PEDOMAN KARYA
Selasa, 14 November 2023
Puisi
Rusdin Tompo
GOWA
BERSEJARAH
Aku meneropong
Lewat lubang gobang
jingara
Koin mata uang yang
jadi poin penting penanda masa jaya
Bate Salapang mewujud
Sombaya ri Gowa
Membawaku pada kenang
sejarah
Abad ke-16 babad penuh
tinta emas
Ketika rempah menghela
orang-orang Eropa singgah
Berlabuh
Menambatkan sauh dari
dan ke Maluku
Di bandar Somba Opu
yang tenar
Karena para saudagar di
sini
Menakar barang dan
perkataan dalam timbangan yang benar
Somba Opu kala itu
laksana kejora
Pesonanya melegenda
Tembok kokoh dengan
warna terakota
Melindungi sesiapa
serupa saudara
Sahaja, raja, dan ulama
diterima
Silakan bertukar kabar
berita
Dalam lontarak bilang
kebajikan berbilang
Dicatat Daeng Pamate sebagai
pengingat
Bahwa ada masa, Gowa-Tallo digjaya penuh daya pikat
Ketika belum banyak
cerdik cendekia
Gowa dikaruniai lelaki
appa sulapa
Kaya ragam bahasa tiada
tara
Cita rasa ilmunya ada
pada teleskop Galileo Galilei
Visinya tampak pada
bola dunia
Ia adalah Karaeng
Pattingalloang
Dijuluki “Den Grooten
Pantagoute”
Yakni Karaeng
Pattingalloang yang Agung
Tapi adakah yang
bergetar mengenangnya penuh sanjung?
Jangan-jangan namanya
hanya disebut lamat-lamat
Kian samar tertutupi
debat silang pendapat
Tak lagi ditembangkan
pasinrilik
Yang alun
kesok-kesoknya terdengar lirih patah-patah
Gowa bersejarah
Bukan berarti hanya
tinggal sejarah
Tapi catatan dengan
cetakan semegah Balla Lompoa
Bahwa para petarung:
“De haantjes van het
osten”
Buraknena buraknea
Pernah menguasai hampir
setengah Nusantara
Itulah inti pustaka
yang mestinya jadi pusaka
Kita daraskan kembali
bukan sebagai lagu ninabobo
Tapi sebagai kelong
pangngurangi
Biar mengisi
konten-konten digital dengan muatan lokal
Yang kental adat budaya
siri’ na pacce
Agar kisahnya terawat
jejaknya terlacak
Serupa harum rempah
yang tetap renyah dbincangkan dihidangkan
Dengan mata binar penuh
muruah
Gowa, 14 November 2023
Keren.
BalasHapus