------
PEDOMAN KARYA
Senin, 22 Januari 2024
Puisi Aspar Paturusi
LAUTAN MAUT
Ada bencana
ada gempa
ada badai
ada gelombang
ada mayat
ada tangis
ada banyak yang
hilang
ada banyak
reruntuhan
meruntuhkan
kehidupan
meruntuhkan hati
meruntuhkan
impian
meruntuhkan
beton masa depan
Jangan lagi
menangis
jangan biarkan
duka
merayap di
setiap rumah
di setiap kamar
di setiap
jendela
di setiap hati
di setiap
tatapan mata
di setiap
langkah
Hentikan segala
duka
walau pahitnya
amat kental
menyumbat dada
menghunjam hati
memartil kepala
duka kegelapan
duka Ketiadaan
duka kerinduan
duka cahaya
duka harapan
duka kehidupan
duka kematian
duka segala duka
terkubur dan
berserakan
di tumpukan
beton
di onggokan
lumpur
di onggokan
putus asa
di onggokan
airmata
di onggokan
puing-puing
Puing-puing
harapan
puing-puing
impian
puing-puing
senyum
puing-puing tawa
puing-puing
canda
puing-puing masa
depan
Semua tertelan
bumi
bumi menyiapkan
kubur-kubur
di seluruh
pelosok negeri
kubur-kubur masa
lalu
kubur-kubur masa
kini
kubur-kubur masa
depan
kuburan sejarah
kuburan
kemusnahan
kuburan
kehancuran
kuburan tak
terkubur lagi
hanyut oleh
badai gelombang
Gelombang
menggulung tanpa ampun
gelombang
menggulung cinta sesama
gelombang
menggulung tawa ria anak-anak
gelombang
menggulung semuanya
istri, suami,
anak, ayah, ibu
saudara,
sahabat, miskin atau kaya
Semua tergulung
hilang bersama
gelombang
semua menggulung
gelombang
ke dalam lautan
maut
lautan kematian
terhampar
sejauh-jauh pandang
sejauh
keputusasaan
sejauh ketiadaan
Jakarta,
2005/2009