HALAL BIHALAL. Anggota PWRI Bulukumba foto bersama pada acara Halal Bihalal, di Kawasan Bara, Tanjung Bira, Bulukumba. (ist) |
------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 28 April 2024
Geliat PWRI Bulukumba; Dari
Halal Bihalal ke Pohon Raja Lima Apparalang
Oleh: Mahrus Andis
Persatuan Wredatama Republik
Indonesia (PWRI) Kabupaten Bulukumba, Sabtu, 27 April 2024, melaksanakan
kegiatan Halal Bihalal dengan anggotanya bertempat di Kawasan Bara, Tanjung
Bira, Bulukumba.
PWRI adalah organisasi
kemasyarakatan di Indonesia tempat berhimpunnya para pensiunan pegawai negeri
sipil. Organisasi nirlaba ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 24 Juli 1962
dengan asas Pancasila serta bersifat nasional, mandiri, demokratis, dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Ketua Umum PWRI masa bakti 2021–2026 adalah Marzuki
Usman, mantan menteri di era B. J. Habibie dan Abdurrahman Wahid.
Acara halal bihalal PWRI Bulukumba turut
dihadiri mantan Bupati Bulukumba, H Andi Patabai Pabokori, dan beberapa tokoh
purnabakti di lingkungan Pemda Bulukumba. Mereka antara lain, HA Syafruddin
Amjar (mantan Kepala Dispenda), HA Amir Nurdin (mantan Asisten Ekonomi &
Pembangunan), HA Akbar Amir (mantan Kadis Pendidikan).
HA Rosali Liong (mantan Kepala
Dishub), HM Idris Aman (Perawat Gigi/mantan Wakil Ketua DPRD Bulukumba), Hj A
Ruaeda Mappiwali (PNS/Anggota DPRD), H Muhammad Nur (Kadis Sosial), A
Nasaruddin Gau (Kadis Pariwisata), Hj A Nurdiana Nur (Kepala Inspektorat), HA
Mahrus Andis (Asisten Pemerintahan/Anggota DPRD), serta beberapa mantan pejabat
eselon III dan IV.
Dalam acara ini, Sekretaris
PWRI Bulukumba A Nasaruddin Gau, mengajak semua pengurus dan anggota PWRI agar
aktif mengikuti kegiatan pertemuan bulanan sebagai bentuk tanggung jawab
organisatoris bagi terwujudnya program kerja yang sudah direncanakan.
Andi Acang (panggilan
akrab Andi Nasaruddin Gau) menjelaskan bahwa pejuang veteran kemerdekaan RI
lama-kelamaan pasti habis, namun anggota PWRI akan selalu bertambah karena
keaktifan sebagai pegawai negeri sudah memasuki usia pensiun. Karena itu,
momentum halal bihalal ini hendaklah dimanfaatkan sebaik-baiknya, terutama
untuk mengukuhkan silaturrahim dan saling memberi semangat hidup bagi sesama
pensiunan.
Mantan Bupati Bulukumba H
Andi Patabai Pabokori yang saat ini lebih banyak menetap di Jakarta, ketika
ditodong memberikan sepatah kata dalam acara ini, mengakui bahwa banyak
kenangan indah di masa lalu bersama para mantan pejabat yang pernah dipimpinnya
selaku Bupati Bulukumba, 1995-2005.
Dikatakan, suatu
perjuangan penting yang telah dilakukan saat itu ialah menerbitkan Perda
tentang Keagamaan dalam bingkai kebijakan Crash Program Pemerintah Daerah.
Banyak kegiatan yang dilakukan, antara lain membentuk remaja masjid dan majelis
taklim di seluruh wilayah Bulukumba, TKA-TPA, perpustakaan masjid, lomba seni
religius seperti baca puisi, kasidah, salawat badar, drama anak, dan
sebagainya.
Regulasi dalam bentuk
Perda antara lain: Perda tentang Baca Tulis Al-Qur’an bagi pejabat dan calon
pengantin, Perda tentang Larangan Peredaran Miras, Perda tentang Busana
Muslimah dan lain-lain.
Di kesempatan
sambutannya, Puang Taba (sapaan akrab Patabai Pabokori) tidak lupa menyampaikan
ucapan terima kasih sekaligus permohonan maaf kepada seluruh anggota PWRI
Bulukumba sekiranya terdapat kesalahan atau kekhilafan yang pernah dia lakukan.
Sambil guyon, Puang Taba
menyentil H Ichtisar Aris sebagai orang yang paling sering bercerita tentang
dirinya. Mendengar itu, Ichtisar yang memang dikenal sebagai manusia humor di
era Bupati Andi Patabai, spontan mengelak dan menyatakan: hanya cerita baik
untuk Puang Taba!
Mengakhiri acara
silaturahmi tersebut, saya diminta menyampaikan sekilas hikmah Halal bi Halal,
sekaligus memimpin pembacaan doa. Salah satu poin yang saya ungkap ialah bahwa
Halal bi Halal tidak cukup hanya didefinisikan, tapi harus diimplementasikan dalam
kehidupan, termasuk di dunia birokrasi pemerintahan.
Sering terjadi proses
Halal bi Halal seorang pimpinan ditanggapi dengan sikap perilaku Haram bi Haram
oleh bawahan. Dan itu tidak boleh terjadi, sebab hal tersebut adalah bentuk
penyimpangan terhadap tata kelola administrasi. Karena itu, proses Haram bi
Haram yang pernah terjadi hendaklah dihapus dengan perilaku Halal bi Halal
(saling menghalalkan) secara ikhlas dalam momen Idul Fitri saat ini.
Acara berlangsung penuh
akrab dan selanjutnya hadirin diarahkan ke hotel mewah Paduppa Resort milik Hj
A Misbawati Wawo (mantan Kadis Kehutanan/Plt Sekda).
Mitos Lima Batang Pohon
Seusai acara Halal bi
Halal PWRI, saya bersama istri (Hj Andi Ruhaya) dan Andi Nasaruddin Gau lanjut
ke Objek Wisata Apparalang. Kepala Desa Apparalang, Dr H Amiruddin Rasyid
mengundang kami untuk bincang-bincang sambil ngopi di atas miniatur lambo,
salah satu ciri khas keterampilan membuat perahu di masyarakat itu.
Banyak hal yang diungkap
Kades Appalarang, termasuk bagaimana proses swadaya yang dia lakukan bersama
masyarakat untuk membangun akses dan sarana wisata hingga desanya dikenal
sebagai Desa Wisata Terbaik di Indonesia.
Selesai menikmati suguhan
kopi dan pisang goreng di lambung perahu, kami diajak mengelilingi areal lokasi
wisata hingga sampai pada satu cerita mitos tentang 5 batang pohon yang tumbuh
dalam satu lubang.
Haji Amiruddin berkisah
tentang pohon yang bernama Raja Lima di area objek wisata laut tersebut. Pohon
itu adalah pohon raja yang tumbuh dalam satu rumpun dan berjumlah 5 batang.
“Konon, pohon tersebut
ditanam oleh lima orang penduduk setempat dalam satu lubang sebelum mereka
pergi berlayar (merantau). Ini sebentuk simbol komitmen hati nurani bahwa
meskipun mereka terpisah secara fisikal, namun sukma untuk kembali membangun
kampung tidak akan pernah punah,” ungkap Amiruddin Rasyid yang juga mantan
Anggota DPRD Bulukumba periode.
Rupanya hikmah di balik 5
batang pohon raja inilah memicu semangat Kades Apparalang untuk terus berjuang
merambah rimba di desanya sehingga menjadi destinasi wisata menarik dan
memperoleh sertifikat sebagai Desa Wisata Terbaik di Indonesia.
Bulukumba, 27 April 2024