Candid dalam Langkah

CANDID. Istilah candid dikenal dalam bidang fotografi menjadi bahasa gaul yang sering digunakan oleh anak muda-mudi milenial. Candid merupakan gaya berfoto seseorang yang seolah-olah__ tidak menyadari keberadaan kamera atau dipotretin. Termasuk, diksi candid sepakat doang pada japretan debat Capres.

 

------

PEDOMAN KARYA

Senin, 05 Februari 2024

 

Candid dalam Langkah

 

Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)

 

Istilah candid dikenal dalam bidang fotografi menjadi bahasa gaul yang sering digunakan oleh anak muda-mudi milenial. Candid merupakan gaya berfoto seseorang yang seolah-olah__ tidak menyadari keberadaan kamera atau dipotretin. Termasuk, diksi candid sepakat doang pada japretan debat Capres.

Saat menghadiri sidang terbuka promosi Dr. Kamaruddin Moha, di kampus Unismuh Makassar, tanggal 03 Februari 2024. Di samping, ada janji dengan mahasiswa guna memberikan hasil koreksian artikel untuk jurnalnya.

Pada saat ujian promosi doktor tersebut, saya bertemu dengan teman_teman lama yang telah sukses jadi pejabat, baik di kampus maupun di pemerintahan. Di sini, saya akan cantum namanya yang sempat mengajak diskusi singkat mengenai budaya program kerja di organisasi digelutinnya masing -masing, di antaranya Dr. Ida Azis, dkk., dan Ardi Nusu, S,. Pd, M.Pd.(sudah hampir lama tak bersua karena kesibukan dinasnya).

Selanjutnya, setelah ujian promosi tersebut, kami lanjut bertemu di Cafe Coffee terdekat, dan insya Allah membuahkan hasil mencerahkan. Bahkan, tak saya menduga ada yang memotret saat ngobrol santai di cafe, kurang lebih dua jam setelah pisah dari pertemuan tersebut, ada japri dari Mba Ida Azis nengirim potret saya lagi berbicara.

Memang Mba Ida dan teman yang lain, mungkin masih mengenang di masa aktivis, kalau saya tak tertarik aktion untuk dipotret langsung, tetapi mesti dicandid/diambil tanpa disadarinya. Ketika, muncul fotografer ini, maka lahirlah goresan ringkas sore hari, yakni tentang cerminan dan melangkah, berikut ini.

 

CERMINAN

 

Tidak perlu menipu diri__mesti jujur dari nurani dan tampil apa adanya. Tiadakan jadi beban kehidupan, sekalipun dalam senyuman bersalaman.

Minimal mengabdi sebagai hamba Tuhan, selalu mengedepankan nilai keyakinan menjadi komitmen dalam bercermin.

Cerminan tuk melangkah, sekalipun mungkin saja tampak potretin,_terkesan agak langka. Mungkin juga tak laku untuk menjadi iklan iritasi bagi merasa kepanasan dalam debu melenggongkan langkah_

 

MELANGKAHLAH

 

Melangkah otomatis bergantian kaki kanan dan kiri, __balita pun memahaminya tanpa perlu diajarin dengan aksara kebeletan.

Tetapi, kandungan filosofis akan diksinya melangkah mesti dimaknai, sesungguhnya, rotasi kehidupan akan selalu terjadi dan terus berganti selangkah di dalam kefanaannya__

Esensi kaki kanan boleh saja, sekarang di depan atau sebaliknya, kemudian kaki kiri di belakang atau sebaliknya_Dan bergitu di dalam melangkah mesti bergantian_ terkecuali kalau terjadi kelumpuhan tidak bisa melangkah, itu soal lain lagi___

Di situ, letak arus saraf pikiran yang diwaraskan jadi perenungan, sehingga logika dapat siuman dari keburaman rongsongan arogansi keiblisan membara dipertuankan !

Tidak terkecuali, pada durasi kedudukan atau kebahenolan jabatan kefanaan dunia ini__berhingga mautan bersalaman tanah kuburan.

Untuk itu, janganlah sombong dan lupa diri bah diingatkan oleh Tuhan, dalam QS. Isra: 37__yang artinya;

Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.__

Soal gunung ganang dan rerumputan hijau masih bertaburan dimana-mana, boleh jadi memang menjadi saksi__ tidak perlu sewotan untuk saling menghadang gaya cacing kepanasan_dan kasihan akibatnya akan ditinggal pergi menjadi kutukan membuahin asfala saafilin_ mungkin itu, semestinya tidak diharapkan Tuhan.

 

DEBAT SEPAKAT DOANG

 

Bersainglah dengan sehat bukan dengan cara yang sesat__apalagi kesesatan yang sangat dibenci oleh Tuhan. Bila meyakini akan ketauhidan ber-Tuhan, tetapi kalau tidak jua, maka terserah padamu.

Tak perlu berhenti, terus lakukan saja hingga bisa memastikan akan maut kematian agar segera tiba dengan tanda tanpa diduga duga. Sekalipun, diksi diduga tersebut, tidak semestinya dimaknai dengan candid untuk dicocokologi karena ambigutas akut, lalu takut berbeda dalam berdebat.

Esensi berdebat memang dibedah untuk berbeda guna mencairin logika jadi solusi bagi bangsa ke depan hingga dipilih jadi Presiden___bukan vokal genre paduan suara.

Suarakan dan budayakan untuk berbeda menjadi solusi pilihan terbaik di dalam berlogika tinggi. Termasuk, dalam debat Paslon Capres, maka kita pilih karena ada perbedaan di antaranya. Bukan atas kesamaan instrumen dari asumsi melodi tembangnya_ ternyata hanya membudayakan diksi untuk saling sepakat doang,__bukan juga gaya candid sebagai kandidat Paslon dinantikan kehadirannya. Wallohu alam

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama