MOMENTUM PERUBAHAN. Ramadhan merupakan momen terbaik untuk melakukan perubahan mendasar dalam cara pandang, keilmuan dan pemikiran yang akan berdampak pada karakter dan pilihan hidup kita. |
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 25 Maret 2024
Ramadhan sebagai Bulan Transformasi (4):
Ramadhan Momen Terbaik Lakukan Perubahan Pola Pikir
Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi
(Imam / Direktur Jamaica Center New York)
Umat Islam meyakini bahwa Islam adalah agama yang mencakup segala aspek dan lini kehidupan manusia. Menyentuh kehidupan material-fisikal, batin-ruhiyah, hingga ke pemikiran dan intelektualitas. Islam juga mencakup kehidupan individual (fardi) dan kolektif (jama’ai). Intinya Islam adalah agama yang “syamil, kaamil dan mutakaamil” (sempurna, lengkap dan saling melengkapi) sebagaimana sering diekspresikan oleh para ulama kita.
Lima: Transformasi ‘Aqliyah (pemikiran). Salah satu hal penting yang menjadi perhatian Islam adalah aspek “aqliyah” (pemikiran, intelektualitas dan keilmuan) manusia. Bahkan sesungguhnya sisi ini dalam anjaran Islam bahkan menjadi fondasi bagi semua segmen kehidupan. Bahkan keimanan (keyakinan) pun dalam pandangan Islam mutlak terbangun di atas keilmuan yang benar. Hanya dengan keilmuan yang benar, akidah dan implementasinya dalam ubudiyah dan mu’amalat akan benar dan diterima di sisi Allah SWT.
Di awal seri tulisan ini ditekankan bahwa ‘aqliyah (aspek pemikiran dan keilmuan) menjadi fondasi bagi terjadinya transformasi dalam segala aspek kehidupan manusia. Karena sesungguhnya esensi terpenting dari ‘aqliyah atau pemikiran ini adalah “mindset” (cara pandang) kemanusiaan kita.
Dengan cara pandang yang benar akan terjadi upaya perubahan mendasar ke arah kehidupan yang benar pula. Hitam putihnya arah hidup (life orientation) pada umumnya diwarnai oleh cara pandang seseorang.
Dalam perspektif Islam sesungguhnya hal ini sesuatu yang baru. Rasulullah SAW sendiri memulai tugas mulia kerisalahan (kerasulan) dengan perintah “membaca” (Iqra’). Iqra’ yang dimaksud di sini bukan sekadar membaca huruf-huruf dari Kitab Suci (Al-Qur’an), melainkan “buka pikiranmu, perluas wawasanmu, jauhkan pandanganmu dan perdalam pemahamanmu.”
Dalam dunia keilmuan sebenarnya Iqra’ menjadi fondasinya. Membaca adalah langkah pertama dari perjalanan panjang keilmuan. Maka segalanya bermula dari “bacaan” yang dalam bahasa Al-Qur'an memakai beberapa bentuk terminologi. Selain Iqra’ juga memakai kata “tilawah” (utlu maa uhiya ilaika min Kitaabi Rabbik). Kedua kata itu memiliki makna “membaca” dengan konotasi yang berbeda.
Kesemua konotasi “bacaan”, baik qira’ah maulun tilawah ini menjadi hal penting untuk ditransformasi di bulan Ramadhan ini. Dari membaca huruf-huruf Al-Qur’an, buku-buku dan literasi, hingga kepada pengembangan keilmuan dan pemikiran yang “sophisticated” (canggih). Memang diakui umat Islam mengalami keterbelakangan yang sangat di semua tingkatan “qira’ah dan tilawah” itu.
Secara literasi umat Islam sangat rendah. Dunia Islam masih mengalami “illiterasi” yang sangat rendah. Indonesia sebagai negara Islam terbesar dunia konon kabarnya tingkatan pendidikannya masih sangat rendah. Rendahnya pendidikan itu menjadikan “mindset” (cara pandang) masyarakat sangat pendek (sempit) yang berdampak dalam karakter dan pilihan-pilihan hidupnya. Itu ternampakkan ketika pada Pilpres misalnya, masyarakat lebih terbuai oleh Bansos ketimbang ide-ide besar untuk perubahan yang lebih mendasar.
Secara umum dalam dunia keilmuan dan pemikiran dunia Islam, jauh tertinggal. Kerap kali kebanggaan umat menjadi sekadar “historical pride” (kebanggan masa lalu) semata. Bahwa pernah di masa lalu umat ini mencapai puncak ketinggian dalam keilmuan dan peradaban. Kini dengan segala ketidak-senangan umat kepada Amerika dan dunia Barat, diakui bahwa universitàs-universitas terbaik dunia maupun research (penelitian) dan inovasi tinggi masih ada di negara-negara itu.
Intinya adalah Ramadhan merupakan momen terbaik untuk melakukan perubahan mendasar dalam cara pandang, keilmuan dan pemikiran yang akan berdampak pada karakter dan pilihan hidup kita. Di bulan inilah diturunkan Al-Qur’an sebagai peta perjalanan hidup yang semuanya bermulakan pada “iqra’” itu, sehingga bulan Ramadhan memang harus menjadi bulan perenungan (reflection) dan perubahan yang mendasar menuju kepada cara pandang, keilmuan dan pemikiran yang lebih berkemajuan.
Hanya dengan transformasi ‘aqliyah umat akan mampu mengubah ragam cara pandang yang masih sering terkungkung oleh “rigiditas” yang sangat. Dengan transformasi ‘aqliyah pula umat akan mampu bangkit dalam keilmuan dan pemikiran yang akan menjadi jalan berkembang suburnya inovasi dan karya.
Ilmu, inovasi dan karya inilah yang disebut “tsamaraat” (buah-buah) keimanan sebagai terjemahan dari Islam yang “rahmah” bagi alam semesta. Semoga!
Manhattan City, 25 Maret 2024