-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 06 November 2023
Indonesiaku
dan Presidenmu
Oleh:
Maman A Majid Binfas
(Akademisi, Sastrawan,
Budayawan)
Indonesia berjejak
sejak 1945 telah tujuh Presidenya dengan gaya kepemimpinan yang beragam dari
masa ke masa mesti dikenang pula. Bung Karno dikenang bukan karena poligaminya melainkan
karena jasanya sebagai proklamator yang memerdekakan negara dan disegani dunia
tanpa diingkari oleh siapapun
Soeharto diingat bukan
karena lamanya tiga puluh tahun jadi presiden, tetapi juga jasanya serangan
fajar, termasuk penculikan serta penembakan misterius dan pelindasan lawan
politiknya__
BJ Habibie dikenang
bukan karena setahun jadi presiden tetapi akan kecerdasan melampui batas akan
teknologi pesawat terbang tiada terlupakan _ dan tak terindikasi korupsi bahkan
gajinya untuk ICMI selama jadi pejabat negara_
Gus Dur atau Abdurrahman
Wahid bukan jua karena presiden diingatkan tetapi karena jokenya yang menohok “gitu
aja koq repot” dan brunaigate skandalisme serta kekiain NU yang moderatismenya
merangkuli semua___
Megawati teringat pula
bukan karena presiden menggantikan Gus Dur atau tak tamat perguruan tinggi
tetapi karena ditindas di era Orde Baru sebagai anak proklamator Republik
Indonesia.
SBY diingat bukan juga
karena presiden tetapi dikarenakan diplesetin jenderal kekanakan oleh Taufiq
Kiemas, suami dari Megawati, di samping jebakan Centuryisme juga menjamur tuduhan
terorisme I do__
Joko Widodo akan
dikenang bukan karena presiden tetapi dagelan blusukan dan korban kematian
petugas KPPS melimpah serta era Covid-19, juga piutang negara makin bertambah
keasengan_hingga tuduhan kedinastian pula kini_
Presiden akan datang
belum tahu untuk dikenang atau dihujatin lagi, Namun, tetap berharap dengan
itikad dan tekad yang baik, semoga yang akan ditakdirkan bukan sekadar jadi
presiden, tetapi lebih baik yang patut dan pantas untuk dikenang dari masa-masa
mendatang. Bah kesan yang wajar secara logis digoreskan berjejak 11 April 2022,
berikut ini.
BUKAN
SEKADAR PRESIDEN
Kalaulah penguasa hanya
lihai menguras keuangan bangsanya, buat apa berseteru untuk dipertaruh dan
dipertahankan__mati-matian.
Padahal itu, hanya
melelahkan dan menghabiskan energi jiwa raga kenegaraan yang berketuhanan._
Jelas menghinakan Ketuhanan dalam butir Pancasila, juga berperikemanusian yang
adil berkeadaban_.
Terkecuali, kalau mau
melihat negeri tercinta jadi fosil peradaban tergilas oleh zaman, __menjadi
sejarah buram bertapak aktefak kelam, dan sungguh memalukan kebangsaan.
Bangsa berdimensi
kemerdekaan dari dedikasi perjuangan dan perngorbanan pahlawan patriot sejati,
_tanpa ingkar janji_
Merdeka atau Mati,
menjadi sumpah setia. Maut sekalipun tidak diperdulikan, demi tanah tumpah
darah yang dicintanya.
Sungguh, bejat dan
hinanya pewaris bangsa ini, bila itu dilupakan. Padahal menjadi detak denyutan
nadi para Pahlawan perjuang sejati dengan relah mengorbankan nyawanya, demi
bangsanya hingga dinikmati kemerdekaan ini__
Bukan Presiden sekedar
dagelan Instruksian an sih semata__
Presiden
Instruksikan
Menristekdikti
Turun redam Demo
Mahasiswa
Menristekdikti
Instruksikan Rektor
Turun redam Demo
Mahasiswa
Rektor
Instruksikan Dekan
Turun redam Demo
Mahasiswa
Dekan
Instruksikan Prodi
Turun Redam demo
Mahasiswa
Prodi
Instruksikan Dosen
Turun redam Demo
Mahasiswa
Dosen
Instruksikan Mahasiswa
_redamkan demo
Mahasiswa
Instruksikan Presiden
TURUN_ ...
...
Jadi, bukan sekadar
presiden, kemudian dibela mati-matian dengan martilan atas nama demokrasi
sebatas gusi terjamin__
Kalau pada akhirnya,
hanya untuk demi arogansi kenyamanan kuasa hampa nurani keimanan kepada
Tuhan__tentu hanya kutukan wajar terhinggapin.
Padahal Ketuhanan
menjadi radius butir utama berpacasila yang dikedepankan, adalah
perikemanusian.... didaulatkan menjadi tuan tanah air tercinta__
Maka, esensi Presiden
tidak sekedar jadi presiden doang untuk dikenang__ tetapi berjiwa
merdekalah__dan warga negara pun dimerdekakan hampa intimidasi serta memalukan
bangsanya.
Hal itu juga menjadi
durasi goresan diksiku, disaat sebelum hari kemerdekaan 17_an, tepat tanggal 15
Agustus 2023, yakni.
MERDEKALAH
Dulu, di saat negari
kita terjajah oleh komponen serdadu kompeni keparatan nan sungguh biadab tak
terkira _menindas juga merampas jati diri sungguh aduhai derita tiada terperi_
Kita kibarkan semangat
membara
__untuk menyikat para
serdadu keparat itu dengan jiwa membaja
karna kita tidak mau
dijajah jiwa raga juga tanah air tercinta__
hidup atau mati, mesti
bukan tuk dipilih tetapi ditempuh __sekali merdeka tetap merdeka
Tapi kini dan akhir
akhir ini setelah dekade kita merdeka, bagaimana nasip negeri tercinta _bukan
lagi konon, Negeri elok menawan berparas Zamrud Khatulistiwa_ sungguh
menyedihkan.
Kini juga bukan mungkin
lagi,_bukan saja ibu pertiwi menangisi tetapi anak cucu turun temurun pun
menjerit tiada terperi
Sekalipun, berpanca di
sila kemanusiaan beradab atas berkat Ilahi dirumuskan oleh para pahlawan__
namun sungguh menyedihkan.
Maka, mari kita ukir
kembali pelita kemerdekaan ini dengan permata cinta sejati, karena lillah
ketulusan hati, __tanpa menghianati dengan kehinaan dan menodai dengan
kedustaan
Merdekalah__dan
berkibarlah
wahai bendera merah
putih dalam melambai langit jingga_sebagai tanda kemerdekaan sejati__
Ribuan bahkan juta jiwa
raga
telah jadi korban, demi
kemerdekaan Tanah Air tercinta
Merdekalah Indonesiaku
dan juga Presidenmu!
Wallahu a’lam bissawab