PEDOMAN KARYA
Ahad, 10 Desember 2023
Surah
Al-Baqarah, Ayat 61:
Meminta
Sesuatu yang Buruk sebagai Ganti dari Sesuatu yang Baik
wa iz qultum yaa muusaa
lan nashbiro 'alaa tho'aamiw waahiding fad'u lanaa robbaka yukhrij lanaa mimmaa
tumbitul-ardhu mim baqlihaa wa qissaaa-ihaa wa fuumihaa wa 'adasihaa wa
basholihaa, qoola a tastabdiluunallazii huwa adnaa billazii huwa khoiir, ihbithuu
mishrong fa inna lakum maa sa-altum, wa dhuribat 'alaihimuz-zillatu
wal-maskanatu wa baaa-uu bighodhobim minalloh, zaalika bi-annahum kaanuu
yakfuruuna bi-aayaatillaahi wa yaqtuluunan-nabiyyiina bighoiril-haqq, zaalika
bimaa 'ashow wa kaanuu ya'taduun
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.”
Dia (Musa) menjawab, “Apakah
kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah
ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.”
Kemudian, mereka
ditimpa kenistaan dan kemiskinan dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari
Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh
para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka
durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 61)
Tafsir
Ayat:
Tafsir
Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan ingatlah oleh
kalian tatkala kami menurunkan makanan manis, dan daging burung yang lezat.
Maka kalian menolak nikmat besar itu lalu seperti kebiasaan kalian, dan kalian
merasa sempit dan bosan hingga kalian berkata; “Wahai Musa, kami tidak bisa
bersabar dengan makanan yang terus sama saja yang tidak berganti-ganti selama
sekian hari ini, maka mohonkanlah untuk kami kepada Tuhan-mu agar mengeluarkan
bagi kami dari bumi berupa tanaman-tanaman sebagai makanan seperti sayur mayur,
mentimun, biji-bijian yang dapat dimakan, adas dan bawang merah.”
Musa menjawab -dengan
nada pengingkaran-, “Apakah kalian meminta makanan-makanan tersebut yang jelas
berkualitas lebih rendah, sedangkan kalian mengabaikan rezeki ini yang jelas
bermanfaat yang telah dipilihkan Allah bagi kalian? Pergilah dari daerah ini
menuju kota mana saja, maka kalian akan mendapatkan apa yang diinginkan
dengan jumlah banyak di kebun-kebun dan pasar-pasar.”
Maka ketika mereka
pergi, jelaslah bagi mereka bahwasanya mereka lebih mengutamakan keinginan
pribadi mereka - dalam setiap kesempatan mereka - daripada pilihan Allah, dan
lebih mementingkan pemenuhan syahwat mereka dibandingkan apa yang telah Allah
pilihkan bagi mereka.
Oleh karena itu
pastilah penghinaan dan kemiskinan jiwa melekat pada mereka. Mereka pun
berpencar dan pulang dengan mendapat amarah dari Allah, karena mereka berpaling
dari agama Allah dan juga karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah, membunuh
para nabi dengan sewenang-wenang dan permusuhan. Dan hal
tersebut diakibatkan oleh pelanggaran mereka dan tindakan mereka yang
melampaui batas terhadap aturan Tuhan mereka.
Tafsir
Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Dan ingatlah wahai para
keturunan Ya’qub ketika para pendahulu kalian enggan bersyukur, yaitu ketika
mereka tidak bersabar atas sedikitnya jenis kenikmatan yang turun kepada mereka
tanpa harus berlelah-lelah dan bersusah-payah, sehingga mereka meminta nabi
mereka, Musa, untuk berdo’a kepada Allah agar memberikan mereka rezeki yang
dihasilkan dari tanam-tanaman seperti sayuran, kacang-kacangan, mentimun,
gandum, adas, dan bawang.
Maka Musa merasa heran
terhadap mereka: “Mengapa kalian lebih memilih jenis-jenis makanan ini daripada
kenikmatan-kenikmatan yang dikaruniakan kepada kalian, padahal jenis-jenis
makanan yang kalian minta itu sangat banyak ditemui di setiap negeri, jika
kalian memasuki suatu negeri pertanian pasti kalian akan mendapati apa yang
kalian inginkan.”
Akibat kesombongan dan
keengganan mereka untuk bersyukur, mereka dibalas Allah dengan kehinaan,
kemiskinan, dan kemurkaan Allah, sebab mereka mendustakan ayat-ayat-Nya dan
membunuh para nabi tanpa alasan yang benar; hal ini karena mereka melanggar
perintah-perintah Allah dan menzalimi hak-hak orang lain.
Tafsir
Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Dan ingatlah ketika
kalian mengingkari nikmat Rabb kalian sehingga kalian bosan memakan makanan
yang telah Allah turunkan kepada kalian, yaitu al-manna dan as-salwa. Dan
kalian mengatakan, “Kami tidak tahan dengan satu jenis makanan saja dan tidak
berganti-ganti.”
Lalu kalian meminta
kepada Musa -'alaihissalām- agar memohon kepada Allah agar berkenan memberi
kalian sayur-mayur, mentimun, biji-bijian, kacang adas dan bawang merah.
Musa -'alaihissalām-
menjawab permintaan mereka dengan nada heran, “Kalian ingin mengganti al-manna
dan as-salwa yang lebih baik dan lebih mulia dengan apa yang kalian minta itu,
padahal itu lebih sedikit manfaatnya dan lebih rendah kualitasnya. Sementara
kalian bisa mendapatkan al-manna dan as-salwa tanpa harus bekerja keras dan bersusah
payah. keluarlah dari daerah ini ke desa manapun, niscaya kalian akan menemukan
apa yang kalian minta itu di ladang-ladang dan pasar-pasar.”
Dan karena mereka
senantiasa mengikuti hawa nafsu dan terus-menerus menolak apa yang Allah
pilihkan untuk mereka, akibatnya mereka harus menerima kehinaan, kemiskinan dan
kesengsaraan.
Mereka mendapatkan
murka dari Allah karena mereka berpaling dari agama-Nya, ingkar kepada
ayat-ayat-Nya, dan membunuh para nabi-Nya secara semena-mena. Semua itu terjadi
karena mereka durhaka kepada Allah dan melampaui batas-batas yang telah
ditetapkan-Nya.
Zubdatut
Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah
لَنْ نَصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ
Yakni mereka mengeluhkan
perubahan keadaan mereka yang menjadi penuh dengan kenikmatan, rejeki yang
baik, dan kehidupan yang nikmat, dan mereka merindukan keadaan mereka
sebelumnya yang keras karena mereka telah terbiasa dengan itu. Kemudian
merekapun berkata: kami tidak bisa bersabar dengan satu macam makanan saja (al-
mann dan as- salwa) karena setiap hari hanya memakan dua makanan itu sebab
tidak ada makanan lain yang bisa dibuat ganti.
تُنْبِتُ الْأَرْضُ
Yakni apa yang
ditumbuhkan bumi
مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا
وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا
(البقل) yakni semua
tumbuhan yang tidak mempunyai batang, seperti daun mint, seledri, bawang daun,
dan lain sebagainya. Sedangkan (الفوم) adalah bawang putih, dan pendapat lain
mengatakan gandum.
قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ
الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ
Yakni apakah kalian
menjadikan makanan-makanan ini sebagai ganti dari al- mann dan as- salwa yang
sebenarnya lebih enak dan lebih baik yang keduanya datang langsung dari Allah
tanpa perantara makhluk-Nya dan kehalalannya tidak diragukan dan juga mudah
didapat tanpa usaha yang melelahkan.
اهْبِطُوا مِصْرًا
Yakni mereka diizinkan
untuk memasuki kota. Namun pendapat lain mengatakan perintah ini untuk
menunjukkan kelemahan mereka.
فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ
Yakni kalian akan
mendapatkan sayuran, bawang putih dan yang lainnya di kota itu, akan tetapi
dengan diliputi rasa takut, kehinaan, dan pembunuhan.
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ
وَالْمَسْكَنَةُ
Diantaranya dengan
keharusan mereka membayar jizyah dan dengan terpencar-pencar ke pelosok bumi.
وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ
اللَّهِ
Yakni berhak
mendapatkan kemurkaan Allah
ذَٰلِكَ
Yakni kehinaan yang
telah disebutkan itu tidak lain adalah karena kekufuran mereka kepada Allah dan
pembunuhan mereka terhadap para nabi seperti nabi Zakaria dan Nabi Yahya;
mereka membunuh nabi-nabi itu padahal mereka mengetahui bahwa mereka menzalimi
para nabi tersebut. Mereka juga ingin membunuh nabi Isa, namun Allah
mengangkatnya ke langit dan menyelamatkannya dari makar mereka.
Tafsir
Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah
Ingatlah wahai kaum
Yahudi ketika leluhur kalian berkata: “Wahai Musa, kami tidak akan bisa sabar
memakan satu jenis makanan yaitu Al-Manna dan As-Salwa saja, karena keduanya
berulang-ulang (kami makan) setiap hari, maka memohonlah kepada Tuhanmu untuk
kami agar mengeluarkan dari tumbuhan bumi berupa sayur mayurnya, seperti
tumbuhan mint, seledri, mentimun, gandum atau bawang putih, kacang adas, dan bawang
merah yang paling baik.”
Lalu Musa berkata:
“Apakah kalian meminta sesuatu yang lebih rendah dan remeh untuk menggantikan
sesuatu yang lebih baik dan utama, yaitu Al-Manna dan As-Salwa yang keduanya
lebih nikmat dan sehat, dan berasal dari sisi Allah tanpa perantara siapapun?
Masuklah ke dalam daerah yang melimpah hasil pertaniannya. Di dalamnya terdapat
apa yang kalian kehendaki berupa sayur mayur, gandum, dan lain-lain. Kalian
akan berada dalam kerendahan, kefakiran, dan ketidakcukupan.”
Apabila sudah kaya,
mereka akan kembali menjadi orang-orang yang layak mendapat murka Allah. Semua
itu karena kekafiran mereka kepada Allah SWT dan pembunuhan mereka terhadap
para nabi dengan menganiaya dan memusuhi mereka, yang mana hal itu memang tidak
dibenarkan, seperti (pembunuhan) Nabi Syu’aib, Nabi Zakariyah, dan Nabi Yahya,
dan mereka mengetahui kezaliman mereka dengan membunuh para nabi.
Hukuman tersebut akibat
kemaksiatan mereka terhadap perintah-perintah Allah dan penyerangan mereka
terhadap nabi-nabiNya.
Tafsir
as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Maksudnya, dan ingatlah
kalian (wahai Bani Israil), ketika kamu berkata kepada nabi Musa tentang
perasaan bosan mereka terhadap nikmat-nikmat Allah dan penghinaan mereka
terhadapnya, “Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja,”
Maksudnya satu jenis
makanan saja walaupun sebenarnya seperti yang telah lewat bahwa makanannya
bermacam-macam namun tidak berubah,
“Sebab itu, mohonkanlah
untuk kami kepada Tuhan-mu , agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan bumi, berupa sayur-mayurnya,”
Maksudnya
tumbuh-tumbuhannya yang bukan pepohonan yang tegak di atas kakinya, “ketimunnya”
yaitu buah mentimun, “dan bawangnya” yaitu bawang, baik putih maupun merah,
yang telah diketahui.
Maka Musa berkata
kepada mereka, “Apakah kamu meminta yang rendah,” yaitu makanan yang
disebutkan, “sebagai pengganti yang lebih baik?,” yaitu Manna dan Salwa? Karena
yang ini tidaklah cocok dengan kalian, makana yang kalian minta itu terdapat
pada suatu kota yang kalian temui dan kalian dapatkan, adapun makanan yang
telah Allah anugerahkan kepada kalian merupakan sebaik-baik makanan dan
semulia-mulianya, maka bagaimana kalian bisa meminta penggantinya?
Dan ketika apa yang
terjadi pada mereka itu adalah sebuah isyarat terbesar tentang sedikitnya
kesabaran mereka dan penghinaan mereka terhadap perintah-perintah Allah dan
nikmat-nikmatNya, maka Allah membalas mereka sesuai dengan perbuatan mereka
seraya berfirman, ”Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista,” yang terlihat pada
tubuh-tubuh mereka, “dan kehinaan” pada hati mereka, hingga diri mereka tidak
lagi mulia dan tidak pula memiliki cita-cita yang tinggi, akan tetapi jiwa
mereka adalah jiwa yang terhina dan cita-cita mereka adalah cita-cita yang
paling buruk,
“serta mereka mendapat
kemurkaan dari Allah”, maksudnya, bukan hasil baik dan kemenangan yang mereka
bawa pulang, tetapi mereka pulang dengan mendapatkan kemurkaan Allah atas
mereka, maka sangat jeleklah hasil mereka itu, dan sangat jeleklah kondisi
mereka itu.
“Hal itu terjadi,”
maksudnya yang membuat murka Allah atas mereka adalah “karena mereka selau
mengingkari ayat-ayat Allah” yang menunjukkan kepada kebenaran dan yang
menjelaskannya kepada mereka, dan ketika mereka mengingkarinya, maka Allah
menghukum mereka dengan kemurkaanNya atas mereka,
Dan juga disebabkan
karena mereka “membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar).” firmanNya,
”tanpa hak (alasan yang benar)” merupakan tambahan celaan, dan bila tidak
demikian pun, maka sudah dimaklumi bahwa membunuh para nabi tidak akan terjadi
dengan suatu kebenaran, akan tetapi hal itu agar kebodohan dan ketidaktahuan
mereka tidak menduga-duga. “Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat
durhaka, ” dengan berbuat kemaksiatan kepada Allah,
“dan mereka melampaui
batas” terhadap hamba-hamba Allah, karena kemaksiatan itu sebagiannya akan
menarik sebagian yang lain, kelalaian dapat menimbulkan dosa kecil kemudian
tumbuh darinya dosa yang besar kemudian tumbuh lagi darinya berbagai macam
bid’ah, kekufuran dan lain-lainnya. Maka kita memohon kepada Allah keselamatan
dari setiap malapetaka.
Ketahuilah, bahwasanya
titah dalam ayat-ayat itu ditunjukkan kepada umat Bani Israil yang ada saat
turunnya al-Qur’an, dan perbuatan-perbuatan yang disebutkan diatas juga
dijelaskan kepada mereka karena ia adalah perbuatan-perbuatan para pendahulu
mereka, dan disandarkan kepada mereka juga, untuk faidah dan manfaatnya yang
beragam.
Di antaranya:
bahwasanya mereka meminta untuk dipiji dan di sucikan serta mengira bahwa
mereka lebih utama atas Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam dan
orang-orang yang beriman kepada beliau, kemudian Allah menjelaskan kepada
mereka tentang kondisi para pendahulu mereka yang telah jelas bagi mereka untuk
menjelaskan kepada setiap orang dari mereka bahwasanya mereka itu bukan
orang-orang yang sabar, tidak berakhlak mulia, dan tidak beramal saleh, maka
apabila para pendahulu mereka saja kondisinya seperti itu-padahal kesan yang
ada bahwa para pendahulu itu lebih utama dan lebih mulia kondisinya daripada
orang-orang yang setelah mereka- lalu bagaimanakah persepsi untuk Bani Israil
yang mana pesan ayat ini dialamatkan kepada mereka (sejak ayat ini turun hingga
sekarang)?
Di antara faidahnya ,
bahwasanya nikmat Allah atas orang-orang terdahulu di antara mereka adalah
nikmat yang berkesinambungan hingga generasi yang datang kemudian, nikmat atas
para orangtua adalah nikmat atas anak-anak, maka pesan ayat ini diarahkan kepada
mereka (yang hidup di zaman nabi hingga sekarang), karena hal itu adalah
nikmat-nikmat yang mencakup dan meliputi mereka juga.
Di antaranya adalah,
bahwasanya pesan ini untuk mereka dengan perbuatan-perbuatan selain mereka, di
mana hal ini menunjukkan bahwa suatu umat yang berkumpul dalam suatu agama akan
saling menanggung dan saling membantu dalam kemmaslahatan mereka semua, hingga
seolah-olah para pendahulu mereka dan orang-orang yang datang belakangan berada
dalam satu waktu, dan seolah-olah kejadian dari sebagian mereka itu adalah
kejadian dari semuanya; karena kebaikan yang dilakukan oleh sebagian mereka
akan kembali dengan semua kemaslahatan dan kejahatan yang di lakukan oleh
sebagian mereka akan kembali dengan semua kemudaratannya.
Dan di antaranya adalah,
bahwasanya perbuatan-perbuatan mereka kebanyakan tidak mereka ingkari, maka
orang yang ridha terhadap suatu kemaksiatan adalah penolong bagi pelaku
kemaksiatan itu, dan lain sebagainya dari hikmah-hikmah yang tidak kita ketahui
kecuali Allah saja (yang mengetahuinya).
Tafsir
Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim,
karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas
al-Qur'an Univ Islam Madinah
Allah berfirman:
"Dan ingatlah nikmatKu atas kalian ketika Aku menurunkan “manna” dan
“salwa” sebagai makanan yang baik, bermanfaat, menyenangkan, dan mudah. Namun,
kalian menyiksa diri sendiri dan merasa jenuh dengan apa yang Kami anugerahkan
kepada kalian dan meminta kepada nabi Musa untuk menggantinya dengan
makanan-makanan yang rendah seperti kacang-kacangan dan makanan lain yang
serupa
Hasan Al-Basri
mengatakan bahwa mereka tidak berterima kasih tersebut dan tidak tahan atas
nikmat itu. Mereka menginginkan kehidupan lama mereka. Mereka adalah kaum yang
memakan kacang adas, bawang-bawangan, dan kacang-kacangan, lalu mereka berkata
(Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab
itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari
apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
kacang adasnya, dan bawang merahnya) mereka berkata, (dengan satu macam makanan
saja) sedangkan mereka memakan “manna” dan “salwa”, karena makanan itu tidak
berubah atau berbeda setiap hari, karena itu merupakan satu jenis makanan.
Kacang-kacangan,
mentimun, kacang adas, dan bawang, semuanya telah dikenal.
Adapun mengenai
“Al-fum” terdapat perbedaan pendapat di antara ulama’ terdahulu mengenai
maknanya. Ibnu Mas'ud membacanya "wa tsumiha" menggunakan huruf
"Tsa’"
Dari Ibnu Abbas berkata
bahwa: "Al-Fum" adalah biji gandum.
Hasyim meriwayatkan
dari Yunus, dari Al-Hasan, dari Abu Malik, bahwa "Al-Fum" adalah biji
gandum.
Itu merupakan pendapat
dari Ikrimah, As-Suddi, Hasan Al-Basri, Qatadah, Abdullah bin Zaid bin Aslam,
dan lainnya. Hanya Allah yang lebih mengetahui.
Terkait firman Allah
SWT: (Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?) di
dalamnya terdapat sindiran dan teguran atas permintaan mereka untuk
makanan-makanan yang rendah, padahal mereka telah berada dalam kenikmatan hidup
dan makanan yang enak dan bermanfaat.
Firman Allah SWT
(Ihbithuu Mishran) Bacaan ayat ini ditulis dengan “alif” pada mushaf-mushaf
Utsmani, dan itu adalah bacaan mayoritas.
Ibnu Jarir
berkata:"Aku tidak mengikuti bacaan selain itu karena kesepakatan ddi
beberapa mushaf untuk bacaan tersebut"
Ibnu Abbas berkata:
(Pergilah kamu ke suatu kota) artinya ke salah satu kota. Hal serupa juga
diriwayatkan dari As-Suddi, Qatadah, Ar-Rabi' bin Anas, dan lainnya.
Maknanya adalah nabi
Musa AS berkata kepada mereka,"Yang kalian minta ini bukanlah suatu
perkara yang mulia. bahkan hal itu banyak, di setiap tempat yang kalian masuki,
kalian akan menemukannya, sehingga karena kerendahannya dan pasokannya yang
banyak di kota-kota itu tidak berguna untuk meminta hal itu kepada Allah.
Oleh karena itu, nabi
Musa AS berkata (Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh
apa yang kamu minta) maknanya yaitu apa yang kalian cari. Permintaan mereka ini
adalah tindakan tidak tahu terima kasih dan kejahatan, dan bukan hal yang
penting, sehingga permintaan mereka ini tidak dijawab. Hanya Allah yang lebih
mengetahui
Allah SWT berfirman:
(Lalu ditimpahkanlah kepada mereka kenistaan dan kehinaan) artinya: Dilimpahkan
atas mereka kenistaan dan menjadikan mereka tunduk secara hukum dan
ketentuanNya; maknanya yaitu mereka akan terus menerus merasa dihinakan. Siapa
saja yang mendapati mereka, akan merendahkan dan menghinakan mereka, serta akan
mengucilkan mereka. Bersamaan dengan itu, mereka merasa rendah diri dan
tertindas.
Dari Al-Hasan dan
Qatadah berkata tentang firman Allah SWT (Lalu ditimpahkanlah kepada mereka
kenistaan) maknanya yaitu mereka membayar jizyah sambil tertunduk karena mereka
adalah orang-orang yang dikucilkan"
Dan firman Allah SWT
(serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah)
Ar-Rabi' bin Anas
berkata: "Mereka mendapat murka dari Allah."
Said bin Jubair
berkata: (serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah),maksudnya: Mereka memicu
murka Allah"
Ibnu Jarir berkata
bahwa makna dari firmanNya: (serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah), yaitu
mereka kembali dan pulang. Dikatakan bahwa kata "Baa’a" itu
dihubungkan dengan kebaikan ataupun keburukan. Dikatakan (Baa’a Fulan bi
dzanbihi yabu’u bihi bau’an wa bawaa’an) “Fulan benar-benar kembali dengan
dosanya” Di antara contohnya adalah firman Allah SWT ("Sesungguhnya aku
ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri)
[Surah Al-Maidah: 29] yaitu kamu menanggung dosa keduanya dan kamu kembali
dengan membawwa keduanya dan keduanya menjadi milikmu bukan milikku.
Jadi makna dari ayat
tersebut adalah ketika mereka kembali dengan merasa menanggung kemurkaan Allah
yang atas mereka, maka sungguh serta kemurkaan Allah itu sudah menjadi milik
mereka.
Firman Allah SWT, (Hal
itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh
para Nabi yang memang tidak dibenarkan) maknanya yaitu,“inilah apa yang Kami
balaskan kepada mereka yang berupa penderitaan dan kehinaan serta kemurkaan
kepada mereka karena keengganan mereka untuk mengikuti kebenaran, keingkaran
mereka terhadap ayat-ayat Allah, dan merendahkan para pembawa ajaran agama
yaitu para nabi dan pengikut mereka. Mereka ingin membatasi para nabi sehingga
mengakibatkan mereka membunuhnya. Tidak ada dosa besar yang melebihi ini;
mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabiNya tanpa alasan yang
benar. Oleh karena itu, dalam hadits yang telah disepakati kebenarannya (Shahih
Bukhari-Muslim) Rasulullah SAW bersabda, “Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain”
Oleh karena itu, ketika
Bani Israil mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabiNya, Allah
memberi mereka azabNya yang tidak terhindarkan, serta merendahkan mereka di
dunia sampai di akhirat sebagai balasan yang setimpal.
Allah berfirman,
(Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui
batas) Inilah alasan lain mengapa mereka mendapat hukuman sesuai dengan
perbuatan yang mereka lakukan, karena mereka selalu melakukan maksiat dan
melampaui batas. Kemaksiatan adalah perbuatan yang dilarang dan melewati batas
adalah melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Allah. Hanya Allah yang lebih
mengetahui.
Referensi :
https://tafsirweb.com/370-surat-al-baqarah-ayat-61.html