Tabayyun: Kematian Bulan Desember

TABAYYUN. Diksi spirit mengenai tabayyun juga bisa dipelajari dari kisah Nabi Sulaiman dan burung hud-hud. Ketika burung ini membawa kabar dari Saba’. Namun, anak Nabi Daud tak langsung menerima mentah-mentah tapi berkata, “...  akan Kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang berdusta.”


------

PEDOMAN KARYA

Kamis, 28 Desember 2023

 

Tabayyun: Kematian Bulan Desember

 

Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)

 

Meminjam pengertian kata di dalam kamus Arab (2019) mengenai kata Tabayyun, diksi ini berasal dari kata kerja lampau (fi’il madhi); tabayyana, yatabayyanu, tabayyunan yang berarti tampak, jelas, atau terang (Munawwir.1984).

Kejelasan yang tampak jelas itu penting melalui esensi dari proses menjadi perintah kata kerja tabayyun. Goresan ini, sebenarnya telah dibagi sejak 17 Februari 2019 di media online dan dicantumkan pada buku saya yang berjudul Mamonisme: Doridungga hingga BJ Habibie dalam Diksi Bermata Cinta.

Diksi spirit mengenai tabayyun juga bisa dipelajari dari kisah Nabi Sulaiman dan burung hud-hud. Ketika burung ini membawa kabar dari Saba’. Namun, anak Nabi Daud tak langsung menerima mentah-mentah tapi berkata, berdasarkan di dalam QS. An_Naml, ayat 27, yang artinya;

“...  akan Kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang berdusta.”

Kepada hewan sekali pun mesti menanamkan spirit klarifikasi, apalagi kepada manusia. Di dalam QS al Hujurat: 6, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang padamu, orang fasiq membawa kabar berita, maka bertabayyunlah (periksalah dengan teliti!) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Kisah menurut para ulama dan Quraish Shihab (2009) bahwa ayat tersebut, turun dalam rangka merespons peristiwa penugasan Rasulullah pada al-Walid untuk memungut zakat di kalangan Bani al-Musthalaq.

Ketika warga Bani al-Musthalaq mendengar kedatangan utusan Rasulullah, yakni al-Walid, mereka keluar dari perkampungan untuk menyambutnya sambil membawa sedekah mereka, namun al-Walid justru mengira mereka hendak menyerangnya.

Karena itu, spontan al-Walid kembali sambil melaporkan kepada Rasulullah bahwa Bani al-Musthalaq enggan membayar zakat dan bermaksud menyerang Rasulullah. Maka, Rasulullah marah dan mengutus Khalid Ibn Walid menyelidiki keadaan sebenarnya sambil berpesan agar tidak menyerang mereka sebelum pokok persoalannya jelas.

Peristiwa di dalam ayat di atas, adalah mengenai gejolak al-Walid yang datang membawa berita tidak valid dan buru-buru mengambil kesimpulan. Padahal, al-Walid merupakan panglima perang yang tangguh dan sahabat dekat Rasulullah SAW nan terpercaya!

Dengan demikian, tabayyun berfungsi sebagai pelurusan dan hanya terjadi jika datang orang fasiq dengan membawa berita.

Jadi, ayat tersebut memerintahkan kaum muslim untuk melakukan tabayyun atau memvalidasi sebuah berita atau informasi yang datang, sebelum menyimpulkan.

Selanjutnya, di dalam QS al Hujurat, ayat 12 Allah berpesan, yang artinya;

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang.”

Pesan utama dari ayat kedua adalah Allah melarang hamba-hamba-Nya berprasangka (zhann), dan mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus), dan menggunjing (ghibah). Karena keburukannya, perbuatan tersebut termasuk perbuatan dosa.

Sederhananya, Tabayyun merupakan kata perintah agar teliti dengan tajam betul dalam kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan dunia akhirat. Kemudian, berdasarkan itu baru dapat ditetapkan hukuman sebagai kesimpulan.

Termasuk, Tabayyun di dalam menentukan pilihan yang berkalam sehingga tidak karam, dan juga kelam. Dikarenakan membedah dan mengkonfirmasi gaya erosi ketidak-adilan menilai sesuatu tidak mendasar, baik secara politik belah bambu maupun hukum haqikat keilmuan sesungguhnya mesti ditabayyunkan.

 

Tabayyun Politik Belah Bambu

 

Tepatnya 21 Juli 2017, saya pernah menggores tentang,

Politik belah bambu; diidetikkan dengan cara membelah bambu, di mana bagian bambu yang satu diangkat dan lain diinjak.

Dalam logika revolusi mental politik yang dipertontonkan oleh para pemainnya, yakni biasanya berlaku ada yang memuji guna mempertahankan dan lain sisi ada yang diinjak-injak guna menghentikan gerakan lawannya.

Semua itu tidak lain, adalah untuk mempertahankan kekuasaan semata. Dengan gaya dan caranya masing-masing di setiap era kepemimpinan, termasuk hari ini yang mesti publik cermati dan lebih cerdas agar tidak terlalu ekstrim dan fanatik buta kepada calon tertentu sehingga tidak bertabayyun.

 

Sentimen Politik Identitas

 

Reingkarnasi goresan 20 November 2013 tentang topik Capres: Taktik Isu Bersentimen Agama.

Kemungkinan besar, penggunaan isu primordial, seperti sentimen etnis, budaya, dan agama untuk menaikkan power empati dan simpatik pada pecapres saat ini tidak akan berhasil. Sebab, rakyat Indonesia adalah pemilih yang telah rasional dan sangat cair, serta sudah kenyang dengan taktik senyap seperti ini.

Dari periode ke periode di setiap pergantian pemimpin dan penyelamatan jabatannya, mesti ada isu yang berdomain sentimen agama, kini dimunculkan dengan diksi baru politik identitas. Padahal diksi antara ekstrim sentimen agama dengan identitas itu juga sami mawon maknanya disusupi isu politik belah bambu penganut keagamaan.

Namun, semua Capres berpeluang menjadi sasaran pihak intelijen yang dikendalikan oleh pihak tertentu.disebabkan masing-masing Capres punya kelemahan. Walaupun, ada kadarnya berbeda sesuai tingkat kepentingannya, termasuk menusuk lawan dengan isu keagamaan yang dianutnya masih gamang. Inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk saling menyandera dan saling mencaci dengan gaya “kuda troyanya” masing-masing.

Mungkin, orang yang punya akses kekuasaan dan mau menyelamatkan borok kekuasaannya paling mudah tergoda melakukan ini.

Namun, jangan lupa penguasa asing sangat menginginkan lahan ini! Apalagi soal menggunakan taktik sentimen/identitas agama sangat menarik dengan mudah membakar emosi orang-orang kita, mesti juga tetap waspada rapatkan barisan, sehingga tidak mati suri dalam politik yang saling mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan.

Termasuk, dalam keyakinan keagamaan yang tidak mudah dipolitisasi dengan gaya kuda troya belah bambu ala jajahan menjelang kematian bulan Desember ini. Sekalipun, kematian bulan di setiap bulan berhingga bergantinya tahun pada bulan Desember hingga pukul 00:00 dengan kelahiran bulan Januari, sebagai pertanda saja. Semua esensinya sama juga mengenai hidup dan mati sebagai proses untuk lebih bertabayyun agar tidak menjadi logika rabun ayam biar siang hari.

 

Mati adalah Kehidupan

 

Jelang kematian bulan Desember dan juga kelahiran bulan Januari.

Pagi ini, hujan pun turun seakan berwasiat membasahi bumi, __ Jangan risau tentang rotasi kehidupan ini, memang selalu berganti. Ada yang pergi terkuburi dan juga ada yang tumbuh mekar mewangi.

Pergi untuk berpulang kembali dan juga tumbuh melambai, setelah itu berganti. Ada yang pergi juga ditumbuhi oleh yang lain lagi. Kematian juga kelahiran, adalah kehidupan__🤝

 

Wallahu a’lam

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama