------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 07 Desember 2023
Catatan
dari Pelatihan Produksi Konten Dakwah Digital Muhammadiyah (4-habis):
Muballigh
Perlu Menciptakan Personal Branding di Media Sosial
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Majelis Tabligh
Muhammadiyah Sulsel)
Dakwah melalui media
digital memiliki daya tarik tersendiri bagi generasi milenial dan Generasi Z (Gen
Z) yang menggunakan perangkat digital nyaris setiap hari. Keberadaan media
sosial seperti Instagram, Tiktok, YouTube, Twitter, Facebook, dan WhatsApp,
memungkinkan dakwah dari para muballigh untuk berinteraksi secara langsung
dengan mereka.
“Dalam konteks dakwah
digital, personal branding dari muballigh menjadi penting dikelola. Personal
branding adalah citra dan reputasi yang melekat pada seseorang di mata publik,”
tutur Fajar Junaedi, influencer media sosial dan dosen Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Hal itu ia sampaikan
saat tampil sebagai pemateri dalam Pelatihan Produksi Konten Dakwah Digital yang
diadakan Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Hotel Lynn, Jl
Jogokariyan, Yogyakarta, Jumat, 01 Desember 2023. Pelatihan itu berlangsung
tiga hari, mulai Jumat hingga Ahad, 1-3 Desember 2023.
Fajar mengatakan, personal
branding yang baik di media sosial mampu menunjukkan perbedaan karakter kita
dengan orang lain. Personal branding juga mampu membuat kita menjadi lebih
menarik dibandingkan yang lain.
“Untuk melakukan
personal branding, bisa dilakukan dengan melakukan pemetaan aset digital,
pemetaan segmentasi dan tergetting audiens, serta membangun
positioning.engagemen,” kata Fajar, dosen kelahiran Madiun, 20 Mei 1979, yang
sudah banyak menulis buku, termasuk buku tentang sepakbola.
Pemateri lain pada
pelatihan tersebut ialah Gibbran Prathisara. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas
Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, berbagi pengalaman sebagai seorang youtuber.
Gibran, sapaan akrab
Gibbran Prathisara, membawakan materi berjudul “Publikasi dan Youtuber
Analysitcs” dan menjadikan channel youtubenya, Burung Pakdhe, sebagai contoh
dalam mengelola channel youtube.
Dalam materinya, Gibran
mengemukakan sembilan (9) strategi penerapan youtuber SEO, yaitu pertama,
melakukan riset dan analisa keyword. Kedua, video kualitas yang baik dan
menarik, dengan merencanakan konten video dengan baik, mengandung pesan-pesan
positif, menyesuaikan dengan selera dan kebutuhan penonton.
“Ketiga, membuat
thumbnail yang menarik perhatian. Keempat, optimasi metadata dengan menyelipkan
keyword, optimasi deskripsi video, tag yang tepat, hastag yang sesuai,” tutur
Gibran.
Kelima, memanfaatkan
media digital lain dengan share atau membagikan ke media digital lain, serta
memanfaatkan komunitas/grup di media digital lain. Keenam konsisten upload
konten sesuai tema tertentu, ketujuh, berinteraksi dengan audiens.
“Kedelapan, memasukkan
subtitle video, serta kesembilan, melakukan analisis engagement dan page view
di media digital,” rinci Gibran yang alumni S1 Televisi Institut Seni
Indonesia, serta S2 Videografi Institut Seni Indonesia.
Ketua Bidang Sistem
Informasi Dakwah dan Digitalisasi Tabligh, Raden Muhammad Ali, juga tampil
membawakan materi tentang “Public Speaking.”
Dia mengatakan, para
muballigh, terutama muballigh muda, perlu belajar public speaking atau teknik berbicara di depan banyak orang, antara
lain mengenai perlunya mengenali audiens, penampilan saat tampil, olah vocal
suara, kalimat pembuka, kalimat penutup, serta retorika.
Membuat
Video TikTok
Materi lainnya yang diberikan
pada pelatihan yaitu “Manajemen Sosial Media” dibawakan Muhammad Najih
Farihanto, pengurus Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang
sehari-hari Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
Yogyakarta.
Najih yang di Instagram
dan di TikTok menggunakan nama najiholic, berbagi pengalaman bermain TikTok dan
mengajak peserta membuat video TikTok yang berisi materi dakwah gaya anak
milenial.
Pelatihan teknis pembuatan
konten dakwah sosial media.dipandu oleh Adi Safitra SIKom dan Adity Aziz SIKom,
keduanya dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Sebagian besar peserta
sudah terbiasa bermain TikTok, tapi beberapa peserta lainnya belum akrab dengan
TikTok bahkan ada peserta yang baru pertama kali membuat video TikTok, sehingga
suasana pembuatan video TikTok menjadi ramai dengan canda tawa.
“Produksi yang
terencana dan terkonsep dengan produksi yang memperhatikan kaidah sinematografi
menjadi kunci agar dakwah digital berhasil,” kata Najih yang aktif memproduksi
konten di platform TikTok.
Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta yang merupakan pengurus Majelis Tabligh Muhammadiyah se-Indonesia, serta sejumlah mahasiswa yang diikutkan dalam pelatihan tersebut, diharapkan secara aktif memproduksi konten dakwah digital di berbagai platform yang semuanya saling kolaborasi bersama Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.***
----
Artikel sebelumnya:
Generasi Muda Mencari Konten Dakwah yang Lebih dari Sekadar Hiburan
Diperlukan Gerakan Spiritual Baru Menghadapi Gen Z
Konten Dakwah Online Didominasi Kelompok Eksklusif