“Ada ustadz milenial, ada ustadz kolonial, ada juga ustadz purbakala,” sebut Daeng Tompo’ masih sambil tersenyum. |
-------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 18 November 2023
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Ustadz
Milenial, Ustadz Kolonial, dan Ustadz Purbakala
“Ada teman ustadz
membagi tiga kategori ustadz,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum kepada Daeng
Nappa’ saat ngopi pagi di warkop batas kota.
“Kategori apami itu
belah?” tanya Daeng Nappa’ balas tersenyum.
“Ada ustadz milenial,
ada ustadz kolonial, ada juga ustadz purbakala,” sebut Daeng Tompo’ masih
sambil tersenyum.
“Ustadz milenial itu
bagaimana?” tanya Daeng Nappa’.
“Ustadz milenial itu
ustadz gaul, banyak video ceramahnya beredar di medsos, dan dia diterima
kalangan tua dan anak muda, terutama anak-anak milenial,” jelas Daeng Tompo’.
“Kalau ustadz kolonial?”
tanya Daeng Nappa’.
“Ustadz kolonial itu
ustadz yang sudah agak berumur, lebih banyak ceramah di mimbar masjid, tapi
masih bisa mengikuti perkembangan zaman,” jelas Daeng Tompo’.
“Terus kalau ustadz
purbakala bagaimana?” tanya Daeng Nappa’.
“Ustadz purbakala itu
ustadz yang sudah uzur, ustadz sepuh, ceramahnya lebih banyak di mimbar masjid,
dan tidak terlalu mengikuti perkembangan zaman, tapi mereka itulah yang sering
menasehati ustadz milenial,” kata Daeng Tompo’.
“Kalau temanta’, ustadz
yang membagi tiga kategori ustadz, dia masuk kategori ustadz apa?” tanya Daeng
Nappa’ sambal tersenyum.
“Dia mengaku masuk
kategori ustadz purbakala, karena sudah puluhan tahun berdakwah, termasuk
berdakwah dari kampung ke kampung terpencil, seorang diri, naik motor,” tutur
Daeng Tompo’.
“Beliau masih berdakwah
sampai sekarang?” tanya Daeng Nappa’.
“Masih,” jawab Daeng
Tompo’.
“Bagus nanti itu kita
undang beliau ceramah di masjid ta’,” kata Daeng Nappa’.
“Baa, bisaji,” kata
Daeng Tompo’. (asnawin)
Sabtu, 18 November 2023