------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 01 Maret 2024
Berinfaq dengan Sembunyi-sembunyi
atau pun Terang-terangan
Oleh: Abdul Rakhim Nanda
(Sekretaris Muhammadiyah Sulsel / Wakil Rektor 1
Unismuh Makassar)
Qul li ‘ibâdiyalladzîna âmanû yuqîmush
shalâta wa yunfiqû min mâ razaqnâhum sirran wa ‘alâ niyatan min qabli an
ya’tiya yaumun lâ bay’un fîhi wa lâ khilâl.
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang
telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menginfaqkan sebagian
rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi ataupun
terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual
beli dan persahabatan (QS Ibrahim/14: 31).
Quaish Shihab menguraikan bahwa: “Kata ‘ibâd
adalah bentuk jamak dari kata ‘abd/hamba. Ada dua bentuk jamak dari kata
--‘abdun—ini. Pertama ‘abîd yang biasa digunakan al-Qur’an untuk
menunjuk hamba-hamba Allah yang bergelimang dalam dosa tanpa menyadari dan
–tidak- mau bertaubat, sedang bentuk kedua adalah yang digunakan –dalam—ayat
ini yaitu ‘ibâd yang digunakan al-Qur’an menunjuk hamba-hamba Allah yang
taat kepadaNya, atau kalaupun dia berdosa namun menyadari dosanya dan
menyesalinya.”
Oleh karenanya “gelar” ‘ibad yang disandangkan kepada orang yang beriman pada awal ayat ini, maka hendaknya dijaga kadarnya dengan cara menjaga kuntinyuitas atau kesinambungan serta mutu atau kualitas shalatnya dan infaqnya.
Inilah makna dari firman Allah: “Katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku yang telah ber-iman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat,
menginfaq-kan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka…,” yakni Allah
swt berpesan kepada nabi Muhammad saw supaya menyampaiakn kepada hamba-Nya yang
sudah melekat iman di dadanya, agar istiqamah atau konsisten menjalankan dan
menjaga kualitas perintah shalat dan infaq ini sebagai bukti kemimanan itu.
Ya, buktikan keimanan kita dengan terus mening-katkan pengabdian dan kedermawanan kita. Lakukanlah itu baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan keduanya baik sepanjang tetap dilandasi keikhlashan kepada Allah.
Berinfaq secara terang-terangan itu akan sangat baik terutama infaq untuk kemaslahatan umum karena –setidaknya- akan saling memotivasi di antara orang-orang beriman sekaligus persaksian kepada khalayak umum sehingga ada transparansinya.
Sedang berinfaq secara sembunyi-sembunyi juga akan sangat baik, terutama sekali bila infaqk itu diberikan kepada orang-orang fakir sehingga terjaga dari nilai riya dan menjaga kemuliyaan si penerima infaq itu.
Inilah
yang dapat difahami dari firman Allah swt: “Jika kamu menam-pakkan
sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali, dan jika kamu menyembunyikannya dan
kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik
bagimu, dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu;
dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ya ‘ibad, wahai hamba pilihan Allah! Lakonilah totalitas pengabdian –shalat dan berinfaq- itu saat-saat sekarang ini selagi kesempatan itu masih ada dalam genggaman kita. Lakukanlah “sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.”
Lakukanlah sebagai bukti keimanan kita kepada Allah sebelum terjadi penyesalan atas kelalaian yang berakibat tidak adanya manfaat dari rezeki kita yang dapat kita nikmati di hari kemudian kelak.
Ingatlah
kembali firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman, belanja-kanlah (di
jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi
syafa'at, dan orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim.”
Ayat 31 surah Ibrahim ini membangun kesadaran bagi kita tentang tiga hal. Pertama tentang pentingnya keimanan terhadap negeri akhirat yang kekal abadi, negeri tujuan akhir diama di sanalah kita butuhkan kehidupan bahagia yang hakiki yang karenanya perlu kita persiapkan baik-baik semasa hidup kita di dunia ini.
Kita harus menjadikan akhirat perioritas tujuan
hidup yang bahagia, sedang dunia cukup sebatas menata nasib hidup saja (QS al
Qashash/28: 77). Oleh karenanya Allah SWT memerintahkan setiap diri orang
beriman agar melihat apa-apa yang terlah dipersiapkannya hari ini untuk hari
esoknya di negeri akhirat (QS al Hasyr/59: 18), dan menu-naikan infaq
ini adalah salah satu bentuk mempersiapkan diri untuk kebahagiaan kita di
negeri akhitat.
Kedua tentang pentingnya mendedikasikan diri mengabdi kepada
Allah dalam segala bentuk pengabdian dan ketaatan dimana ritual puncaknya
adalah mendirikan shalat sebagai tujuan kita diciptakan (QS az Zariyat/51: 56)
sekaligus bentuk rasa syukur kita dipilih oleh Allah dicipta menjadi manusia
atas iradhahNya (QS al Baqarah/2: 21).
Ketiga yakni menginfaqkan harta di jalan ketaatan
kepada Allah, sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan ayat 31 Surah
Ibrahim yang sedang kita baca ini.
Tunaikanlah
semuanya itu, agar tidak ada penyesalan di negeri akhirat kelak, dimana pada
hari itu; “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” Sedang pada hari itu; “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Semoga Allah
SWT senantiasa membimbing kita semua untuk mencintai kebajikan. Amin yâ
mujîbassâilîn.