------
PEDOMAN KARYA
Senin, 16 Oktober 2023
Surah Al-Baqarah, Ayat
58:
Masuklah
ke Baitul Maqdis, Makanlah dengan Nikmat Sesukamu
wa iz qulnadkhuluu
haazihil-qoryata fa kuluu min-haa haisu syi-tum roghodaw wadkhulul-baaba
sujjadaw wa quuluu hiththotun naghfir lakum khothooyaakum, wa
sanaziidul-muhsiniin
"Dan (ingatlah)
ketika Kami berfirman, ‘Masuklah ke negeri ini (Baitul Maqdis) maka makanlah
dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Dan masukilah pintu
gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa
kami), niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan Kami akan menambah
(karunia) bagi orang-orang yang berbuat kebaikan’.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat
58)
------
Tafsir
Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan Ingatlah nikmat
kami atas kalian ketika kami berfirman: “masuklah kalian ke kota Baitul Maqdis,
lalu Makanlah makanan yang baik-baik dari kota itu di tempat manapun dari
kota itu sebagaimana santapan yang sedap, dan jadilah kalian saat memasuki kota
itu menjadi orang-orang yang tunduk kepada Allah lagi menghinakan diri di
hadapannya, dan katakanlah “wahai tuhan kami, Hapuskanlah dosa-dosa kami dari
tanggungan kami”. Niscaya kami akan mengabulkan permintaan kalian, kami akan
memaafkan kalian dan menutup dosa-dosa itu bagi kalian serta kami akan
memberikan tambahan kebaikan dan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik
karena amalan mereka.
Tafsir
Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Allah mengingatkan para
keturunan Nabi Ya’qub kejadian ketika Allah memerintahkan pendahulu mereka:
“Masuklah ke dalam Baitul Maqdis, makan dan nikmatilah segala kenikmatan yang
ada di dalamnya sesuka hati kalian, dan masuklah pintu Baitul Maqdis dengan
merunduk dan penuh ketundukan kepada Allah, serta mohonlah kepada-Nya ampunan atas
dosa-dosa kalian. Barangsiapa yang menjalankan hal itu niscaya Kami akan
mengabulkan harapannya dan Kami akan menambah pahala dan karunia bagi
orang-orang yang berbuat baik.”
Tafsir
Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Dan ingatlah salah satu
nikmat yang Allah berikan kepada kalian, yaitu ketika Dia berfirman kepada
kalian, “Masuklah kalian ke Baitul Maqdis. Makanlah makanan yang baik-baik yang
ada di sana dari mana saja sesuka hati kalian. Makanlah dengan enak dan
leluasa. Dan masuklah ke sana seraya rukuk dan tunduk kepada Allah. Lalu
memohonlah kepada Allah seraya berkata, 'Ya Rabb kami, hapuslah dosa-dosa
kami,' niscaya Kami akan mengabulkan permohonan kalian. Dan Kami akan berikan
tambahan ganjaran kepada orang-orang yang beramal dengan sebaik-baiknya atas
kesungguhan mereka dalam beramal.
Zubdatut
Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah
هَٰذِهِ الْقَرْيَةَ
Yakni Baitul Maqdis.
رَغَدًا
Melimpah
وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا
Yakni memasuki pintu
Baitul Maqdis. Dan kata sujud disini berarti menunduk, dan pendapat lain
mengatakan dengan tawadlu’ dan hati yang tunduk.
حِطَّةٌ
Allah menyuruh mereka
untuk mengatakan kata ini yang bermakna taubat, ketundukan kepada Allah, dan
pengakuan atas keutamaan-Nya yang diberikan kepada mereka dalam penakhlukkan
kota Baitul Maqdis.
وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ
Yakni menambah
keutamaan dan kebaikan untuk orang-orang yang berbuat baik dari kalian atas
kebaikan yang telah dilakukan.
Tafsir
Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah
Ingatlah juga nikmat
kami atas kalian ketika kami berfirman kepada leluhur kalian setelah mereka
keluar dari gurun: “Masuklah ke dalam Baitul Muqaddas (rumah yang disucikan),
makanlah (rejeki) di dalamnya sesuka kamu dengan nikmat, banyak dan melimpah;
dan masuklah pintu Baitul Muqaddas dengan membungkuk menundukkan diri kepada
Allah SWT. Itu merupakan salah satu jenis sujud syukur dan katakanlah: “Sungguh
hina diri kami, kami meminta kepadaMu ya Tuhan untuk menghilangkan dan
mengampuni dosa-dosa kami”, lalu kami akan menambahkan orang-orang baik di
antara kalian dengan cara bersyukur dan memohon ampunan, kebaikan, pahala dan
keutamaan
Tafsir Ash-Shaghir /
Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin
Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Dan ketika Kami
berfirman,“Masuklah ke negeri ini} Baitul Maqdis {Lalu, makanlah makanan dari
negeri itu sesuka kalian dengan nikmat. Masukilah pintunya sambil membungkuk}
dengan rukuk dan tunduk kepada Allah {dan katakanlah,‘Bebaskanlah kami} dengan
berkata,”Wahai Tuhan kami, bebaskanlah kami dari kesalahan-kesalahan kami”
{niscaya Kami akan mengampuni kesalahan-kesalahan kalian dan Kami akan menambah
(karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan”
Tafsir
as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Ini juga termasuk di
antara nikmat Allah terhadap mereka setelah kemaksiatan mereka kepadaNya, lalu
Allah memerintahkan kepada mereka untuk memasuki suatu kampung yang menjadi
sebuah negeri dan tempat menetap, serta kemuliaan bagi mereka, dan mereka akan
memperoleh rizki yang melimpah, dan agar jalan mereka memasukinya harus dengan
rasa tunduk dan patuh kepada Allah dengan perbuatan, yaitu memasuki pintu
gerbang sambil bersujud, artinya tunduk dan patuh, dan juga dengan perkataan
yaitu agar mereka berkata, “bebaskanlah kami dari dosa, ” yakni menghapus dosa
dan kesalahan mereka dengan permohona mereka atas ampunanNya kepadaNya,
”niscaya kami ampuni kesalahan-kesalahanmu” dengan adanya permohonan kalian
atas ampunanNya, ”dan kelak kami akan menambah pemberian kami kepada
orang-orang yang berbuat baik, ” dengan perbuatan-perbuatan mereka, yaitu
balasan yang segera maupun yang tertunda.
Tafsir
Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim,
karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas
al-Qur'an Univ Islam Madinah
Allah SWT berfirman
sembari mencela mereka karena enggan berjihad dan memasuki tanah suci ketika
mereka datang dari negeri Mesir bersama nabi Musa AS. Mereka diperintahkan
untuk memasuki tanah suci yang menjadi warisan mereka dari nenek moyang mereka,
yaitu Israil, dan melawan orang-orang Amaliq yang kafir. Mereka menolak untuk
memerangi (orang-orang Amaliq), dan menjadi lemah, serta takut. Lalu Allah SWT
menghukum mereka dengan memberi mereka kebingungan, sebagaimana disebutkan
dalam Surah Al-Ma'idah.
Oleh karena itu,
pendapat yang lebih tepat dari dua pendapat bahwa kota ini adalah Baitul
Maqdis, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh As-Suddi, Ar-Rabi' bin Anas, Qatadah,
dan Abu Muslim Al-Asfahani, serta beberapa orang lainnya. Allah SWT juga
berfirman dengan menceritakan tentang nabi Musa, (Hai kaumku, masuklah ke tanah
suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari
kebelakang.....) (Surah Al-Ma'idah: 21).
Ketika mereka keluar
dari kebingungan selama empat puluh tahun bersama nabi Yusha bin Nun, Allah
memberi kemenangan bagi mereka pada malam Jumat, dan matahari ditahan sebentar
untuk mereka pada hari itu hingga kemenangan dapat diraih.
Ketika mereka
menaklukkan negeri itu, mereka diperintahkan untuk masuk melalui pintu dari
negeri itu (dengan bersujud) yaitu sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas
apa yang telah dianugerahkan kepada mereka berupa kemenangan, pertolongan,
mengembalikan mereka kepada negeri mereka, dan pembebasan mereka dari
kebingungan dan kesesatan.
Dari Ibnu Abbas tentang
ayat Allah,( dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud) Dia berkata
maknanya adalah, dalam keadaan rukuk dari pintu yang kecil.
Dari Ibnu Abbas (dan
katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa") dia berkata maknanya adalah
ampunan dan memohonlah ampunan
Hal yang serupa juga
diriwayatkan dari ‘Atha', Al-Hasan, Qatadah, dan Ar-Rabi' bin Anas.
(niscaya Kami ampuni
kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada
orang-orang yang berbuat baik) Ini adalah jawaban dari perintah Allah. Maknanya
adalah jika kalian melaksanakan apa yang Kami perintahkan, maka Kami akan
mengampuni dosa-dosa kalian dan melipat gandakan bagi kalian orang-orang yang
berbuat kebaikan.
Kesimpulan dari
perintah ini adalah agar mereka tunduk kepada Allah SWT ketika mencapai
kemenangan, baik dalam perbuatan maupun perkataan, dan agar mereka mengakui
dosa-dosa mereka, memohon ampun atas dosa-dosa itu, serta bersyukur atas
nikmat. Menyegerakan untuk melakukan itu adalah sesuatu yang disukai oleh Allah
SWT.
Terkait firman Allah
SWT, (Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang
tidak diperintahkan kepada mereka) diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari nabi
Muhammad SAW, beliau bersabda, "Telah dikatakan kepada Bani Israil:
“Masuklah ke pintu dengan keadaan sujud dan ucapkanlah: "Bebaskanlah kami
dari dosa" Namun mereka masuk dengan merangkak di atas lutut mereka dan
mengganti perkataan tersebut dengan mengucapkan “butiran dari sehelai
rambut"
Kesimpulan dari apa
yang telah disebutkan oleh para mufasir, dan apa yang ditunjukkan oleh konteks
hadits itu yaitu bahwa mereka mengganti perintah Allah SWT kepada mereka dari
ketaatan dengan sebuah ucapan dan tindakan. Mereka diperintahkan untukm masuk
dengan keadaan sujud, tetapi mereka merangkak pada lutut mereka, dengan
mengangkat kepala mereka. Mereka juga diperintahkan untuk mengucapkan
"Hittah" yaitu "bebaskanlah dari kami dosa dan kesalahan kami,"
tetapi mereka meremehkannya dan menggantinya dengan "butiran yang ada di
sehelai rambut”. Ini merupakan bentuk perlawanan dan pertentangan. Oleh karena
itu, Allah menurunkan azab dan siksaNya kepada mereka karena kemaksiatan
mereka, yaitu enggan untuk menaatiNya.
Karena itu, Allah SWT
berfirman: (Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari
langit, karena mereka berbuat fasik)
Dari Ibnu Abbas,
berkata: “Setiap sesuatu yang disebutkan dalam kitab Allah tentang “Ar-Rijzu”
maksudnya adalah siksaan.
Begitu juga Mujahid,
Abu Malik, As-Suddi, dan Al-Hasan berkata bahwa “Ar-Rijzu” adalah siksaan.
Abu Al-Aliyah berkata
bahwa “Ar-Rijzu”berarti kemurkaan.
Asy-Sya’bi berkata
bahwa “Ar-Rijzu” bisa berarti wabah penyakit atau kedinginan.
Said bin Jubair berkata
bahwa “Ar-Rijzu” adalah wabah penyakit
Aisarut
Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
ٱلۡقَرۡيَةَ Al-Qoryah :
yang dimaksud adalah Baitul Maqdis (Yerussalem)
رَغَدٗا Roghodan :
Kehidupan yang lapang lagi nyaman
سُجَّدٗا Sujjadan :
Maknanya agar mereka masuk pintu gerbang dengan ruku’ merendahkan diri di
hadapan Allah dengan tunduk penuh kesyukuran kepada Allah atas keselamatan yang
diberikan setelah kejadian berputar-putar di gurun Sinai.
حِطَّةٞ Khittotun :
Mengikuti wazan fi’latun seperti kata riddatun. Allah menyuruh mereka untuk
mengatakan khitthoh yang artinya adalah ampuni dosa-dosa kami. Kata khittoh
berharakat akhir dhommah (marfu’) karena kedudukannya sebagai khobar dari
mubtada’ yang dihapus, aslinya :
دُخُولُنَا البَابَ سُجَّدًا
حِطَّةٌ لِذُنُوبِنَا
Masuknya kami ke pintu
dengan cara bersujud menjadi ampunan bagi dosa-dosa kami.
نَّغۡفِرۡ Naghfir :
Kami hapus dan Kami tutupi.
خَطَٰيَٰكُمۡۚ
Khothoyaakum : al-Khothooya merupakan bentuk plural dari Khotiah, artinya
adalah dosa yang diakui oleh seorang hamba.
Makna ayat :
Ayat 58 mengandung
pengingat kepada orang Yahudi tentang kejadian besar yang terjadi pada
pendahulu mereka akan nikmat Allah yang diberikan kepada Bani Israil yang wajib
untuk disyukuri. Yaitu setelah selesai mereka berputar-putar di gurun Sinai,
Nabi Musa dan Harun telah wafat, dan digantikan oleh murid Nabi Musa yang
bernama Yusya’ bin Nun. Yusya’ memimpin mereka untuk menyerang kaum ‘Amaliqah
dan Allah membukakan Baitul Maqdis (Yerusalem) untuk mereka. Kemudian Allah
memerintahkan Bani Israil sebagai pemuliaan,”Masuklah alian ke Baitul Maqis
kemudian makanlah dari hasil buminya yang banyak lagi enak dari apa-apa yang
kalian sukai. Dan bersyukurlah kepadaKu atas kenikmatan yang kalian peroleh dengan
memasuki pintu gerbang kota dalam posisi ruku’ dengan khusyu’ seraya
mengatakan,”Kami memasuki pintu gerbang denga ruku’ sebagai ampunan bagi kami
dari apa yang kami perbuat, yaitu meninggalkan berjihad bersama Musa dan Harun.
Apabila kalian mengucapkan itu, maka Kami akan mengampuni dosa-dosa kalian dan
kami tambahkan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik di antara kalian
sebagaimana terkandung dalam ayat selanjutnya.
Pelajaran dari ayat :
•
Mengingatkan generasi sekarang terhadap kejadian yang dialami oleh generasi
pendahulu sebagai nasehat dan peringatan.
•
Meninggalkan jihad jika sudah wajib akan menyebabkan kehinaan dan kerugian bagi
umat.
Referensi:
https://tafsirweb.com/364-surat-al-baqarah-ayat-58.html