------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 21 Desember 2023
Berinfaq
Sembunyi-sembunyi ataupun Terang-terangan
Oleh:
Abdul Rakhim Nanda
(Sekretaris
Muhammadiyah Sulsel / Wakil Rektor I Unismuh Makassar)
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka
mendirikan shalat, menginfaqkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat)
yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.” (QS Ibrahim/14: 31)
Quraish Shihab
menguraikan bahwa: “Kata ‘ibâd adalah bentuk jamak dari kata ‘abd/hamba.
Ada dua bentuk jamak dari kata --‘abdun—ini. Pertama ‘abîd
yang biasa digunakan al-Qur’an untuk menunjuk hamba-hamba Allah yang
bergelimang dalam dosa tanpa menyadari dan –tidak- mau bertaubat, sedang bentuk
kedua adalah yang digunakan –dalam—ayat ini yaitu ‘ibâd yang
digunakan al-Qur’an menunjuk hamba-hamba Allah yang taat kepadaNya, atau
kalaupun dia berdosa namun menyadari dosanya dan menyesalinya.
Oleh karenanya “gelar” ‘ibad
yang disandangkan kepada orang yang beriman pada awal ayat ini, maka hendaknya dijaga
kadarnya dengan cara menjaga kuntinyuitas atau kesinambungan, serta mutu atau kualitas
shalat dan infaqnya.
Inilah makna dari
firman Allah: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah ber-iman:
"Hendaklah mereka mendirikan shalat, menginfaqkan sebagian rezeki yang
Kami berikan kepada mereka…,” yakni Allah SWT berpesan kepada Nabi Muhammad
SAW supaya menyampaiakn kepada hamba-Nya yang sudah melekat iman di dadanya, agar
istiqamah atau konsisten menjalankan dan menjaga kualitas perintah shalat dan
infaq ini sebagai bukti keimanan itu.
Ya, buktikan keimanan
kita dengan terus meningkatkan pengabdian dan kedermawanan kita. Lakukanlah itu
baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, keduanya baik
sepanjang tetap dilandasi keikhlashan kepada Allah.
Berinfaq secara
terang-terangan itu akan sangat baik terutama infaq untuk kemaslahatan umum
karena –setidaknya- akan saling memotivasi di antara orang-orang beriman
sekaligus persaksian kepada khalayak umum sehingga ada transparansinya.
Berinfaq secara
sembunyi-sembunyi juga akan sangat baik, terutama sekali bila infaqk itu
diberikan kepada orang-orang fakir, sehingga terjaga dari nilai riya’ dan
menjaga kemuliaan si penerima infaq itu.
Inilah yang dapat dipahami
dari firman Allah swt: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah
baik sekali, dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu, dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
Ya ‘ibad,
wahai hamba pilihan Allah! Lakonilah totalitas pengabdian –shalat dan berinfaq-
itu saat-saat sekarang ini selagi kesempatan itu masih ada dalam genggaman
kita. Lakukanlah “sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada
jual beli dan persahabatan.”
Lakukanlah sebagai
bukti keimanan kita kepada Allah sebelum terjadi penyesalan atas kelalaian yang
berakibat tidak adanya manfaat dari rezeki kita yang dapat kita nikmati di hari
kemudian kelak.
Ingatlah kembali firman
Allah: “Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang
pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at, dan
orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”
Ayat 31 Surah Ibrahim
ini membangun kesadaran bagi kita tentang tiga hal. Pertama tentang pentingnya
keimanan terhadap negeri akhirat yang kekal abadi, negeri tujuan akhir yang disanalah
kita butuhkan kehidupan bahagia yang hakiki, yang karenanya perlu kita
persiapkan baik-baik semasa hidup kita di dunia ini.
Kita harus menjadikan
akhirat perioritas tujuan hidup yang bahagia, sedang dunia cukup sebatas menata
nasib hidup saja (QS al Qashash/28: 77).
Oleh karenanya, Allah
SWT memerintahkan setiap diri orang beriman agar melihat apa-apa yang terlah
dipersiapkannya hari ini untuk hari esoknya di negeri akhirat (QS al Hasyr/59:
18), dan menunaikan infaq ini adalah salah satu bentuk mempersiapkan diri untuk
kebahagiaan kita di negeri akhitat.
Kedua,
tentang pentingnya mendedikasikan diri mengabdi kepada Allah dalam segala
bentuk pengabdian dan ketaatan, dimana ritual puncaknya adalah mendirikan
shalat sebagai tujuan kita diciptakan (QS az Zariyat/51: 56), sekaligus bentuk
rasa syukur kita dipilih oleh Allah dicipta menjadi manusia atas iradhahNya.
(QS al Baqarah/2: 21)
Ketiga, menginfaqkan
harta di jalan ketaatan kepada Allah, sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan
ayat 31 Surah Ibrahim yang sedang kita abaca ini.
Tunaikanlah semuanya
itu, agar tidak ada penyesalan di negeri akhirat kelak, dimana pada hari itu; “Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa.” Sedang pada hari itu; “(yaitu) di hari harta
dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih.”
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita
semua untuk mencintai kebajikan. Amin yâ mujîbassâilîn.•