-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 15 Februari 2024
Nilai itu Ada pada Prosesnya
Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi
(Diaspora Indonesia &
Imam di Kota New York)
Seringkali ada di antara
kita yang salah kaprah. Memahami bahkan meyakini seolah nilai dari sebuah
perjuangan ada pada bentuk akhir dunianya. Dan akhir duniawi itu juga pada
umumnya dipahami berdasarkan “mindset” (pandangan) manusiawi yang relatif dan
terbatas.
Sekiranya saja kita
kembali melihat-lihat dasar agama (Al-Qur’an
dan Al-Hadits) dan basis keimanan kita, pastinya akan dipahami bahwa nilai dari
sebuah sebuah perjuangan bukan pada akhir duniawi yang kita inginkan.
Keinginan kita itu penuh
relativitas dan pastinya
dibatasi oleh batasan-batasan manusiawi. Boleh jadi ada keinginan yang
sesungguhnya justru tidak baik bagi kita. Dan boleh jadi ada yang kita tidak
inginkan “dan Allah jadikan padanya kebaikan yang banyak”. Terkadang kebaikan
itu didatang melalui ujian dan cobaan.
Keinginan kita untuk
melihat hasil akhir dari sebuah perjalanan ikhtiar itu sifatnya manusiawi. Tapi
hasil akhir dari jalan juang itu sifatnya Keputusan Samawi (Divinely decreed).
Karenanya,
tanggung jawab kita adalah memastikan sisi-sisi manusia itu. Dan tidak perlu,
bahkan kita tidak punya hak untuk mengintervensi bentuk akhir dari ikhtiar itu.
Oleh karena tanggung
jawab kita ada pada aspek ikhtiar dan proses, maka itulah yang harus kita pastikan jika
semua dilalui dengan cara-cara yang dapat dipertanggung-jawabkan. Tentu dengan mengingat dan sadar
bahwa proses-proses itulah yang akan menjadi pertanggung-jawaban, baik di dunia mau di akhirat
kelak. “Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan…atau… keburukan” sekecil
apapun itu akan dilihat (dinilai dan dipertanggung-jawabkan).
Jika pemahaman di atas
kita tarik ke dalam konteks Pilpres
kali ini maka pastinya kita paham. Ketika para pendukung all out
melakukan dukungannya itu sangat wajar. Secara Islam pun demikian. Kita yang beriman
diperintahkan untuk berikhtiar yang terbaik.
“Dan bekerjalah. Maka
Allah akan melihat amalmu, RasulNya dan orang-orang beriman”. Bahkan kita
diperintahkan untuk berbuat dengan sepenuh hati: “Sesungguhnya Allah mencintai ketika dia
melakukan sesuatu, dia lakukan dengan itqan (sepenuh hati.”
Tapi jangan lupa, dia di
seberang sana (Iblis) juga melakukan dengan semangat yang sama, bahkan lebih.
Iblis akan menggoda dan menyesatkan manusia tanpa batas waktu dan ruang: “dari
depan, belakang, kiri dan kanan, atas dan bawah”. Bahkan meminta agar dia
melakukan itu hingga akhir zaman: “hingga hari mereka dibangkitkan.”
Sadar dengan realita
pertanggung-jawaban
akan proses dan ikhtiar ini menjadikan kita harusnya memastikan jika ikhtiar
dan proses itu benar dan baik. Bahwa ikhtiar dan proses yang kita lakukan itu
jauh dari berbagai manipulasi, pelanggaran
hukum, dan etika. Proses
dan ikhtiar kita lalui dengan cara-cara yang baik dan benar, sesuai aturan,
moral, dan standar etika yang ada.
Dalam konteks Pilpres kali ini, sekali lagi saya
tekankan, bahwa kekuasaan memang hasil akhir duniawi dari perjuangan itu. Tapi
saya pastikan lagi bahwa kekuasaan itu diberikan oleh Dia Yang memiliki
kekuasaan di langit dan di bumi: “Katakan: Wahai Tuhan Yang memiliki kekuasaan.
Engkau berikan kekuasaan itu kepada siapa yang Engkau kehendaki. Dan Engkau
cabut Kekuasaan itu dari siapa yang Engkau kehendaki.”
Kekuasaan itu pernah
diberikan kepada Fir’aun, ‘Aad, Namrud, Tsamud, serta Abu Jahal, dan Abu Lahab. Tapi kekuasaan
juga pernah diberikan kepada Daud, Sulaiman,
Dzulqarnain, dan juga kepada Rasulullah SAW. Kekuasaan diberikan untuk tujuan
dan hikmah yang Allah kehendaki dan ketahui.
Yang harus kita pastikan
sebagai umat dan rakyat yang berakal sehat dan berhati bersih adalah melakukan
semua ikhtiar dan usaha yang memungkinkan “with all hearts and minds” (dengan
segala daya) dengan benar dan jujur, sehingga
kekuasaan dapat diberikan kepada orang-orang yang baik. Kita harus ingat: “it’s
enough for evil to thrive when the good people say or do nothing” (cukuplah
bagi kejahatan menang ketika orang-orang baik diam atau tidak melakukan
apa-apa).
Jangan biarkan orang baik
berjuang sendirian. Besok bangsa Indonesia akan menentukan pilihannya.
Pastikan, gunakan akal sehat dan hati nurani untuk menentukan mana pilihan
terbaik bagi bangsa dan negara tercinta!
Aminkan hingga menang.
Salam perubahan dari Kota New York!
NYC Subway, 13 Februari 2024