-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 14 November 2023
Usulan-usulan
Imajinasi Buat Indonesia dalam Pertemuan Darurat Tingkat Tinggi OKI
Oleh:
Shamsi Ali
(Imam di Islamic Center
of New York / Direktur Jamaica Muslim Center, New York, AS)
Pada tanggal 11
Nopember 2023 telah dilangsungkan pertemuan darurat tingkat tinggi OKI
(Organisasi Kerjasama Islam) menyikapi genosida yang terjadi di Gaza, Palestina,
saat ini. Pada pertemuan itu juga sekaligus disatukan dengan pertemuan darurat
tingkat tinggi Liga Arab (persekutuan negara-negara Arab).
Beberapa kepala
negara/pemerintahan Islam dan Arab hadir, antara lain, Pangeran Muhammad bin
Salman (tuan rumah), Tayyip Erdogan, Anwar Ibrahim, Dan tentunya juga Presiden
Jokowi.
Sebelum meninggalkan
Indonesia, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa dia akan mewakili OKI untuk
bertemu Joe Biden, Presiden Amerika, untuk menyampaikan pesan kepada Presiden
Amerika agar menekan Israel untuk menghentikan perang kepada penduduk Gaza.
Bahkan diakui bahwa
Presiden Jokowi akan menyampaikan hasil KTT OKI dan Liga Arab itu. Walaupun
dalam pidatonya Jokowi meminta izin akan menyampaikan ke Biden keputusan KTT,
namun dalam statemen OKI mandat itu tidak disebutkan secara khusus.
Jokowi sendiri dalam
pidato yang disebutnya empat usulan kongkrit, menyampaikan hal-hal berikut:
Satu, agar segera
dilakukan gencatan senjata. Dan menyebut alasan Israel menyerang Gaza sebagai
“self defense” adalah keliru. Justeru serangan Israel ini disebutnya sebagai
“collective punishment”.
Dua, segera mengirimkan
bantuan kemanusiaan untuk menyelamatkan warga Gaza dari katastrofi ini.
Indonesia telah mengirimkan bantuan dan masih akan menambah.
Tiga, agar dilakukan langkah-langkah
serius menindaklanjuti kemungkinan kejahatan perang Israel melalui pengadilan
kejahatan perang internasional, dan lain-lain.
Empat, agar OKI
mengusulkan kelanjutan pembicaraan damai (peace talks) menuju kepada solusi dua
negara (two states solution). Dan Jika “tripartite” gagal maka harusnya OKI
terlibat dalam proses. Dan Indonesia mengusulkan diri menjadi bagian dari
proses itu.
Sesungguhnya apa yang
disampaikan oleh Presiden Jokowi itu bukan sesuatu yang baru, dan tidak juga
hal-hal konkret. Seruan genjata senjata itu telah disampaikan oleh semua
negara, bahkan hari-hari terakhir ini juga datang dari Amerika sendiri.
Demikian juga seruan
bantuan kemanusiaan. Bahkan seruan agar pembantaian kaum sipil Gaza diproses di
pengadilan kejahatan perang internasional. Demikian pula seruan duduk di meja
perundingan untuk solusi dua negara (two states solution) merupakan lagu lama
yang sudah terasa membosankan.
Sebagai putra bangsa,
saya sebenarnya berharap pemerintah Indonesia bisa memperlihatkan ketegasan
yang lebih dengan ide-ide yang lebih tegas dan konkret. Tentu selain untuk menjadi
motivasi bagi Palestina, juga akan menambah kharisma Indonesia di gelanggang
dunia global.
Bahwa Indonesia sebagai
negara besar, baik secara geografis dan populasi, negara demokrasi ketiga, dan
yang terpenting negara dengan penduduk muslim terbesar dunia, mampu tampil
dengan sikap tegas dan konkret.
Berikut saya sampaikan
pernyataan imajinatif (imaginative
statement) yang bisa disampaikan Indonesia di forum KTT darurat OKI itu.
Satu, mendesak
negara-negara OKI dan dunia internasional segera memutuskan segala bentuk
hubungan dengan Israel hingga menghentikan serangan ke Gaza. Statement ini
memperkuat posisi Indonesia yang menolak hubungan dengan Israel selama
Palestina belum merdeka.
Dua, mendesak
negara-negara anggota OKI untuk membentuk “join military operation” yang
dipersiapkan untuk melakukan intervensi jika dalam waktu tertentu yang
diberikan kepada Israel untuk menghentikan kejahatan itu tidak dihiraukan.
Tiga, mendesak
negara-negara OKI dan dunia internaisonal untuk menetapkan Benjamin Natanyahu dan
pemerintahannya sebagai penjahat perang dan mengeluarkan perintah penangkapan
di negara masing-masing.
Empat, mendesak
pemerintahan Abbas untuk segera melakukan rekonsiliasi dengan semua faksi
Palestina, termasuk Hamas. Meminta Qatar atau Turki (termasuk Iran) untuk
menjadi fasilitator yang dapat diterima oleh semua faksi Palestina.
Lima, kiranya OKI dapat
membentuk tim perumus kemerdekaan Palestina dengan Jerusalem Timur sebagai ibukota,
merujuk kepada Persetujuan 1967. Tim perumus ini akan secara serius merancang
langkah-langkah konkret bagi pembentukan dan kemerdekaan negara Palestina.
Panitia perumus kemerdekaan ini selanjutnya menjadi bagian dari “peace talk”
bagi proses pembentukan two states solution.
Lima, agar OKI mendesak
semua pihak untuk kembali ke meja perundingan dengan pembicaraan serius
memerdekakan negara Palestina. Tri-partite (Palestina, Israel dan Amerika)
hendaknya diperluas menjadi “Group Four” dengan memasukkan tim perumus
kemerdekaan Palestina dari OKI tadi menjadi bagian dari pembicaraan itu.
Usulan-usulan ini
dengan sendirinya akan berdampak secara “immediate” untuk menghentikan perang
(ceasefire) dan memperluas bantuan kemanusiaan (humanitarian assistance). Tapi
sekaligus dapat menjadi jalan menuju kepada solusi permanen jangka panjang
(pembentukan dan kemerdekaan Palestina).
Tentu saja usulan-usulan
ini hanya imajinasi saya pribadi. Imajinasi ini terdorong oleh realita
penderitaan panjang bangsa Palestina. Sekaligus didorong keinginan melihat
Indonesia lebih proaktif dalam memainkan peranan globalnya untuk mewujudkan
ketertiban dan perdamaian dunia sebagaimana yang diamanahkan oleh UUD RI.
Tapi namanya juga
imajinasi. Mungkin juga hanya mimpi. Tapi minimal saya bermimpi. Karena itu
indikasi kehidupan. Yang saya khawatirkan adalah ketika bermimpi pun kita
menjadi lemah. Karena sesungguhnya itulah kematian. Wal’iyadzu billah!
(Catatan Putra Kajang di Ujung Dunia)