-----
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 09 Maret 2024
Ramadhan Sebagai Bulan Transformasi
Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi
(Presiden Nusantara
Foundation & Imam di New York, AS)
Umumnya ketika kita bersentuhan dengan Ramadhan maka yang terbetik pertama kali dan jelas di kepala adalah puasa dan ragam amalan ritual lainnya.
Yang teringat adalah puasa di
siang hari dengan meninggalkan makan minum, hubungan suami isteri, dan banyak kesenangan dunia lainnya. Juga
teringat tarawih di malam hari serta ragam ibadah lainnya termasuk tilawah
Al-Qur’an, dzikrullah, dan seterusnya.
Sangat sedikit di antara
kita yang menyadari bahwa di samping signifikansi Ramadhan
dengan berbagai amalan ritual itu, Ramadhan juga menjadi bulan yang sangat
penting bagi terjadinya transformasi kehidupan manusia.
Mungkin tidak berlebihan
jika saya labeli bulan Ramadhan sebagai bulan transformasi (month of
transformation). Bulan yang sangat esensial bagi umat manusia untuk melakukan
“perubahan mendasar” (foundational change) dari suatu keadaan kurang baik ke
keadaan yang lebih baik bahkan terbaik.
Berbicara tentang
transformasi (foundational change atau perubahan mendasar) juga berbicara
tentang sesuatu yang memang menjadi tuntutan dasar kehidupan. Alam semesta,
termasuk manusia di dalamnya secara alami dan secara konstan (terus menerus)
mengalami perubahan. Tidak ada yang statis (tidak berubah) kecuali Pencipta
(Khaliq). Sebaliknya semua ciptaan (makhluq) secara alami pasti mengalami
perubahan.
Dari sinilah jika saya
menterjemahkan Ramadhan sebagai bulan ketakwaan (syahru at-taqwa) maka saya
terjemahkan dengan “bulan transformasi”. Karena ketakwaan yang sesungguhnya
adalah kemampuan melakukan perubahan dari suatu keadaan yang kurang/tidak baik
menuju kepada keadaan yang baik dan lebih baik.
Dimulai dengan IQRA’
Perubahan mendasar atau
transformasi dalam segala lininya bermuara dari satu titik poin. Yaitu titik
“cara pandang” (mindset) yang tersimpulkan dalam kata “IQRA” seperti yang
disampaikan pertama kali kepada baginda Rasulullah SAW. Dengan IQRA’ inilah
seseorang akan memperluas wawasan (mindset) atau cara pandang untuk memudahkan
terjadinya transformasi dalam segala lini kehidupannya.
Pada Ramadhan kali ini, ada lima transformasi penting yang kita
harapkan terjadi dalam kehidupan kita sebagai manusia. Tentu baik pada tataran
personal maupun pada tataran kehidupan jama’i atau kolektif kita.
Satu: urgensi menjadikan
bulan Ramadhan ini sebagai bulan transformasi iman. Transformasi iman yang kita
maksudkan di sini adalah bahwa melalui bulan Ramadhan kita melakukan “tajdid
imani” (pembaharuan iman). Dari iman yang mungkin berkarakter pasif ke iman yang berkarakter aktif.
Keimanan yang berkarakter
pasif itu seringkali karena memang keimanan yang “taken for granted”. Keimanan
seperti ini pada umumnya adalah keimanan dihasilkan melalui kelahiran (bu
birth) dan/atau lingkungan di mana kita hidup. Kita merasa beriman karena
terlahir dari orang tua yang Muslim. Atau kita beriman karena kita kebetulan
hidup di lingkungan yang memang menjadi bagian dari komunitas orang-orang yang
Muslim.
Keimanan pasif ini tidak
membawa ke mana-mana. Mungkin itulah yang selama ini terlabelkan dengan “Islam
KTP”. Iya Mukmin. Tapi hati/jiwa dan karakter/amalnya jauh dari nilai dan
ajaran Islam dan keimanan itu.
Di sinilah pentingnya
melakukan transformasi imani dari iman pasif menjadi iman aktif. Dalam artian iman yang memiliki dampak nyata secara
positif dalam kehidupan. Bentuk keimanan yang salah satunya digambarkan di
Surah Ibrahim: 24: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah memberikan contoh Kalimah yang baik bagaikan pohon yang baik.
Akarnya kuat dan rantingnya tinggi ke atas langit, memberikan buah-buahnya
setiap saat dengan izin Tuhan-nya.”
Dua: urgensi menjadikan
bulan Ramadhan kali ini sebagai bulan transformasi hati dan kejiwaan.
Transformasi yang maksudkan di sini adalah pentingnya kembali melakukan
pembersihan hati (qalb) dan jiwa (nafs).
Jika kita telusuri
berbagai ayat maupun hadits tentang kehidupan manusia, maka hati dan jiwa menjadi pusat
kehidupan. Warna dan bentuk kehidupan manusia ditentukan oleh warna dan bentuk
hati dan kejiwaan manusia.
Ini yang tersimpulkan
dalam hadits Rasulullah SAW: “Sesungguhnya
pada diri manusia ada segumpal darah, yang jika baik, akan baik seluruh amalannya, tapi jika rusak, maka rusaklah pula seluruh amalannya.
Itulah hati.”
Kita mengenal bahwa hati
itu adalah pusat nurani (cahaya batin) yang menjadi rujukan utama kehidupan.
Hanya saja hati yang tidak terjaga akan terkontaminasi dengan berbagai kotoran
kehidupan yang pada akhirnya terjangkiti penyakit bahkan tertutup.
Ketika mengalami situasi
sakit dan tertutup,
maka hati yang awalnya mampu mengendalikan perilaku manusia ke arah ketakwaan
(takwaaha). Akibatnya kendali terambil alih oleh hawa nafsu yang buas. Hawa
nafsu yang buas karena gagal terkendali oleh hati ini menghasilkan “fujuur”
(kejahatan-kejahatan).
Di sinilah Ramadhan
memainkan peranan yang signifikan untuk membenahi dan membersihkan kembali hati
dan jiwa nanusia. Pembersihan hati atau jiwa yang lebih populer dalam bahasa
Al-Qur’an dengan “tazkiyah” itulah sesungguhnya yang kita maksud dengan
transformasi hati dan jiwa di bulan Ramadhan.
Karena sejatinya Ramadhan
memang adalah bulan tazkiyah melalui magfirah dan pengampunan. Dengan
pengampunan dan magfirah itu hati semakin bersih, sehat, dan membawa dampak
positif dalam kehidupan. (bersambung)
Manhattan, 07 Maret 2024