LOKAKARYA. Aktivitas peserta Lokakarya Pertama Calon Guru Penggerak, di SMPN 9 Binamu, Jeneponto, Sabtu, 16 September 2023. (ist) |
-----
Ahad, 17 September 2023
Puluhan
Guru di Jeneponto Ikuti Lokakarya Pendidikan Guru Penggerak
JENEPONTO,
(PEDOMAN KARYA). Sebanyak 48 guru dari berbagai sekolah
di Jeneponto, mengikuti Lokakarya Pertama Pendidikan Guru Penggerak Angkatan ke-9 Tahun 2023. Selain calon guru penggerak, kegiatan yang berlangsung di SMP
Negeri 9 Binamu, Jeneponto itu, dihadiri juga sejumlah kepala sekolah dan
pengawas sekolah.
Hadir pula pendamping/
fasilitator dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sulawesi Selatan : Suryani
SE MM, Sitti Hajrah SPd MPd, dan Irma Yuianti Adnan SE.
Peserta lokakarya
dibagi tiga kelas. Mereka dipandu oleh dua pengajar praktik angkatan 6 di
setiap kelas. Calon guru penggerak yang telah mengikuti pembelajaran sebulan
itu berbagi pengalaman belajar dalam lokakarya yang berlangsung sehari penuh
itu.
Seorang peserta dari
SMPN 9 Binamu mengatakan, pengalaman belajarnya sebulan penuh memberi motivasi
yang sangat luar biasa. Salah satu poin pentingnya adalah, setiap orang harus
mau berkolaborasi dan berbagi.
Peserta lainnya dari
SDN Rumbia mengaku, sejak ikut pembelajaran sudah terbiasa belajar hingga larut
malam. Itu karena waktu membacanya menjadi lebih banyak dianding sebelumnya.
“Kabiasaan begadang
belajar hingga laurt malam itu berpengaruh positif terhadap tubuh saya,”
katanya berseloroh.
Peserta dari SMA Negeri
7 Jeneponto juga mengaku, dalam sepekan setelah kegiatan progran pendidikan
guru penggerak, terjadi banyak perubahan dalam aktivitasnya di sekolah.
Selain kisah calon guru
penggerak, kepala sekolah juga berbagi pengalaman terkait keberadaan guru
penggerak di sekolah yang dipimpinnya.
Kepala SMAN 7 Jeneponto
mengatakan, kehadiran calon guru penggerak di sekolahnya membuat suasana di
sekolah lebih dinamis. Mereka benar-benar bergerak dan menggerakkan aktivitas.
“Banyak aktivitas di
sekolah yang digerakkan oleh calon guru penggerak,” kata guru senior yang lebih
akrab disapa Karaeng dalam berkomunikasi dengan peserta dan pendamping itu.
Selain pujian, dia
mengemukakan kritikannya, karena guru penggerak yang sudah banyak mewarnai
kegiatan di sekolah ternyata dimutasi ke sekolah lain.
Kepala SMA Negeri 13
Tamalatea Asmardi yang merupakan kepala sekolah termuda di Bumi Turatea
membagikan pengalaman sekaligus nasihat kepada calon guru penggerak.
Dia mengatakan,
kehadiran guru penggerak di setiap sekolah harus diberi ruang yang lebih luas
untuk berkreasi. Itu karena guru penggerak adalah agen perubahan di sekolah
tempatnya mengabdi.
Salah satu parameter
kehadiran guru penggearak di sekolah adalah terjadi perubahan dalam proses
belajar di ruang kelas.
Dia berpesan agar guru
penggerak menghilangkan persepsi yang menyebut ada yang sekadar mengejar status
guru penggerak. Dan itu butuh konsistensi dalam melakukan praktik di dalam
kelas. (re)