-----
Selasa, 25 Juni 2024
Generasi Lebah dan Mimpi
Abulahabim
Oleh: Maman A Majid
Binfas
(Sastrawan, Akademisi,
Budayawan)
Wahai generasi bangsa
yang berbudi luhur nan sejati, belajarlah dengan logika dianugerahi
Tuhan. Kiblat belajar yang demikian, tentu beresensi agar kalian tidak
dikadalin dan dinodai oleh bisa ular kobra yang berbusa-busa, dan selalu
memainkan desis kalkulasi rerumputan, sekalipun tak sepadan dengan kualitas
dirinya.
Agar kalian juga
belajar bisa berlogika teranugrahi kecemerlangan nan dicintai, baik di sini
juga di sana hingga bersinggasana menjadi kingmaker penentu sesuai hakikat
keahlian ilmu masing-masing. Namun, tidak terjebak dengan apologi arogansi
dalam dimensi dunia adidaya king kalikong fatamorgana an sich.
Mau king atau apapun
julukan keangkuhan dijunjung. Bila masih bernapas akan terhempas jadi ampas
belatung.
Bahkan akan lebih berguna
belatung, sekalipun menjijikkan dipandang.
Semuajulukan keangkuhan,
manakala berhadapan dengan kebenaran sejati yang bening akan hengkang bah mimpi
siang bolong. Tentu, bermimpilah dengan logika cinta dalam menggapai cita cita
melampui angkasa menjadi terngiang tanpa ngigau melawan kuasa Tuhan, _bah
goresan berikut ini.
Mimpi Mengiang
Kalau masih juga
menantang jurang telah dikerangkeng, maka melebihi tebing nan tampak di dalam
mimpinya tanpa dibilang.
Berhingga, remukan tulang
belulang tentu melayang tanpa ditimang. Apalagi, jejak moncong bah tikus telah
diteropong, tentu mesti digiling.
Namun, tak selamanya
keping cerminan dalam mimpi, itu hanya ilusi kosong, tetapi mesti diakui
sesungguhnya mimpi nan mengiang juga akan jadi nyata melayang. Dan tak dapat
diingkiri telah banyak bukti memang, terkecuali mimpi siang bolong
menjadi misi anganan Abulahabim.
Abulahabim
Ini bukan ilusi
bimsalabim tetapi memang terngiang di antara lapisan bawah sadar, bah bom bunuh
diri, bagi penggemar yang mereinkarnasi kelakuan Abulahabim.
Tidak selamanya mungkin
Konon, sekulumit dialogis bawah sadar di dalam durasi singkat, di antaranya_
Ternyata, kau bermuka dua!
Saya tidak, cuman dikit,
demi duit tuk rokok saja
Dasar, rongsongan
Abulahabim!
Kau juga melebihi muka
dua,biar istri serta anak anakmu dilibatkan jadi selubung guna melahab
kedengkianmu!
Saya orang anu tak mau
direndahkan, sekalipun arogan dunguan begini!
Oh gitu, pantas saja
sontoloyo selalu melahap gaya Abulahabim!
Kamu juga bermuka buhulan
penuh dakian kedengkian gaya lipan, suka mengintip berbusa air sabun!
Saya memang suka jilatan
air ludahku demi kedengkian juga istriku!
Pantas saja, ambil semua
dan lahapin tanpa sisa bah Abulahabim
Dan kamu juga songong
dengan kesombongan!
Saya king tidak mau
diremehkan!
oh gitu, king lalat dari
belatung Abulahabim!
Kamu juga profokator
tulen, kaya bos maling bergaya siluman, tanpa dialog lagi__ambil semua kau
lakukan dan lahap hingga jadi gerombolan Abulahabim!
Hingga kau dan juga kamu
demikian pula semuanya, ternyata mewarisi gaya Abulahabim.
Silakan, lahap segala
kelakuan tanpa sisa agar puas sehingga tak ada lagi yang mewarisi gaya
Abulahabim bah kalian!
Wahai generasi bangsa yang
cemarlang, terlepas dari prosais Abulahabim di atas ini, dan juga sekalipun
berbeda konteks di dalam lakon keilmuan kalian. Berprinsiplah seperti misi lebah
dalam mengabdi secara tulen hanya kepada Tuhan.
Misi Ambisi Lebah
Misi sisa sejengkal,
semua akan terjungkal berhingga akar segala arogansi apapun, dan menjadi
buhulan menyekutukan Tuhan __
Bahkan Lebah ciptaan
Tuhan dinodai, demi ambisi hina dina, padahal QS An Nahl: 69 yang berarti
sesungguhnya
“Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia.”
Tuhan, tidak pernah
menindas manusia ciptaanNya, terkecuali manusia sendiri yang menindas dirinya
dengan buhulan nafsu kebuasan Abulahabimnya.
Wallahu a’lam