------
Ahad, 26 November 2023
Muhammadiyah
di Sulsel Sudah Ada Sejak Tahun 1923
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Persyarikatan Muhammadiyah berdiri
tahun 1912, tepatnya 18 November 1912, bertepatan dengan 08 Dzulhijjah 1330
Hijraiyah. KH Ahmad Dahlan selaku pendiri mula-mula mengembangkan Muhammadiyah
di daerah kauman Yogyakarta, kemudian menyebar ke berbagai daerah di Pulau Jawa.
Pada tahun 1922, Muhammadiyah
mulai menelusuri nusantara Indonesia merambah di luar Jawa, lalu membentuk
group (Ranting) dan Cabang-cabang di Sumatra Barat.
Di Sulawesi Selatan, Muhammadiyah sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama Group Muhammadiyah Makassar atau semacam Pimpinan Ranting Muhammadiyah pada saat ini.
Hal itu ia sampaikan
pada Pidato Milad ke-111 Muhammadiyah Tingkat Wilayah Sulawesi Selatan, di
Balai Sidang Muktamar 47 Muhammadiyah Kampus Unismuh, Jl Sultan Alauddin,
Makassar, Ahad, 26 November 2023.
Pengurus Pimpinan
Muhammadiyah Group (Ranting) Makassar sekitar tahun1923 terdiri atas Muhammad Yusuf
Daeng Mattiro (Voorzotter/Ketua), KH Abdullah (Vice Voozotter/Wakil Ketua), Muhammad
Said Daeng Sikki (Secretaris/sekretaris), H Yahya (Panningmcerster/Bendahara),
H Muhammad Thahir Cambang (Commissaris/Pembatu), H Ahmad (Commissaris/Pembatu),
H Abdul Karim Daeng Tunru (Commissaris/Pembatu), Mansur Yamani (Commissaris/Pembatu),
serta Daeng Minggu (Commissaris/Pembatu).
Pada tahun 1926, kata
Ambo Asse, Muhammadiyah semakin tumbuh dan berkembang lalu terbentuk
Muhammadiyah Cabang Makassar (meningkat statusnya dari group atau ranting
menjadi cabang) berdasarkan keputusan Hofd Bestuur (Pimpinan Pusat)
Muhammadiyah Nomor: 51/1926 tanggal 15 Juli 1926.
“Muhammadiyah Cabang
Makassar merupakan cabang ke dua di luar Pulau Jawa sesudah Muhammadiyah Cabang
Sungai Batam di Sumatra Barat,” ungkap Ambo Asse.
Pertumbuhan dan
perkembangan Muhammadiyah di Kota Makassar, katanya, menjadi tonggak awal
pertumbuhan dan berdirinya Muhammadiyah di Sulawesi, terutama wilayah Sulawesi
Selatan, yang mempercepat pertumbuhan dan perkembangan Muhammadiyah di daerah.
Percepatan pertumbuhan
tersebut disebabkan adanya kemudahan ketentuan organisasi yang memberi peluang
bahwa setelah cukup 15 orang anggota Muhammadiyah di suatu tempat, sudah dapat
membentuk group atau Ranting Muhammadiyah di daerah itu, sehingga group atau
Ranting Muhammadiyah semakin banyak, baik
di Kota Makassar maupun di daerah-daerah lainnya.
“Pada awal tahun 1927,
Muhammadiyah mulai melangkah keluar Kota Makassar, secara berturut-turut daerah
yang menerima Muhammadiyah adalah Pangkajene, Maros, Sengkang, Bantaeng,
Labbakkang, Belawa, Majene, dan Balangnipa Mandar,” sebut Ambo Asse.
Kemudian pada tahun
1928, Muhammadiyah memasuki beberapa daerah lagi yakni Rappang, Pinrang,
Palopo, Kajang (Bulukumba), Maros, Soppengriaja, Takkalasi, Lampoko, Ele
(Tanete), Takkalala, dan Balangnipa Sinjai.
“Demikianlah gerakan
Muhammadiyah tumbuh dan berkembang di Sulawesi berlangsung dengan cepat
diterima oleh masyarakat,” kata Ambo Asse.
Muhammadiyah di bawah
kepemimpinan KH Abdullah berkembang luas pengaruhnya yang dilakukannya melalui
gerakan tabligh dengan pengajian yang bertujuan memelihara agama menegakkan
ajaran tauhid di kalangan umat muslim yang diharapkan memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah secara baik dan
benar.
Gerakan
Infaq
Pada masa kepemimpinan
awal, dilakukan gerakan infaq pembangunan masjid dan musallah, penyelenggaraan
pendidikan sekolah dan madrasah Muhammadiyah dan rumah tempat pemeliharaan anak
yatim (Panti Asuhan) sebagai upaya memelihara agama dengan mengamalkan surah
al- Ma’un sebagai salah satu prinsip ta’awun dalam ajaran Islam.
“Selain itu, Aisyiyah
sebagai Muhammadiyah Perempuan juga melakukan gerakan yang sama. Gerakan dakwah
terus berjalan, walaupun selalu diawasi secara ketat dan keras oleh polisi
Hindia Belanda,” tutur Ambo Asse.
Muktamar
Muhammadiyah
Menjelang Kongres
(Muktamar) Muhammadiyah ke-21 di Makassar, secara praktis seluruh daerah di
Sulawesi Selatan telah berdiri Persyarikatan Muhammadiyah. Kongres atau
Muktamar Muhammadiyah ke-21 pada tanggal 01 Mei 1932 akhirnya dapat
dilangsungkan di Makassar, yang dihadiri oleh utusan- utusan dari seluruh
wilayah Indonesia.
Kemudian pada tahun
1971 di Makassar kembali mendapat kehormatan untuk kedua kalinya sebagai
pelaksana Muktamar Muhammadiyah ke-38 tepatnya tanggal 1-6 Sya’ban 1391 H atau
21-26 September 1971.
“Kemudian pada tahun
2015 Muhammadiyah Wilayah Sulawesi Selatan mendapat kehormatan kembali menjadi
pelaksana Muktamar ke-47 di Makassar pada gedung yang di tempat milad ke 111
hari ini, yang ternyata Group atau Ranting Makassar pada tahun ini sudah
berusia 100 tahun, sedangkan Muhammadiyah Cabang Makassar sudah berusia 97
tahun,” papar Ambo Asse.
Peran
Nyata Muhammadiyah
Sambutan Selamat Datang
sebagai tuan rumah disampaikan Wakil Rektor II Unismuh Makassar Prof Andi Sukri
Syamsuri. Dia mengatakan, usia 111 tahun Muhammadiyah bukanlah sembarang usia,
melainkan sebuah tonggak sejarah bagi organisasi yang telah memberikan
kontribusi besar bagi Indonesia.
“Dengan peringatan
Milad Muhammadiyah kali ini, kita menyaksikan bagaimana Muhammadiyah telah
berperan secara nyata di NKRI, mencakup aspek pendidikan, sosial, kesehatan,
ekonomi, dan lainnya,” kata Andis, sapaan akrab Andi Sukri Syamsuri.
Dia menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel yang telah memberikan kepercayaan kepada Unismuh Makassar sebagai penyelenggara acara Milad ke-111 Muhammadiyah Tingkat Wilayah Sulsel.
Kegiatan milad ini diikuti ribuan warga Muhammadiyah se Sulawesi Selatan. Dalam acara ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Agung Danarto menyampaikan amanat.
Acara juga dimeriahkan dengan tari 4 etnis dan tari ganrang bulo yang dipersembahkan murid TK Aisyiyah Mamajang. Selain itu ada pertunjukan seni Pencak Silat Tapak Suci dari Siswa SMP Muhammadiyah 12 Karunrung. Ada pula persembahan Sinrilik dan penayangan video Sejarah Muhammadiyah Sulsel.
Pada milad ini, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse juga memberikan piagam penghargaan kepada dua tokoh yang sudah banyak memberikan kontribusi daam perkembangan dan pertumbuhan Muhammadiyah di Sulsel, yaitu KH Mukhtar Waka dan H Abubakar Malinta. (asnawin)