-------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 22 Oktober 2023
Surah
Al-Baqarah, Ayat 59:
Orang-orang
Zalim Mengganti Perintah
fa baddalallaziina
zholamuu qoulan ghoirollazii qiila lahum fa angzalnaa 'alallaziina zholamuu
rijzam minas-samaaa-i bimaa kaanuu yafsuquun
“Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka Kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka (selalu) berbuat fasik.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 59)
--------
Tafsir
Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Maka telah mengganti
orang-orang yang zalim lagi sesat itu dari kalangan Bani Israil terhadap firman
Allah, dan mereka Mengubah ucapan dan tindakan secara bersamaan. ketika mereka
masuk dengan mengangkat dengan pantat mereka Seraya berkata “biji-bijian dalam
gandum” dan mereka mengolok-olok ajaran agama Allah, maka Allah pun menurunkan
terhadap mereka siksaan dari langit akibat pembangkangan mereka tersebut dan
keluarnya mereka dari ketaatan kepada Allah.
Tafsir
Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Orang-orang yang zalim
di antara mereka mengubah perintah Allah dengan memasuki pintu Baitul Maqdis
sambil merangkak dengan tubuh bagian belakang mereka dan enggan memohon ampunan
dari Allah, namun yang mereka ucapkan adalah “sebiji gandum” untuk
mengolok-olok perintah Allah. Maka balasan atas perbuatan mereka ini adalah
azab yang Allah turunkan dari langit yang berupa penyakit Tha’un. (sebagaimana
disebutkan dalam shahih Bukhari, kitab para Nabi, no. 3473).
Tafsir
Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Akan tetapi orang-orang
yang zalim di antara mereka justru mengganti tindakan dan mengubah ucapan itu.
Mereka masuk sambil merayap di atas pantat mereka. Dan mereka berkata, “Satu
biji dalam satu rambut.” Mereka meremehkan perintah Allah. Maka balasannya
ialah Allah menurunkan azab dari langit kepada orang-orang yang zalim di antara
mereka, karena mereka telah keluar dari batas-batas syariat dan melanggar
perintah Allah.
Zubdatut
Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا
قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ
Diriwayatkan oleh
Bukhari dan muslim dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda:
diserukan kepada bani Israel: masukilah pintu itu seraya menundukkan diri dan
katakanlah hiththah (Bebaskanlah kami dari dosa). Namun mereka mengganti kata
tersebut dengan Hinthoh (satu biji gandum), sambil masuk dengan cara merangkak
menggunakan dubur-dubur mereka.
Tafsir
Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah
Kemudian orang-orang
zalim di antara mereka mengubah ucapan yang telah disampaikan kepada mereka dan
berkata: “Hinthah atau biji tanaman gandum, sebagai ganti {Hitthah} [QS
Al-Baqarah/58 dan QS Al-A’raf/161] lalu mereka masuk dengan merangkak di atas
kelemahan mereka, kemudian kami menurunkan kepada orang-orang yang zalim dengan
menentang perintah kami suatu siksa dari langit akibat kemaksiatan dan
keberpalingan mereka dari ketaatan
Tafsir
Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr.
Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Lalu, orang-orang yang
zalim mengganti} mengubah {perintah dengan hal lain yang tidak diperintahkan
kepada mereka. Lalu Kami menurunkan kepada orang-orang yang zalim itu
malapetaka} azab {dari langit karena mereka berbuat fasik} mereka melanggar
kataatan kepada Allah.
Tafsir
as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
“Lalu orang-orang yang
zhalim mengganti,” yakni yang zhalim diantara mereka. Allah tidak berkata
"lalu mereka mengganti", karena tidak semua dari mereka itu mengganti
“perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka, ” dan mereka
berkata, gantikanlah kata (bebaskanlah kami dari dosa) dengan kata (yang
berarti sebuah biji dari gandum) dengan maksud penghinaan atas perintah Allah
dan olok-olokan. Ketika mereka mengganti perkataan itu padahal sangatlah
ringan, maka penggantian mereka terhadap perbuatan adalah lebih patut dan
utama. Oleh karena itu mereka memasukinya dengan merangkak dengan pantat
mereka, dan ketika kezhaliman ini merupakan penyebab terbesar akan azab Allah
terhadap mereka, Allah berfirman, “sebab itu kami timpakan atas orang-orang
yang zhalim itu, ” diantara mereka “hukuman”, yaitu azab “dari langit”,
disebabkan karena kefasikan dan kezhaliman mereka.
Tafsir
Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim,
karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas
al-Qur'an Univ Islam Madinah
Allah SWT berfirman
sembari mencela mereka karena enggan berjihad dan memasuki tanah suci ketika
mereka datang dari negeri Mesir bersama nabi Musa AS. Mereka diperintahkan
untuk memasuki tanah suci yang menjadi warisan mereka dari nenek moyang mereka,
yaitu Israil, dan melawan orang-orang Amaliq yang kafir. Mereka menolak untuk
memerangi (orang-orang Amaliq), dan menjadi lemah, serta takut. Lalu Allah SWT
menghukum mereka dengan memberi mereka kebingungan, sebagaimana disebutkan
dalam Surah Al-Ma'idah.
Oleh karena itu,
pendapat yang lebih tepat dari dua pendapat bahwa kota ini adalah Baitul
Maqdis, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh As-Suddi, Ar-Rabi' bin Anas,
Qatadah, dan Abu Muslim Al-Asfahani, serta beberapa orang lainnya. Allah SWT
juga berfirman dengan menceritakan tentang nabi Musa, (Hai kaumku, masuklah ke
tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu
lari kebelakang.....) (Surah Al-Ma'idah: 21).
Ketika mereka keluar
dari kebingungan selama empat puluh tahun bersama nabi Yusha bin Nun, Allah
memberi kemenangan bagi mereka pada malam Jumat, dan matahari ditahan sebentar
untuk mereka pada hari itu hingga kemenangan dapat diraih.
Ketika mereka menaklukkan
negeri itu, mereka diperintahkan untuk masuk melalui pintu dari negeri itu
(dengan bersujud) yaitu sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas apa yang
telah dianugerahkan kepada mereka berupa kemenangan, pertolongan, mengembalikan
mereka kepada negeri mereka, dan pembebasan mereka dari kebingungan dan
kesesatan.
Dari Ibnu Abbas tentang
ayat Allah,( dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud) Dia berkata
maknanya adalah, dalam keadaan rukuk dari pintu yang kecil.
Dari Ibnu Abbas (dan
katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa") dia berkata maknanya adalah
ampunan dan memohonlah ampunan
Hal yang serupa juga
diriwayatkan dari ‘Atha', Al-Hasan, Qatadah, dan Ar-Rabi' bin Anas.
(niscaya Kami ampuni
kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada
orang-orang yang berbuat baik) Ini adalah jawaban dari perintah Allah. Maknanya
adalah jika kalian melaksanakan apa yang Kami perintahkan, maka Kami akan
mengampuni dosa-dosa kalian dan melipat gandakan bagi kalian orang-orang yang
berbuat kebaikan.
Kesimpulan dari
perintah ini adalah agar mereka tunduk kepada Allah SWT ketika mencapai
kemenangan, baik dalam perbuatan maupun perkataan, dan agar mereka mengakui
dosa-dosa mereka, memohon ampun atas dosa-dosa itu, serta bersyukur atas
nikmat. Menyegerakan untuk melakukan itu adalah sesuatu yang disukai oleh Allah
SWT.
Terkait firman Allah
SWT, (Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang
tidak diperintahkan kepada mereka) diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari nabi
Muhammad SAW, beliau bersabda, "Telah dikatakan kepada Bani Israil:
“Masuklah ke pintu dengan keadaan sujud dan ucapkanlah: "Bebaskanlah kami
dari dosa" Namun mereka masuk dengan merangkak di atas lutut mereka dan
mengganti perkataan tersebut dengan mengucapkan “butiran dari sehelai
rambut"
Kesimpulan dari apa
yang telah disebutkan oleh para mufasir, dan apa yang ditunjukkan oleh konteks
hadits itu yaitu bahwa mereka mengganti perintah Allah SWT kepada mereka dari
ketaatan dengan sebuah ucapan dan tindakan. Mereka diperintahkan untukm masuk
dengan keadaan sujud, tetapi mereka merangkak pada lutut mereka, dengan
mengangkat kepala mereka. Mereka juga diperintahkan untuk mengucapkan
"Hittah" yaitu "bebaskanlah dari kami dosa dan kesalahan kami,"
tetapi mereka meremehkannya dan menggantinya dengan "butiran yang ada di
sehelai rambut”. Ini merupakan bentuk perlawanan dan pertentangan. Oleh karena
itu, Allah menurunkan azab dan siksaNya kepada mereka karena kemaksiatan
mereka, yaitu enggan untuk menaatiNya.
Karena itu, Allah SWT
berfirman: (Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari
langit, karena mereka berbuat fasik)
Dari Ibnu Abbas,
berkata: “Setiap sesuatu yang disebutkan dalam kitab Allah tentang “Ar-Rijzu”
maksudnya adalah siksaan.
Begitu juga Mujahid,
Abu Malik, As-Suddi, dan Al-Hasan berkata bahwa “Ar-Rijzu” adalah siksaan.
Abu Al-Aliyah berkata
bahwa “Ar-Rijzu”berarti kemurkaan.
Asy-Sya’bi berkata
bahwa “Ar-Rijzu” bisa berarti wabah penyakit atau kedinginan.
Said bin Jubair berkata
bahwa “Ar-Rijzu” adalah wabah penyakit
Aisarut
Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
فَبَدَّلَ Fabaddala:
Bani Israil mengubah perkataan yang diberikan kepada mereka yaitu ampunilah
(Khittothun) menjadi “Habbatun fi sya’rotin" (biji-bijian dalam gandum)
رِجۡزٗا Rijzan : Wabah
penyakit Tha’un
يَفۡسُقُونَ Yafsuqun :
Keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasulNya.
Makna ayat :
Pada ayat 59
menceritakan kejadian lain yang menyingkap hakikat jeleknya tabiat orang Yahudi
dan bodohnya sikap mereka. Hal itu nampak saat mereka merubah perbuatan dan
perkaataan yang Allah perintahkan kepada mereka. Lantas mereka memasuki gerbang
Baitul Maqdis dengan merangkak mundur dengan pantat mereka masuk terlebih
dahulu dan mengatakan,”Sebutir biji dalam gandum !!!” oleh karena itu Allah
menurunkan azabNya terhadap orang-orang zhalim berupa penyakit Tho’un yang
menyebabkan kematian bagi banyak orang, sebagai balasan pembangkangan mereka
terhadap perintah Allah Ta’ala. Semua yang disebutkan ini sebagai pengingat
bagi orang-orang Yahudi kalau seandainya mereka mau mengambil peringatan.
Pelajaran dari ayat :
• Peringatan dari
akibat kedzaliman, kefasikan, dan membangkang perintah-perintah Allah.
• Keharaman mentakwil
nash-nash syariat untuk keluar dari makna yang diinginkan oleh Allah.
• Keutamaan berbuat
ihsan (baik) dalam bentuk ucapan atau perbuatan.
Referensi :
https://tafsirweb.com/366-surat-al-baqarah-ayat-59.html