-----
Kamis, 14 Maret 2024
Ibu-ibu di Desa Bontonyeleng Bulukumba Tidak Ingin Anaknya Disebut Stunting
BULUKUMBA, (PEDOMAN KARYA). Ibu-ibu di Desa Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, malas membawa anaknya untuk diperiksa dan diberi bantuan pelayanan kesehatan di Posyandu karena tidak ingin anaknya disebut stunting.
Ia mengatakan, tingkat kehadiran masyarakat membawa bayinya ke Posyandu relatif
kecil. Sebagai contoh, kasus stunting di Desa Bontonyeleng yaitu sebanyak 22
kasus, tetapi ibu-ibu yang datang membaya bayinya ke Posyandu hanya sekitar 10
orang.
“Kenapa seperti itu? Alasannya, dia tidak mau anaknya disebut stunting. Itu
masalahnya,” ungkap Opu, sapaan akrab Andi Mauragwali.
Pemberian makan tambahan (PMT), katanya, dilakukan setiap hari kepada enam bayi,
sedangkan enam bayi lainnya diberikan intervensi, dan selebihnya diberikan
susu.
Kegiatan Aksi III Konvergensi Penurunan Stunting (Rembuk Stunting) dibuka
oleh Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf, dan dalam sambutannya ia meminta
seluruh pemangku kepentingan agar bersama-sama “mengeroyok” penurunan stunting.
“Angka stunting Bulukumba dari 30 persen lebih turun menjadi 28 persen
lebih. Ini bisa lebih diturunkan lagi dengan kerja yang lebih terukur dan
terstruktur,” kata Andi Utta, sapaan akrab Andi Mukhtar.
Ia meminta para kepala desa untuk lebih fokus lagi menangani stunting di
desanya masing-masing. Meski anggaran terbatas, penurunan stunting harus jadi
perhatian bersama.
Menurut Andi Utta, inflasi Bulukumba tergolong baik. Dengan demikian, ke
depan harus diikuti dengan penurunan angka stunting yang lebih progresif.
“Inflasi kita bagus, tapi stunting masih cukup besar. Inflasi yang bagus
salah satu tanda ekonomi bagus. Olehnya saya harap ke depan tak ada lagi anak-anak
bayi yang lahir stunting. Kalau bisa zero stunting,” ujar Andi Utta.
Andi Utta mengatakan, ekonomi merupakan kunci dari semuanya. Akar persoalan
terjadinya stunting disebabkan oleh rendahnya ekonomi keluarga.
“Inti permasalahan dari hulu adalah ekonomi. Makanya pertanian Bulukumba
harus digenjot. Pertanian didorong untuk
memberdayakan ekonomi masyarakat,” kata Andi Utta, seraya menambahkan bahwa terus
mengupayakan agar ekonomi Bulukumba jauh lebih baik ke depan.
Delapan Aksi Konvergensi
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Bulukumba, Dokter Wahyuni, dalam laporannya
menerangkan, ada 8 aksi konvergensi percepatan penurunan strunting di daerah
yang dibina dan dikendalikan oleh Kemendagri bersama dengan kementerian lembaga
terkait.
Aksi konvergensi ini memiliki peran strategis sebagai kerja-kerja afirmasi
penurunan stunting oleh Pemda Provinsi dan Kabupaten, di mana diharapkan dapat
meningkatkan keberpihakan dukungan kebijakan dan anggaran daerah terhadap
percepatan penurunan stunting yang lebih efektif, serta mendorong peningkatan
kualitas intervensi layanan spesifik dan sensitif dari multisektor secara
terpadu dan berkelanjutan.
“Sebelum pelaksanaan aksi 3 rembuk stunting ini, tim percepatan penurunan
stunting sebelumnya telah melaksanakan aksi 1 dan aksi 2,” ungkap Wahyuni.
Setelah aksi 1 dan aksi 2 tersebut, katanya, selanjutnya dilaksanakan
rembuk stunting yang merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan Pemda
untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan
penurunan stunting secara terintegrasi. (dar)