REMPANG bukan Perampok Harta Negara yang mesti ditindakin sekehendak dengkulan__ |
-----
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 16 September 2023
Rempang
Bukan Perampok
Oleh:
Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi,
Budayawan)
Mesti disadari dengan adanya gesekan perbedaan,
justru menjadi siklus kehidupan berdampak positif guna mengakui
ketidakkesempurnaan akan diri kita sebagai hamba Tuhan yang sesungguhnya__
Termasuk, kita manusia bisa dilahirkan di dunia
dikarenakan adanya perbedaan jenis kelamin yang saling bersirkulasi antara
positif dan negatif yang bersalaman dalam menggapai Kemahasempurnan itu
sendiri__
Tuhan Yang Maha Sempurna pun membuka ruang diskusi
kepada makhluk ciptaanNya, baik kepada para Malaikat dan Iblis sekalipun,
sebagaimana firmanNya di dalam QS al-Baqarah, ayat 30, yang artinya:
Dan
(ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat; “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka
berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau!”
Tuhan
berfirman; “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”
Tidak terlalu keliru, sekalipun saya bukan ahli
tafsir, Allah SWT yang telah mencipta makhluk-Nya, masih membuka ruang
diskusi dengan para yang diciptakanNya. Jadi, esensi diskusi dan dialog untuk
mencari ruang keputusan yang tepat dan kepastian dilakukan mesti diindahkan.
Sekalipun esensi diskusi Tuhan QS al-Baqarah ayat 30 di atas, mungkin sifatnya
hanya menguji dan mengetahui durasi logika para ciptaan-Nya dalam ketakwaannya.
Terlepas dari kedangkalan penulis dalam penafsiran
ayat di atas, namun esensi diskusi untuk mencari ilmu dalam logika wujud iqra’
yang benar mesti dikembangkan terus berhingga mautan bersalaman. Termasuk,
duskusi bersifar terbatas sekalipun, sebagaimana yang penggores melakukan
kemarin bersama teman teman__di forum terbatas pencari idetintas diri.
Dalam diskusi tersebut, mereka melempar gagasan
masing-masing, hingga berkesimpulan, kurang lebih begini:
Setiap buhul kebakhilan akan terbongkar menjadi
molekul molekul bongkahan bangkai__besar atau kecil juga tetap terlihat di
depan mata, baik di dunia nyata maupun di akhirat menanti.
Bahkan buhulan akan menjadi atom molekul bom waktu
yang meluluhlantahkan bingkai diri yang terpolesi oleh arogansi didaulat
tuankan.
Tapak jejak, telah dicerminkan oleh kebakhilan
Fira'un bersama jajarannya juga oleh orde abad 21 hingga kini.
Sekalipun, durasi kemodern dilabiadentalnya, namun
sifat dan karakter kejahiliyahan tetap dimainkannya secara nyata.
Mungkin, argumentatif di atas tidak terlalu keliru,
bila telah menjangkiti, bukan saja pada dunia belantara kenegaraan, tetapi
terindikasi pada dimensi pengais kuasa melalui rimba akademis I do pun
demikian.
Walaupun, rimba kampus berdomain akademis bersifat
dipolesin kesilumanan dan tidak separah transparansi yang didagelan oleh
belantara kenegaraan, sebagaimana arahan dipitingkan dalam menghadapi Rempang
dan demonstrasi yang lain selama ini.
Sungguh sangat disesalkan oleh banyak pihak, di
antaranya dikomentari oleh Dr. Muhammad Lukman Anshari (2023), saat goresan
saya dalam tautan Facebook (FB) dengan menampilkan foto dari kompas mengenai
kejadian di Rempang. Adapun komentar dimaksudkan, yakni lebih kurang dan
dikutip apa adanya;
“Secara nurani gimana ya melihat dua kubu seperti
itu, si bp yg lari gendong bayi tentu karena melindungi si bayi dan dirinya. Si
petugas melihat dengan geram. Jadi dimana itu ruh salah satu sila Pancasila,
kemanusiaan yang adil dan beradab. Tega nya, teganya”__M. lukman Ashari.
Kemudian saya membalas, Sungguh memilukan dan
memalukan negeri.
Lalu, Nurmi Daeng berkomentar tentang kondisi bayi;
“😭😭.
Bayi itu meninggal. Anak sekolahan tdk bisa belajar dgn baik bahkan jd korban.
Ah negeriku lagi tak baik2 sj. @save rempang Batam😭”
Kemudian, saya membalas Innalillahi wainailaihi
raajiuun, insya Allah dia husnul khotimah
😢.
Tidak semua komentar di tautan fb mengenai tanggapan
goresan mengenai Rempang, sebagai topik berikut ini.
Rempang
Oh Tuan
Semoga
Rempang tak terombang-ambing _didampar lalu digampangi janji-janji kosong bah
VOC merampas rempah-rempah
dengan
gaya garong tertimpa dikambing-hitamkan pula__
Aduhai
anak negeri tercinta koq duka air mata darah masih jua sungguh perih, berlinang
terus tak hampa dalam rahim lubuk pertiwi
Oh
tuan tuan, kalau diberi kuasa
tolong
jangan terlalu lalatan lalu lalang. Jelalatan berjailangkung menguliti. Nanti
belang tuan
tak
terbawa mati, terkecuali noda noda akan terus diwarisi dan dikenang.
Oh
tuan tuan, akhiri gaya VOC
juga
gaya bunglon kuda troya Yunanian
Ini
Rempang Melayu, pemilik negeri Indonesia, telah mengusir VOC tanpa ingkar
janji__
Oh
tuan tuan, siumanlah sebelum terbenam agar salaman menawan
berhusnul
khotimah berkalam__ dan membuhul dibuli dengan su'ul khotimah jadi pilihan tuan
tuan berkaram.
Buhulan
Tuan
Tetapi, apapun bentuk buhul terselubung tuan-tuan
_insya Allah akan berhamburan dan berguguran. Bukan lagi bah batang tumbang
sebelum tumbuh, hanya soal waktu di depan mata__ dan lumpuhan.
Itu semua, akibat perbuatan diri diakrobatin__ dalam
karat kerangkengan. Bukan bah somasi penyamun dan lalu dikeramasin di dalam
menangani rakyat yang telah menjadikan tuan pengayom dan pelayannya yang digaji
dengan pajak dari hasil keringatnya.
Apapun bentuk hasil dari buhulan tuan tuan, tentu
tidak akan tentram,
‘bagaikan telur diujung tanduk'. Bahkan perasan akan
diburu bagaikan ranjau terinjak kaki
nan siaga meledakan jiwa raga. Yakin atau tidak tuan
tuan, itu hanya soal detik waktu _tanpa bisa diduga pula.
Oh tuan tuan yang bukan juga Tuhan yang mesti
diyakini keberadaannya.
Diksiku mengakhiri, Rempang bukan Perampok Harta
Negara yang mesti ditindakin sekehendak dengkulan__
Wallohua'lam bisawab pada llahi Rabbku, ku serahkan__
Mengharu biru membacanya setiap Goresan sebagai bentuk empati kepada sesama, saudara sebangsa dan segama,sungguh butuh hati yang baik untuk manusia lain, meski hanya sekedar tulisan.karena berjuang tak harus angkat senjata. Rempang...
BalasHapusSebagai manusia aku turut merasakan betapa perih bangsa
ini memperlakukan warganya , keserakahan manusialah semuanya jadi begitu.
Namun tetaplah sabar wahai orang yg terzalimi..kita tunggu Sang pencipta mengambil alih kuasa-Nya atas cerita kalian.😭😭. .tetaplah menyrembahnya Walsh Lara dan lapar menerpa hidup kita
Pemimpin redaksi meinbox saya, ada yang berkomentar di tulisan ini, dengan isi komentar di atas.
HapusLalu saya membalas, lebih kurang begini__
Oh gitu, ini bukan netizen suruhan, seperti pada tulisan yang lalu (Presiden pun Jongos Rakyat).
Namun,
Komentar ini mendakan orang bernurani tinggi dan belogika cerdas di atas rata-rata__
Tks