bangsa jauh sebelum Indonesia dikumandangkan kemerdekaannya oleh Sukarno – Mohammad Hatta. Pendidikan rintisan Muhammadiyah-NU menuntun masyarakat dari ujung Sumatera hingga Papua, berjalan mengantar masyarakat Nusantara menuju bangsa yang merdeka. Mereka telah memulai bahkan sebelum Indonesia lahir. Begitu kira-kira simpulan Bang Maman dalam bukunya itu.

Berapakah jumlah lembaga pendidikan di bawah organisasi Muhammadiyah? Jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah mencapai lebih dari 10 ribu, tepatnya 10.381. Terdiri atas Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), pondok pesantren, dan Perguruan Tinggi (PT).

Untuk TK atau PTQ berjumlah 4623; SD/MI 2.604; SMP/MTS 1772; SMA/sMK/MA 1143; Ponpes 67; dan perguruan tinggi 172. Data itu dirilis hampir semua jejaring berita nasional. Bahkan kini Muhammadiyah telah mendirikan lembaga pendidikan di beberapa negara di antaranya Malaysia dan Australia.

Bagaimana dengan NU?.Lembaga Pendidikan Ma'arif NU menaungi total 20.136 sekolah dan juga madrasah di seluruh wilayah Indonesia. Rinciannya, sekolah berjumlah 7.462 atau 39 persen, dan madrasah 12.674 atau 61 persen.

Jumlah keseluruhan lembaga pendidikan tersebut meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, SD, SMP, SMA dan SMK.

Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) merupakan salah satu satuan pendidikan di bawah naungan Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU), meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi yang berjumlah total 179 unit. Demikian ensiklopedia menjelaskan rincian datanya.

Zainul Arifin, selaku Ketua LP Ma'arif, dalam tulisannya pada 23 November 2016 menyimpulkan, Ma'arif berdiri pada 19 September 1929.

Bagaimana dengan Muhammadiyah? Tonggak awal berdirinya sekolah Muhammadiyah pada saat KH Ahmad Dahlan (1868-1923) merintis dan membuka Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI), pada 1 Desember 1911, di ruang tamu rumah kediaman beliau.

Demikian catatan sejarah yang dapat dijadikan rujukan sesuai tertulis pada situs resmi kedua organisasi keagamaan Islam terbesar di Tanah Air kita. Jasa baik orang-orang maupun kelembagaan itulah yang akan kami perbincangkan, dalam forum kajian kolaborasi antar kampus secara internasional.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama