SEJARAH mencatat namaku Jiwo / penguasa dhalim yang santun / Fir'aun gaya baru / beribu umpatan dan makian / bagiku bagai debu di atas batu / terbang bersama angin tanpa bekas |
-------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 08 Februari 2024
Puisi Puisi Agussalim Muluk
CATATAN BAGI SANG PENGUASA
Sejarah mencatat
namaku Jiwo
penguasa dhalim
yang santun
Fir'aun gaya
baru
beribu umpatan
dan makian
bagiku bagai
debu di atas batu
terbang bersama
angin tanpa bekas
jerit pilu
bangsaku
kunikmati bagai
simfoni
yang mengalun
merdu
akulah sang
penguasa
yang kalian
bilang
bajingan tolol
dan dungu
sepak terjangku
tak terbendung
bagai roda waktu
yang terus menggelinding
dua periode
berkuasa tidaklah cukup maka kuingin seribu periode
untuk menyihir
bangsa ini biar jadi negeri kayangan yang tak terlacak dalam sejarah
para wakil
rakyat
kubungkam hanya
dengan kerlingan mata
hingga diam
seribu bahasa tanpa ada perlawanan
maka kuretas
undang-undang konstitusi
kulumat lalu
kususun kembali menurut seleraku
semua atas nama
rezim yang kubangun
untuk anak
cucuku
tembok demokrasi
kurobohkan dengan
palu godamku
hingga jadi puing
yang berserakan
taring-taring
penegak keadilan
kucabut satu per
satu
agar tak dapat
melukaiku
maka hari
ini....
adakah yang lebih
hebat dan lebih sakti dariku?
tidak....
kalian para elit
politik
sudah terpasung,
tersandera dalam ketiakku hingga
tak mampu
menentang
keinginanku
hari berganti
bulan
bulan berganti
tahun
di tengah
atmosfir politik
yang semakin
panas
di atas puncak
gelombang kekuasaan
jiwaku terasa
seperti asap terbang tinggi
ke angkasa
tinggi dan
semakin tinggi
entah dimana
aku seakan tak
lagi mengenal diriku
maka di
persimpangan
yang sunyi sepi
ini
kuputuskan tuk
berhenti
melangkah
pandanganku
terhalang
oleh kabut
kebimbangan
makin tebal
hitam
bergulung-gulung
cemas resah dan
gelisah
hidup terasa
gamang dan menyiksa
akibat torehan
tanganku
tentang sejarah
hitam
yang kian
memenjara
sesaat merenung
pikiran
menerawang
tanpa arah
mencari jawab
dari sebuah
pertanyaan
kemana diriku
yang dahulu
Jiwo yang penuh
sanjungan dan
pujian
Jiwo yang tak
bisa
melihat jerit
tangis dan penderitaan
Jiwo yang
dicintai semua orang...kemana...
dan kemana kaki
ini
harus melangkah
diriku
sepertinya tak
lagi punya jiwa
semua jadi gelap
di puncak
kekuasaan
seketika
kuterhentak
berharap semua
ini hanyalah mimpi
lalu kuhela
nafas panjang
menerawang jauh
dengan tatapan
kosong tanpa batas
masihkah di sana
ada secercah harapan
untuk ampunanMu
Ya Rabb...
Tinambung, 02 Februari 2024