Menulis Puisi Tidak Semudah Menulis Artikel

DISKUSI BUKU. Rahman Rumaday (paling kiri) memandu Diskusi Buku Puisi buku puisi berjudul; “Setadah Puisi: Embusan LA RUHE Dari Tampangeng”, karya Andi Ruhban (paling kanan), di Kafebaca, Jl Adhyaksa, Makassar, Sabtu, 28 Oktober 2023, yang menghadirkan dua pembicara yaitu Rusdin Tompo (kedua dari kiri) dan Asia Rampi Prapanca. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)

 

------

PEDOMAN KARYA

Rabu, 01 November 2023

 

Catatan dari Diskusi Buku “Setadah Puisi; Embusan LA RUHE Dari Tampangeng” (1):

 

Menulis Puisi Tidak Semudah Menulis Artikel

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

 

Forum Sastra Indonesia Timur (Fosait) kembali menggelar diskusi buku. Buku yang dibahas kali ini yaitu buku puisi berjudul; “Setadah Puisi: Embusan LA RUHE Dari Tampangeng”, karya Andi Ruhban. Diskusi digelar di Kafebaca, Jl Adhyaksa, Makassar, Sabtu, 28 Oktober 2023.

Diskusi yang dipandu Rahman Rumaday menghadirkan dua pembicara, yaitu Asia Ramli Prapanca yang akrab disapa Ram Prapanca, dan Rusdin Tompo, serta pengantar oleh Presiden Fosait, Muhammad Amir Jaya.  

Diskusi dihadiri sejumlah sastrawan, wartawan, akademisi dan pencinta seni budaya, antara lain Mahrus Andis, Yudhistira Sukatanya, Prof Hamdar Arraiya, Idwar Anwar, Bahar Merdu, Syahriar Tato, Andi Marliah, Fadli Andi Natsif, Rusdy Embas, dan Arwan Awing.

Andi Ruhban mengatakan, buku puisi “Setadah Puisi: Embusan LA RUHE Dari Tampangeng” berisi 101 karya puisinya yang ia tulis pada periode 1980 hingga 1997.

Ke-101 puisi yang ada dalam buku tersebut diurut berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun penulisannya. Puisi pertama berjudul “Kerinduan”, ditulis di Tampangeng, Wajo, pada 01 November 1980, sedangkan puisi ke-101 berjudul “Citra”, ditulis di Makassar, pada 09 Juli 1997.

“Ungkapan Setadah Puisi dalam Embusan La Ruhe dari Tampangeng sebagai bagian dari sejarah diri dan jejak langkah kami, hanyalah sebatas nisan perindu bagi para pengenal sepak terjang dan pengenang haru canda tawa dalam meniti peradaban fana,” kata Andi Ruhban.

Presiden Fosait, Muhammad Amir Jaya, dalam testimoninya di buku tersebut mengatakan, di Sulawesi Selatan tidak banyak penulis yang mengambil peran dan konsisten menulis karya sastra (puisi), karena menulis puisi tidak semudah menulis artikel.

“Memerlukan ketajaman batin dan perenungan mendalam untuk melahirkan sebuah puisi. Dan La Ruhe (Andi Ruhban, red), salah satu di antara penulis yang bersungguh-sungguh masuk ke dalam dunia perenungan, sebuah dunia yang langka diminati orang,” kata Amir Jaya.

Dengan kehadiran puisi-puisi dalam buku “Setadah Puisi: Embusan LA RUHE Dari Tampangeng”, kata Amir Jaya, batin pembaca tercerahkan. Ia berharap La Ruhe terus menulis puisi untuk anak-anak bangsa sebagai bentuk tanggung jawab mengasah batin agar lebih peka dan lembut.

 

Menulis Puisi Sejak Masih SMP

 

Andi Ruhban yang kelahiran Tampangeng, Wajo, 05 Juni 1965 sehari-hari bekerja sebagai dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar (Polkesmas). Ia menghabiskan masa kecilnya di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Ia memulai pendidikan formalnya sejak taman kanak-kanak di TK As’adiyah Lapongkoda Wajo (1970), kemudian SD As’adiyah No. 2 Lapongkoda (1977), SDN No. 16 Sengkang (1977), SMPN 357 Sengkang (1981), hingga SMAN 226 Sengkang (1984).

Ketika masih sekolah, Andi Ruhban mencatat berbagai prestasi, antara lain menjadi Bintang Pelajar SD As’adiyah No. 2 Lapongkoda, Sengkang (1976), Juara III Tebak Tepat Harpenas P&K Wajo (1977), Juara II Lomba Mengarang Porseni SMA Negeri dan Swasta se-Kota Sengkang (1983).

Setamat SMA, ia melanjutkan pendidikan ke APKTS Depkes Ujungpandang (1987), Akta III IKIP Ujungpandang (1991), D-IV Kesehatan Lingkungan FTSP ITS Surabaya (2001), dan kemudian S2 KLKK Kesmas Unhas Makassar (2008).

Saat kuliah, ia juga mencatat beberapa prestasi antara lain Juara II Baca Puisi pada Dies Natalis III Akper Depkes Tidung Ujungpandang (1991).

Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan pramuka dan telah mendapatkan sejumlah penghargaan, antara lain Lencana Pancawarsa IV Kwarda Gerka Susel (2011), Lencana Pancawarsa IV Kwarda Geka Sulsel (2017), Bakti Karya Husda Dwi Windu (2008), Bakti arya Husada Tri Windu (2018), serta Satyalencana Karya Satya XXX (2019).

Selain mengajar di kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar, Andi Ruhban juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, antara lain Ketua ORW V, pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) “Amanah” Kelurahan Maccini Parang, Kecamatan Makassar, serta pengurus Masjid Al-Furqan Maccini Parang.

Sebagai sastrawan, Andi Ruhban mengaku menulis puisi pertama ketika masih duduk di bangku SMP, tepatnya pada 01 November 1980, yang ia beri judul “Kerinduan”, sedangkan puisi kedua ia tulis pada 02 Mei 1981, dengan judul “Tampomas Karam.”

Selanjutnya seratusan puisi tercipta pada rentang waktu antara tahun 1981 hingga 1997. Kumpulan puisi itulah yang ia bukukan dan diberi judul “Setadah Puisi: Embusan LA RUHE Dari Tampangeng.”

Masih ada ratusan puisi karyanya dimuat dalam berbagai buku Antologi Puisi. Ia juga menulis prolog dalam beberapa buku Antologi Puisi. Andi Ruhban juga aktif dalam berbagai kegiatan seni budaya. (bersambung)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama