------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 03 Januari 2024
Sepuluh
Prinsip Kepemimpinan Efektif
Oleh:
Shamsi Ali
(Presiden Nusantara
Foundation & Imam di New York, AS)
Bulan Agustus tahun
2023, saya diundang jadi pembicara dalam konvensi pertama perang melawan
Islamophobia di kota Missouri, Amerika Serikat. Pertemuan tahunan ini dihadiri
oleh tokoh-tokoh Islam baik dari ISNA, CAIR, ICNA, dan lain-lain.
Yang ingin saya
tuliskan kali ini adalah sebuah makalah yang baca di majalah AA (American
Airlines) yang tersimpan di counter bandara. Saya memang selalu mencari bacaan
ringan ketika dalam perjalanan. Baik itu dari majalah-majalah gratis atau
sekalian membeli buku di toko buku bandara. Seringkali buku-buku yang baru
terbit lebih duluan terpajang di bandara-bandara sebagai promosi.
Yang menarik perhatian
saya di majalah AA tadi adalah sebuah tulisan yang berjudul “10 prinsip
kepemimpinan yang efektif” (10 principles of an effective leadership). Tentu
saja saya baca secara saksama, bahkan sengaja membawa majalah gratis itu pulang
ke rumah. Apalagi saat itu angin-angin Pilpres, baik di US maupun Indonesia,
mulai terasa.
Saya menyempatkan diri
mencatat sepuluh prinsip-prinsip dasar kepemimpinan itu dan tidak lupa
memberikan catatan-catatan tentang kepemimpinan dalam perspektif Islam.
Sebagaimana kita pahami bahwa kepemimpinan (imamah) menjadi salah satu tema
penting, baik dalam Al-Qur’an maupun hadits-hadits Rasulullah SAW.
Kesepuluh prinsip
kepemimpinan efektif yang disampaikan di majalah tersebut adalah (1)
berkarakter kejujuran yang tinggi (honesty), (2) memiliki kemampuan
mendelegasikan (ability to delegate), (3) memiliki kemampuan komunikasi yang
mumpuni (communication skill).
(4) Memiliki rasa humor
(sense of humor), (5) memiliki percaya diri (self esteem), (6) memiliki
komitmen yang solid (solid commitment), (7) memiliki karakter positif (positive
attitude), (8) memiliki daya kreativitas yang inovatif (innovative creativity),
(9) mampu menginspirasi (ability to inspire), dan (10) memiliki intuisi yang
kuat (intuition).
Saya tidak bermaksud
merincikan satu per satu dari prinsip kepemimpinan efektif di atas. Karena
kesepuluh prinsip ini terangkum dalam prinsip kepemimpinan Rasulullah; shiddiq,
amanah, tabligh, dan fathonah.
Yang ingin saya coba lakukan mengaitkan prinsip-prinsip tersebut dengan tiga prinsip dasar kepemimpinan yang tersimpulkan dalam Al-Qur’an di surah As-Sajadah ayat 24:
Ayat ini menyampaikan
tiga prinsip dasar kepemimpinan dalam pandangan Islam. Pertama, yahduuna bi'amrina; memberikan
petunjuk dengan perintah Kami (Allah).
Makna dari potongan ayat ini adalah bahwa dalam konteks negara yang beragama (ke-Tuhan-an), pemimpin ideal itu adalah yang paham petunjuk Allah, sehingga mampu memberikan petunjuk sesuai perintah Allah SWT. Memberikan petunjuk itu dimaknai sebagai “mengeluarkan kebijakan-kebijakan umum yang sejalan dengan perintah/ajaran Allah SWT.”
Dengan sendirinya
ketika pemimpin itu tidak paham ajaran Allah, atau tidak peduli dengan
ajaranNya, tentunya sangat tidak sesuai dengan prinsip kepemimpinan dalam
Islam. Lebih runyam lagi kalau memang seorang pemimpin itu adalah seseorang
yang tidak peduli, apalagi memang phobia dengan ajaran Allah SWT. Pastinya akan
melahirkan kebijakan-kebijakan yang bertentangan bahkan merusak ajara agamaNya.
Kedua, lammaa shabaru; seraya bersabar.
Potongan ayat ini menegaskan bahwa pemimpin itu harus memiliki kesabaran yang tinggi. Dalam menjalankan amanah kepemimpinannya, seorang pemimpin akan berada di antara dua kemungkinan. Tertantang atau tergoda. Dan keduanya memerlukan kesabaran besar.Sabar itu adalah “a
state of mentality” (keadaan mental) yang membaja di hadapan tantangan dan/atau
sebaliknya godaan. Pemimpin yang sabar tidak mudah patah semangat karena
tantangan yang ada. Tidak mudah emosi atau marah karena kritikan. Tapi juga
tidak mudah terjatuh ke dalam jebakan godaan-godaan yang ada.
Ketiga, wakaanuu bi'aayaatinaa yuuqinuun; dan mereka yakin dengan ayatKu / tanda-tanda kekuasanKu.
Keyakinan itu menghasilkan ketetapan dan soliditas hati. Kekuatan hati itulah yang melahirkan “self confidence” atau “self esteem” (percaya diri) yang tinggi.Pemimpin akan
menghadapi ujian ragam permasalahan, baik dalam negeri maupun di dunia luar. Di
sinilah seorang pemimpin harus memiliki ketetapan hati (keyakinan) untuk
mengambil keputusan terhadap permasalahan-permasalahan yang ada. Jika tidak, maka
yang terjadi adalah ketidakpastian dalam urusan-urusan penting kepemimpinan
itu.
Pemimpin yang memiliki
keyakinan juga adalah pemimpin yang tidak mudah diintimidasi oleh siapapun dan
oleh keadaan apapun. Kita sadar bahwa persaingan global sangat deras. Kerap
kali yang kuat semena-mena menekan dan mengintimidasi yang dianggap lemah. Di
sinilah seorang pemimpin yang punya “keyakinan” (self esteem) akan tegar
menghadapi semua tekanan.
Sebaliknya dengan
keyakinan itu pula, dia tidak akan mengintimidasi siapapun, bahkan yang
mengeritiknya. Lawan politik sekalipun justru akan dianggap partner, setajam
apapun perbedaan yang ada. Wewenang yang dimilikinya bukan kekuasaan yang
menjadi jalan kesemena-menaan, baik secara halus apalagi kasar.
Merujuk kepada sepuluh
prinsip kepemimpin efektif ini, yang tersimpulkan secara gamblang dalam ayat
Al-Qur’an ini, tentu implikasi teknis dan praktisnya ada pada wawasan yang luas
(broaden mindset), integritas yang tinggi (punya karakter dan etika), serta
kapasitas yang mumpuni, termasuk inovatif, kreatif, serta memiliki kemampuan
komunikasi yang tinggi.
Di tengah memanasnya
temperatur politik saat ini, diperlukan kemampuan untuk melakukan rasionalisasi
pilihan, berpikir matang, jauh dari tendensi kepentingan sempit dan sesaat. Dan
yang terpenting tentunya “istafti qalbak” (tanya hatimu). Karena hati nurani
takkan bisa dibohongi.
NYC Subway, 02
Desember 2024