------
PEDOMAN KARYA
Senin, 01 Januari 2024
Lima
Problema Mendasar Dunia
Oleh:
Shamsi Ali
(Diaspora Indonesia
& Imam di Kota New York)
Hari Jumat pekan keempat
bulan Desember 2023, saya mengisi khutbah Jumat bulanan saya di Gedung
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, USA. Khutbah di PBB New York adalah
salah satu jadwal permanen saya sejak tahun 1998. Selain dihadiri oleh para
pejabat, pegawai dan staf kantor PBB, juga pada umumnya diplomat negara-negara muslim
melaksanakan Jumatan di sana.
Sebagaimana biasanya,
saya memilih tema-tema yang berkaitan dengan isu-isu internasional atau current
issue yang berkaitan dengan dunia global. Kali ini saya memilih tema yang menggambarkan
keadaan dunia dan kehidupan manusia dalam setahun terakhir. Tema yang
menggambarkan berbagai permasalahan mendasar yang dihadapi oleh manusia saat
ini.
Tak disangkal lagi
bahwa manusia dengan segala kemajuan materialnya sedang menghadapi
permasalahan-permasalahan mendasar (foundational problems) yang sangat
menantang. Permasalahan-permasalahan itu tanpa disadari sesungguhnya justru
akar dari ragam permasalahan yang sekarang menjadikan kehidupan manusia berada
pada ambang kehancurannya (on the brink of destruction).
Dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh dunia dan kemanusiaan saat ini, menyadarkan kita tentang Islam yang kita yakini sebagai “al-hallu” (solusi) kehidupan. Bahwa Islam seharusnya tampil menjadi solusi dari ragam permasalahan itu. Karenanya, selain perlu memahami berbagai permasalahan hidup, seharusnya kita juga mampu menghadirkan Islam sebagai solusi.
Ada lima permasalahan
mendasar yang dihadapi oleh manusia saat ini. Pertama, manusia sedang mengalami
disorientasi kehidupan. Manusia hidup tanpa memahami arah kehidupan yang
sesungguhnya. Tidak tahu dari mana, untuk apa hadir di dunia ini, dan pada
akhirnya akan kemana. Hilangnya orientasi kehidupan ini menjadikan menusia
mengalami kelelahan dalam menjalani kehidupannya.
Di sinilah Islam hadir
membawa petunjuk kehidupan dengan orientasi kehidupan yang jelas dan pasti.
Disorientasi itulah yang dikenal dalam bahasa agama dengan “ad-dholalah”
(kesesatan). Sebaliknya orientasi kehidupan itulah yang kita kenal dengan
“hidayah” (petunjuk). Hidayah itulah yang terangkum secara rinci dalam dua
sumber utama ajaran Allah; Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kedua, manusia saat ini
sedang terjangkiti dua bentuk penyakit kronis yang sangat berbahaya. Kedua
penyakit itu telah diingatkan oleh Allah sejak pertama kali Adam diturunkan ke
atas bumi ini, “Jika suatu ketika datang dari Aku petunjukKu. Barangsiapa yang
mengikuti petunjukKu, maka tiada rasa takut bagi mereka dan tiada pula rasa
sedih.”
Dua penyakit kronis ini,
“ketakutan dan kesedihan”, menjadi penyebab berbagai penyakit yang manusia
rasakan saat ini. Hal itu karena hidup manusia memang ada di antara dua zona
waktu. Dan jika dua zona itu tidak disikapi dengan “akidah” yang benar, akan
melahirkan dua penyakit itu. Hari kemarin akan melahirkan rasa sedih karena
tidak sesuai ekspektasi, sementara hari esok akan melahirkan ketakutan karena memang
tidak ada kepastian.
Maka Islam hadir dengan
solusi. Tengoklah hari kemarin dengan rasa syukur. Seraya pandang hari esok
dengan keyakinan dan tawakkal. Yakin bahwa segala hal ada dalam genggaman
Allah, seraya sepenuh hati menggantung harapan pada Yang Memilki langit dan
bumi.
Ketiga, manusia
mengalami “pembelahan” yang dalam (deep division). Pembelahan manusia ini bisa
dalam banyak hal. Salah satunya yang paling kronis saat ini adalah pembelahan
manusia dalam ras kemanusiaan (human race).
Ada rasa arogansi ras
yang disebut rasisme dan perasaan superioritas karena warna kulit (white
supremacy). Sejarah koloanisasi negara-negara Afrika dan Asia juga tidak bisa
dipisahkan dari adanya rasa superioritas bangsa-bangsa Eropa.
Di sinilah Islam hadir
sejak awal menawarkan “kesatuan dalam keragaman” manusia. Bahwa manusia itu
memang secara alami beragam. Tapi pada saat yang sama mengajarkan “kesatuan
keluarga Universal” (Universal human family).
Sebagaimana difirmankan
Allah: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang lelaki
dan seorang perempuan, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
untuk saling mengenal. Sesungguhnya yang termulia di antara kalian di sisi
Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS 49 / Al-Hujurat, ayat 13). Rasulullah
SAW kemudian menegaskan: “Ayah kalian itu satu. Semua kalian dari Adam dan Adam
itu tercipta dari tanah.”
Keempat, manusia sedang
mengalami krisis moral, bahkan berada di ambang kehancuran moralitasnya.
Moralitas itu adalah batas pembeda antara apa yang baik dan buruk. Dengan
moralitas manusia membedakan dirinya dari makhluk Allah yang lain.
Ketika manusia
kehilangan pegangan moralitas, maka mereka akan cenderung berperilaku hewani,
bahkan lebih buruk dari hewan (ulaaik kal-an’ami bal hum adhollu). Apa yang
kita saksikan saat ini adalah perilaku sosial manusia di mana moralitàs tidak
lagi jadi tolok ukur. Ukuran kebaikan atau kejahatan ada pada hawa nafsu dan
egoisme manusia.
Ketika tatanan
moralitas hancur, maka sesungguhnya kemanusiaan itu mengalami kehancuran.
Sekuat apapun sebuah bangsa secara ekonomi, politik dan militer, jika moralitas
telah hancur, maka bangsa itu adalah bangsa yang sejatinya mengalami
kehancuran. Segala fenomena menunjukkan bahwa manusia berada di ambang
kehancuran itu.
Di sinilah Islam hadir
membawa nilai-nilai moralitas yang solid. Nilai-nilai moralitas itulah menjadi
ukuran “kebaikan dan keburukan”. Dan ditentukan oleh “pembeda kebenaran dan
kebatilan (Al-Furqan).
Kelima, manusia
mengalami gagal kontrol terhadap tendensi egoistik dan kerakusan. Berbagai
kerusakan, termasuk peperangan dan pengrusakan lingkungan hidup sesungguhnya
disebabkan oleh ego dan kerakusan yang tak terkontrol itu.
Di sinilah Allah
memberikan peringatan keras dan tegas di Surah An-Nazi’at: “Dan ingat ketika ketukan
besar itu telah tiba. Di kala itulah manusia akan ingat apa yang telah
diperbuatnya. Maka barangsiapa yang melampaui batas dan lebih mementingkan
kehidupan dunia, maka nerakalah tempat kembalinya. Tapi barangsiapa yang takut
kepada kebesaran Tuhan-nya dan menahan hawa nafsunya, maka surga adalah tempat
kembalinya.”
Berbagai “jahim” (penderitaan)
yang dialami oleh manusia saat ini disebabkan oleh kegagalan manusia dalam
mengontrol ego dan hawa nafsu. Termasuk di dalamnya kerakusan duniawi (aatsaral
hayaata ad-adun ya). Akibatnya bukan lagi halal-haram atau benar-salah yang
menjadi pertimbangan. Tapi apa yang dikehendaki oleh ego dan hawa nafsunya.
Itulah lima
permasalahan mendasar yang sedang menimpa dunia dan kemanusiaan kita saat ini.
Harapannya Islam akan hadir menjadi “salvation” (keselamatan) bagi manusia dari
kehancurannya. Islam harus kembali hadir sebagai solusi, sebagaimana kehadiran
Islam sebagai penyelamat kehidupan di saat Rasulullah SAW hadir pertama kali.
Insya Allah!
Jamaica Hills, 31
Desember 2023