--------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 12 November 2023
Surah
Al-Baqarah, Ayat 60:
Ketika
Musa Memohon Air untuk Kaumnya
wa izistasqoo muusaa
liqoumihii fa qulnadhrib bi'ashookal-hajar, fangfajarot min-husnataa 'asyrota
'ainaa, qod 'alima kullu unaasim masyrobahum, kuluu wasyrobuu mir rizqillaahi
wa laa ta'sau fil-ardhi mufsidiin
“Dan (ingatlah) ketika
Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan
tongkatmu!’, maka memancarlah darinya dua belas mata air. Setiap suku telah
mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari rezeki (yang
diberikan) Allah dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat
kerusakan.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat
60)
--------
Tafsir
Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan ingatlah nikmat
Kami kepada kalian (ketika kalian mengalami kehausan saat kalian berada dalam
kesesatan di tengah jalan) dan Musa memohon kepada kami (dengan penuh
ketundukan hati) supaya kami memberi kaumnya air minum.
Maka kami berfirman:
“pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu Musa memukulnya, maka memancarlah
darinya 12 mata air sesuai dengan jumlah suku mereka disertai dengan pemberitahuan
kepada tiap-tiap suku tentang mata air yang khusus bagi mereka agar mereka
tidak berebutan.
Dan kami berfirman
kepada mereka: “makan dan minumlah dari rezeki Allah dan janganlah kalian
berkeliaran di muka bumi dengan membuat kerusakan.”
Tafsir
Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Dan ingatlah ketika
Musa berdoa kepada Allah meminta air minum bagi kaumnya, Bani Israil, yang
membutuhkan air dan ditimpa kehausan saat mereka berkelana di padang pasir Sina
-yang terletak di utara Laut Merah-, maka Kami mengabulkan doanya dengan
memerintahkan kepadanya: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu,” maka Allah
mengeluarkan darinya 12 mata air, sesuai dengan jumlah kabilah mereka. Setiap
kabilah telah mengetahui mata air mereka masing-masing. Kemudian Allah
membolehkan mereka makanan dan minuman, dan melarang mereka berbuat kerusakan.
Tafsir
Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Dan ingatlah salah satu
nikmat yang Allah berikan kepada kalian tatkala kalian tersesat di tengah gurun
pasir yang membingungkan dan mengalami dahaga yang hebat, kemudian Musa
-'alaihissalām- memanjatkan doa dan memohon kepada Rabbnya agar berkenan
memberi kalian minuman, maka Kami perintahkan agar dia memukul batu itu dengan
tongkatnya.
Dan setelah dia
memukulnya maka dari batu itu muncul dua belas mata air sesuai dengan jumlah
kabilahmu. Dan air pun mengalir deras dari kedua belas mata air tersebut. Dan
Kami telah menjelaskan bahwa setiap kabilah mempunyai tempat minum
masing-masing yang khusus, agar tidak terjadi pertengkaran di antara mereka.
Dan Kami berfirman
kepada kalian, “Makanlah dan minumlah dari rezeki yang Allah berikan kepada
kalian tanpa usaha dan kerja keras dari kalian, dan janganlah kalian membuat
kerusakan di muka bumi.”
Zubdatut
Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah
60. وَإِذِ اسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ
لِقَوْمِهِ
(الاستسقاء) dilakukan
ketika air tidak ada dan hujan lama tidak turun. Dan nabi Musa meminta hujan
untuk kaumnya ketika mereka dalam pengembaraan.
فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ
الْحَجَرَ ۖ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا
Yakni setelah Musa
memukul batu itu dengan tongkatnya maka keluarlah air dari batu tersebut
sebagai tanda dari Allah dan kenikmatan untuk mereka ketika mereka kehabisan
air. Batu yang dipukul oleh Musa berbentuk segi empat yang keluar di setiap
sisinya tiga mata air; dan batu itu jika dipukul oleh Musa akan mengeluarkan
air dan bila kaumnya telah cukup dengan air, air itupun berhenti mengalir.
مَشْرَبَهُمْ ۖ (المشرب)
yakni tempat untuk
minum. Diriwayatkan bahwa setiap kabilah dari kaum Nabi Musa memiliki satu mata
air dan mereka tidak mengambil dari mata air dari kabilah lain. Dan
kabilah-kabilah itu berjumlah dua belas yang berasal dari anak-anak Nabi
Ya’kub.
كُلُوا وَاشْرَبُوا
Yakni Kami katakan
kepada mereka agar memakan al- mann dan as- salwa, dan meminum air yang keluar
dari batu.
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ
مُفْسِدِينَ
Yakni dan janganlah
berbuat banyak kerusakan yang mengakibatkan diambilnya nikmat yang Allah
berikan.
Tafsir
Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah
Ingatlah juga ketika
leluhur kalian kehausan di padang gurun, kemudian Musa mencarikan mereka minuman,
lalu kami berfirman kepadanya: “Pukullah batu menggunakan tongkatmu, lalu Musa
memukulnya menggunakan tongkatnya, kemudian Allah mengeluarkan air dari batu
itu dan keluar darinya 12 mata air sesuai jumlah kabilah mereka. Setiap kabilah
mendapatkan satu mata air sehingga mereka tidak saling bermusuhan.
Asbath adalah 12 anak
Ya’kub lalu kami berfirman kepada mereka: “Makanlah Al-Manna dan As-Salwa,
minumlah air yang memancar dari batu itu, dan jangan kalian banyak berbuat
kerusakan di bumi!”
Tafsir
Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr.
Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{(Ingatlah) ketika Musa
meminta minum} memohon minuman {untuk kaumnya. Lalu Kami berfirman, “Pukullah
batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah} maka memancar dan mengalirlah
{dari batu itu dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat
minumnya} tempat minum mereka {Makan dan minumlah dari rezeki Allah dan
janganlah melakukan kejahatan} dan janganlah kalian sewenang-wenang {di bumi
dengan berbuat kerusakan.
Tafsir
as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
“Memohon air, ” yakni
meminta air buat mereka untuk mereka minum, “lalu kami berfirman, ’pukullah
batu itu dengan tongkatmu’,” baik sebuah batu yang khusus yang hanya diketahui
oleh Allah atau sebuah nama jenis (yang berarti batu apa saja), ”lalu
memancarlah dari padanya dua belas mata air, ” dan suku dari Bani Israil ada
dua belas suku, “sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui” di antara mereka,
”tempat minumnya (masing-masing), ” yaitu tempat mereka yang menjadi tempat
minum mereka dari mata air tersebut, sehingga sebagian mereka tidak (perlu)
mendesak sebagian lainnya, akan tetapi agar mereka minum dengan tenang dan
tidak tergesa-gesa.
Oleh karena itu Allah
berfirman, ’makan dan minumlah rizki (yang diberikan ) Allah, ” yaitu yang
telah dihadirkan buat kalian tanpa usaha dan keringat, ”dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi, ” maksudnya, merubuhkan dengan tujuan merusak.
Tafsir
Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim,
karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas
al-Qur'an Univ Islam Madinah
Allah berfirman: “Dan
ingatlah nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepada kalian ketika Aku menjawab
permohonan nabi kalian, Musa AS, ketika dia memintakan air untuk kalian, dan
kemudahanKu dalam menyediakan air itu, dan mengeluarkan air itu dari batu yang
ada pada kalian, serta mengalirkan air itu untuk kalian dari dua belas mata
air, untuk setiap suku kalian yang benar-benar telah mengetahui mata airnya
masing-masing.
Makanlah “manna” dan
“salwa” dan minumlah dari air yang Aku sediakan untuk kalian tanpa harus
bersusah payah dan bekerja keras. Sembahlah Allah yang telah memberikan segala
kemudahan itu kepada kalian. (dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi
dengan berbuat kerusakan) dan janganlah membalas nikmat itu dengan kemaksiatan,
karena kalian akan kehilangan nikmat itu.
Kisah ini serupa dengan
kisah yang ada dalam surah Al-A'raf, tetapi ayat pada surah tersebut adalah
ayat Makkiyah. Oleh karena itu, kisah ini diceritakan dengan penggunaan kata
ganti orang ketiga; karena Allah SWT menceritakan kepada Rasulallah SAW apa
yang telah Dia lakukan terhadap mereka.
Adapun dalam surah ini
(surah Al-Baqarah), ayat tersebut merupakan ayat Madaniyah; maka, kata ganti
orang kedua digunakan karena ayat ini ditujukan langsung kepada mereka (umat
Islam di Madinah).
Allah memberitahu
mereka pada ayat itu (Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air) (Surah
Al-A'raf: 160), dan itu adalah awal dari pancaran air. Di sini, Dia juga
memberitahu mereka tentang keadaan lainnya, yaitu tentang pancaran air, dan
itulah sebabnya penyebutan hal-hal ini di dua tempat yang berbeda itu
berkaitan.
Hanya Allah yang lebih
Mengetahui. Antara dua konteks tersebut ada dijelaskan dalam sepuluh aspek
secara lafdzi dan ma’nawi. Ar-Razi dalam tafsirnya menanyakan hal itu, dan dia
memberikan jawaban yang dia ketahui, dan perkara tentang ini cukup dekat. Hanya
Allah yang lebih mengetahui.
Aisarut
Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
{ٱسۡتَسۡقَىٰ } Istasqo
: Permintaan kepada Allah agar menurunkan air untuk minum dan kebutuhan yang
lain.
{ بِّعَصَاكَ ٱلۡحَجَرَۖ
} bi’ashookal hajar : Yang dimaksud adalah tongkat Musa yang dibawa bersamanya
semenjak keluar dari negeri Madyan. Apakah tongkat itu berasal dari pohon surga
yang membuat nabi Adam diturunkan ke bumi sebagaimana dikabarkan? Hanya Allah
yang lebih tahu. Batu disitu adalah batu berbentuk segi empat yang lunak
seperti tanah liat. Apakah batu itu yang membawa lari pakaian Nabi Musa
sebagaimana dalam kisah yang sudah terkenal, ataukah hanya bebatuan biasa?
Allah yang lebih tahu akan hal itu.
{ فَٱنفَجَرَتۡ } Fanfajarot
: al-Infijar artinya adalah terbelah. Maka terbelahlah batu dan memancarlah
mata air disebabkan pukulan tongkat.
{ مَّشۡرَبَهُمۡۖ }
Masyrobahum : Tempat minum mereka
{ رِّزۡقِ ٱللَّهِ }
Rizqillah : Seluruh rizki yang Allah berikan kepada hamba berupa
makanan-makanan.
{ وَلَا تَعۡثَوۡاْ } Wa
laa ta’tsauu : العثى dan العثي maknanya adalah kerusakan yang amat besar,
berasal dari kata kerja عثي seperti رضي dan يعثى seperti يرضى dan seperti عدا –
يعدو
{ مُفۡسِدِينَ }
Mufsidin : berbuat ifsad (kerusakan) artinya melakukan sesuatu di luar ketaatan
kepada Allah dan rasulNya dalam setiap aspek kehidupan
Makna
ayat :
Allah Ta’ala
mengingatkan orang-orang Yahudi yang hidup pada saat waktu turunnya al-Qur’an
di kota Madinah an-Nabawiyah mengenai berbagai nikmat yang diperoleh oleh
pendahulu mereka .
Pada ayat (60) Allah
Ta’ala menyebutkan tatkala mereka sedang kehausan di gurun, maka Nabi Musa
memohon kepada Allah agar menurukan hujan. Maka Allah memberi minum mereka
dengan cara yang luar biasa agar mereka ingat dan mau beriman serta taat.
Caranya dengan memukulkan tongkatnya ke batu, lantas air keluar dari batu itu
sebanyak 12 titik yang mana tiap titiknya seperti mata air yang menjadi tempat
mengambil air bagi setiap kelompok keturunan Bani Israil. Sehingga setiap
kelompok tidak berdesakan sehingga tidak terjadi hal yang memicu mudarat atas
kemurahaan Allah memberikan nikmat ini. Dan melarang mereka berbuat kerusakan
di muka bumi dengan melakukan maksiat.
Pelajaran
dari ayat :
•
Anjuran untuk mengingatkan manusia dengan kenikmatan dan adzab dari Allah
Ta’ala.
•
Menjadi tuntutan bagi orang yang mendapatkan nikmat agar mensyukurinya, dengan
cara melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala dengan melakukan
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.
Tafsir
Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 60
Pada ayat-ayat
sebelumnya dijelaskan tentang beragam anugerah yang dilimpahkan kepada bani
israil. Selanjutnya pada ayat ini diingatkan pula tentang nikmat lain yang
merupakan mukjizat nabi musa, yaitu ketersediaan air yang sangat diperlukan
semua makhluk hidup. Dan sejalan dengan hal ini, ingatlah kamu sekalian ketika
musa memohon air untuk kaumnya pada saat mereka sedang kehausan di gurun sinai,
lalu kami berfirman kepadanya, pukullah batu yang ada di hadapanmu itu dengan
tongkatmu yang merupakan mukjizatmu! maka seketika itu memancarlah daripadanya,
yaitu dari batu yang dipukul itu, dua belas mata air, sesuai dengan jumlah suku
yang ada pada bani israil, yang merupakan keturunan dari dua belas anak nabi
yakub.
Setiap suku telah
mengetahui tempat minumnya masing-masing, seperti yang disebutkan dalam surah
al-ara'f /7 : 160, yaitu bahwa setiap suku dari 12 suku dari bani israil
mengetahui mata air mana yang menjadi bagian mereka. Karena itu, wahai bani
israil, makan-lah dari anugerah Allah yang berupa al-mann dan as-salwa', dan
minumlah air yang memancar dari batu sebagai rezeki yang diberikan Allah kepada
kamu semua, dan janganlah kamu berkeliaran di bumi dengan tanpa tujuan yang
jelas, apalagi dengan berbuat kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian dan
hal-hal negatif bagi makhluk lainnya.
Dan ingatlah pula
sikap-sikap yang tidak menyenangkan, yaitu ketika kamu berkata kepada nabi
musa, wahai musa! kami sudah tidak tahan lagi bila hanya makan dengan satu
macam makanan saja yang tetap dan tidak berubah-ubah yaitu al-mann dan
as-salwa', maka mohonkanlah kepada tuhanmu yang maha pemurah untuk kami, agar
dia memberi kami yang sudah jenuh dengan makanan yang sama, apa yang
ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas,
dan bawang merah.
Dia, nabi musa, dengan
nada marah, menjawab, apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari
sesuatu yang baik dengan menukar al-mann dan as-salwa' yang merupakan anugerah
Allah dengan jenis-jenis makanan yang disebutkan itu' bila itu yang kamu
kehendaki, tinggalkanlah tempat ini dan pergilah ke suatu kota yang kamu
inginkan, pasti kamu di tempat itu akan memperoleh apa saja sesuai yang kamu
minta.
Akibat tidak adanya
rasa syukur itu, kemudian mereka ditimpa kenistaan dalam hidup dan kemiskinan
dari rezeki atau harta, dan mereka selanjutnya kembali mendapat kemurkaan dari
Allah yang tidak senang dengan keingkaran mereka.
Hal itu, yakni
kenistaan dan kemiskinan dapat terjadi karena mereka tidak mau mensyukuri
nikmat yang dianugerahkan, bahkan sering mengingkari ayat-ayat Allah yang ada
di sekitarnya dan membunuh para nabi tanpa hak atau alasan yang benar.
Yang demikian itu
sebagai akibat dari sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji, selain karena
mereka juga selalu durhaka dan melampaui batas dalam segala tindak-tanduknya.
Referensi :
https://tafsirweb.com/368-surat-al-baqarah-ayat-60.html